Satria piningit. Siapa mereka ?
Satria Piningit adalah sosok-sosok yang terpilih menjadi pemimpin Bangsa ini menuju Negara Yang Adil Makmur Tata Tentrem Kerta Raharja, Negara yang Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur, secara bertahap beruntun dan berkesinambungan dalam tujuh periode masa kepemimpinan yang terdiri dari :
1. SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO.
2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR.
3. SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR..
4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME.
sampai disini banyak ditafsirkan  dengan mangkaitkan nama nama :
1. Bung Karno
2. Pak Harto
3. Pak Habibie
4. dan Gusdur.
Semula gelar Satria Piningit Hamung Tuwuh dinisbatkan pada Megawati yang Tuwuhnya Bung Karno dan SBY sebagai Satria Boyong Pambukaning Gapura.
Akan tetapi ternyata SBY sama sekali tidak mencerminkan perilaku sebagai Satria Boyong Pambukaning Gapura. Akan tetapi masih bisa menyandang gelar Satria Piningit Hamung Tuwuh bersama Megawati, atau justru Megawati tidak terhitung karena Gelar Satria itu hanya disandang oleh pria juga  karena SBY diakui atau tidak, bisa naik kepuncak kekuasaan karena dukungan garis kekuatan Politik Sarwo Edhi Wibowo karena alasan keturunan atau Hamung Tuwuh.
Munculnya Jokowi sebagai Presiden ke tujuh yang digadang sebagai Satria Pinandito Sinisihan Wahyu ternyata jauh panggang dari api, tapi justru mencerminkan posisinya sebagai Satria Boyong Pambukaning Gapura.
Satria boyong atau satria yang suka berpindah tapi boyong dalam konotasi belum waktunya atau dalam bahasa jawa NGGEGE MANGSA. Tanda itu tampak sekali pada diri Presiden Jokowi yang selalu berpindah tempat kedudukan (Boyong) mendahului yang seharusnya.(Anggege mangsa).
Diawali dengan BOYONGnya dari Posisinya sebagai Wali Kota Solo yang belum selesai, menuju posisinya yang baru sebagai Gubernur DKI kemudian BOYONGnya dari posisinya sebagai Gubernur DKI menuju Posisinya yang baru sebagai Presiden Republik Indonesia. Bahkan masih sebagai Presiden pun sudah melakukan BOYONG dari Istana Negara ke Istana Bogor.
Maka BOYONG berikutnya juga akan terjadi secara ANGGEGE MONGSA atau sebelum waktunya Boyong. Benarkah Presiden Jokowi akan Boyong sebelum 2019 dan MEMBUKA GAPURA munculnya Satria Piningit bergelar SATRIA PINANDITA SINISIHAN WAHYU ?
Siapa dia ?
Satria Pinandita artinya Satria yang tawadu’ yang dekat dengan Yang Maha Kuasa bahkan digelari Pinandita karena sangat religious, dikelilingi oleh para Ulama dan Pemuka Agama.
Kondisi saat ini ternyata sudah mencerminkan tanda-tanda itu datang. Tugas sebagai Pambukaning Gapura baru dilaksanakan. Pintu Gapura telah dibuka, Pintu tabir yang menyembunyikan segala kepentingan telah terbuka. Pintu tabir yang mampu memisahkan Haq dan Batil telah terbuka.
Membuka tabir Pintu Gapura yang menutupi adanya semua kebohongan dalam persatuan semu dan menunjukan siapa untuk siapa dan maunya apa. Tabir penutup siapa dia, ada pada golongan yang mana, kini telah terbuka lebar.
Saat ini telah tampak dengan sangat jelas TOKOH-TOKOH siapa saja yang bekerja untuk Kepentingan Tiongkokisasi dan juga TOKOH-TOKOH siapa saja yang bekerja untuk kepentingan  Amerikanisasi.
Inilah makna dari PAMBUKANING GAPURA
Rakyat dengan didampingi para Ulama dan Tokoh Agama Wahyu telah melihat dengan jelas siapa yang sebenarnya berpihak kepada Rakyat jelata, Rakyat Indonesia. Yang rela menderita bersama Rakyat Pribumi ahli waris tanah Nusantara yang sebenarnya. Yang tidak rela bumi ini dilepas dalam pengelolaan atau kekuasaan Asing. Yang tidak rela bila kekuasaan Negeri ini jatuh ketangan bukan PRIBUMI, Karena PRIBUMI adalah pewaris kekuasaan yang sebenarnya.
Rakyat Negeri ini memang tidak rela aset-aset Negara dijual, tidak rela pulau-pulau Nusantara dijual atau dikelola Asing, tidak Rela ada Pulau Reklamasi yang diperuntukkan untuk masuknya modal Asing yang menguasai kehidupan rakyat kecil.
Ternyata Satria Boyong Pambukaning Gapura memang telah muncul, yang juga akan segera BOYONG secara ANGGEGE MONGSA. Maka akan lahir PEMIMPIN SEJATI Â bergelar SATRIA PINANDITA SINISIHAN WAHYU. Dengan bimbingan para Pinandita atau orang-orang pinilih yang dekat dengan Yang Maha Kuasa oleh karena Rakyat Indonesia Mayoritas beragama Islam, maka peran Pinandita itu muncul dalam sosok-sosok Ulama yang peduli terhadap Kedaulatan Bangsa, Negara dan Rakyat Indonesia.
Maka akan terwujudlah cita-cita kemerdekaan yang tertuang dalam Pembukaan UUD 45 yaitu Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, yang semuanya hanya bisa terjadi ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA. Melalui suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan yang memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, yang kembali melaksanakan  Undang-undang Dasar Negara Indonesia 1945, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Itulah Masa Keemasan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H