Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memprogram Diri Pribadi (1)

1 Februari 2022   08:38 Diperbarui: 1 Februari 2022   08:40 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengawali judul artikel ini, penulis sajikan kisah nyata yang dapat digunakan sebagai pembuktian atas kebenaran dalam memprogram diri pribadi, atau mensugesti diri pribadi, atau berniat dari lubuk hati terdalam sebagaimana uraian berikut.

Suatu malam ada orang bertamu ke rumah penulis yang belum pernah bertemu sebelumnya, jadi ya belum saling mengenal satu sama lain. Entah dari mana beliau ini mendapat kabar tentang penulis, sehingga sekitar pukul 9.30 malam ( tepatnya tanggal 20 Januari 2004 ) datang berkunjung ke rumah. Dengan nada sendu dan air mata berderai sang ibu menyampaikan maksud, dan tujuannya datang berkunjung ke rumah.                                           

Beliau lalu menceritakan kalau anaknya menderita sakit, yang atas diagnosa dokter anaknya dinyatakan sakit asma. Sejak itu sampai saat ini anak kami mengkonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter,  sudah sekitar 3 tahun. Tetapi setelah sekian lama mengkonsumsi  obat -- obat tersebut bukannya anak kami menjadi sehat, tetapi saat ini jangankan nasi, air putih saja sudah tidak dapat menelannya pak, tutur sang ibu sambil menangis.

Kami sudah sekian lama pergi ke dokter sana, ke dokter sini untuk mencarikan kesembuhan buat putri kami, namun belum berhasil. Dan akhirnya atas saran dokter, anak kami agar discanning. Dari hasil scanning terakhir, dokter menyatakan kalau anak kami menderita tumor jinak yang terletak dibelakang jantung; Dan yang besarnya sudah lebih besar dari pada jantungnya, tutur sang ibu.

Kemudian kami tanyakan, lalu agar anak kami sembuh bagaimana dok? Dokter menjawab tidak ada jalan lain kecuali harus dioperasi, itupun tidak ada jaminan akan berhasil, kata sang ibu menirukan dokter yang menangani putrinya. Selanjutnya lalu bagaimana dok?

Dokter hanya dapat memberikan obat untuk mengurangi rasa sakit, kata sang ibu menirukan dokter kembali. Kalau begitu anak kami tidak dapat sembuh dok? Lalu kemungkinannya anak kami bagaimana dok? Imbuh sang ibu.  Dokter menjawab, bila kondisinya normal dapat bertahan 1,5 sampai 2 tahun, kata sang ibu menirukan dokter lagi. Rasanya kami seperti disambar petir, dan hilang tenaga begitu mendengar keterangan dokter tersebut, yang seolah -- olah anak kami sudah divonis.

Oleh karena itu kami berkunjung kemari dengan tujuan menyerahkan hidup mati anak kami kepada bapak, tutur sang ibu. Lo ibu kok berkata begitu, hendaklah kita selalu ingat bahwa jodoh, mati, dan rizki manusia ada ditangan Allah. Baik bu, pak, saya dapat memahami ikhtiar gigih ibu, dan bapak dalam mencarikan kesembuhan buat putranda. Sayapun tidak dapat berbuat apa -- apa, kecuali hanya bermohon kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kesembuhan putra ibu bapak, tutur penulis. 

Penulis lalu berkata bu, pak tolong disampaikan kepada putranda untuk mematrikan dalam pikirannya, kalimat berikut. "Hakekatnya diriku adalah apa yang ada di dalam pikiranku".  Artinya kalau memang putranda ingin sembuh, tolong ditanamkan dalam pikirannya saya sembuh karena Yang Maha Kuasa, jelas penulis. Saya bersama ibu, dan bapak bermohon kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, sepahit apapun hasil yang diberikan Allah, ibu dan bapak harus sabar, dan iklas menerimanya.

Sebaliknya bila hasilnya baik, dan putranda sembuh tolong diingat bahwa kesembuhan tersebut bukan karena Jamu Sambung Nyowo (JSN) dan saya, tetapi karena keinginan sembuh dari putranda yang dikabulkan oleh Allah Swt. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sedangkan JSN, dan saya hanyalah sebagai lantaran atau perantara saja, tutur penulis lebih lanjut.

Akhirnya penulis memberikan 1 gelas air putih, dan kapsul JSN 9 butir. Sambil berpesan kapsul ini untuk 3 hari, diminum pagi, siang, dan malam masing -- masing 1 kapsul. Hari ke 3 ke sini mengambil kapsul JSN untuk diminum hari - hari selanjutnya, jangan sampai terputus. Sedangkan air putih ini tolong agar dapat segera diminum putranda malam ini juga, dengan menyisakan sedikit untuk membasuh muka, dan kedua kakinya.

Biasanya kalau yang membutuhkan pertolongan beragama Islam, sebelum minum air putih ini saya syaratkan membaca Al Fatikah sekali, dan selawat nabi 2 kali. Tetapi karena ibu, bapak, dan putranda beragama Hindu maka putranda sebelum meminum air putih ini, saya syaratkan agar berdo'a menurut keyakinannya, tegas penulis. Baik pak, akan kami laksanakan semua apa yang diperintahkan bapak, lalu berapa pak biayanya? Tanya si ibu.                                                   

Biaya apa? mengapa ibu tanyakan biaya? Bukankah ibu, dan bapak ke sini menemui saya untuk minta pertolongan demi kesembuhan putranda? Oleh karena itu tolong difokuskan saja pikiran ibu, dan bapak untuk kesembuhan putranda, dan jangan memikirkan hal yang lain, kata penulis. Yang penting begitu sampai di rumah segera dilaksanakan, dan disampaikan pula kepada putranda, agar ibu dan bapak sini dianggap sebagai ibu dan bapaknya sendiri, serta rumah ini agar dianggap seperti rumahnya sendiri. Baik pak, kami mohon pamit.

Singkat ceritanya, penulis dan istri merasa bangga dan bahagia karena atas perkenan dan izin Allah, penulis sekeluarga dianggap sebagai orang tuanya sendiri, dan rumahpun dianggap sebagai rumahnya sendiri. Singkat ceritanya mbak Meri ( nama anak yang sakit) selalu berkonsultasi saat mau mengambil jurusan di SMA nya, dan saat akan melanjutkan studinya. 

Alhamdulillah syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa mendapat kabar kalau mbak Meri telah lulus dari Akademi Perawat, dan sampai saat ini bekerja di sebuah Rumah Sakit Suasta Metro Lampung.

Saat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H ( 2012 ) kecuali mbak Meri mengucapkan Selamat Idul Fitri mohon maaf lahir batin melalui SMS, juga menginformasikan kalau anak pertamanya telah lahir tanggal 13 Agustus 2012. Dalam SMS selanjutnya mengatakan: Cucu eyang perempuan, Meri sekeluarga memberi nama Ni Sayu P.S.A.A, do'ain ya pa semoga cucunya selalu diberi kesehatan, juga menjadi anak yang berbakti, amiin.

Bila dicermati sejak kali pertama bapak, dan ibu Nyoman berkunjung ke rumah untuk mencarikan kesembuhan putranya tanggal 20-01-2004, sampai dengan 20-01-2013 berarti sudah 9 tahun mbak Meri dalam keadaan sehat. Padahal saat kali pertama bertemu, sang ibu mengatakan kalau putranya diperkirakan dokter hanya akan dapat bertahan 1,5 sampai 2 tahun saja, bila kondisinya normal. Ternyata perkiraan tadi meleset, dan ini sekaligus dapat digunakan sebagai bukti nyata, manusia boleh memprediksikan, tetapi Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa yang menentukan.

Kisah nyata lainnya. Rumah penulis menyatu dengan Apotek Sido Waras yang sepenuhnya dikelola oleh istri, sedangkan penulis hanya bertindak sebagai pendamping bidang kefarmasiannya saja.

Suatu saat istri menginformasikan ada pasien yang mengambil resep sudah berulang kali, obatnya itu -- itu saja. Disamping itu, dalam 1 lembar resep tertulis hampir 10 macam obat. Karena sudah berulang kali menebus resep, tadi saya menyarankan kepada suami si sakit, agar istrinya diajak ke sini konsultasi dengan papa, tutur istri. Kasihan istrinya sudah sekian lama mengkonsumsi obat, tadi datang lagi untuk menebus obat, kata istri lagi. 

Tidak berapa lama kemudian datanglah sepasang suami istri ke rumah, tepatnya tanggal 01 April 2004 sekitar pukul 8 malam, karena rumahnya memang tidak jauh dari Apotek. Karena kondisi sakit, jadi sewaktu datang ke rumah, istrinya kelihatan lusuh. Setelah sang suami memperkenalkan diri, sang istri lalu menjawab pertanyaan penulis tentang penyakit yang dideritanya, sekaligus meminta bantuan demi kesembuhannya.  Dari informasi si sakit ternyata memang penyakit yang dideritanya berjama'ah, antara lain: liver, diabet, asam urat, tekanan darah tinggi, dan lain -- lain.  

Baik mbak saya akan membantu, semampu saya. Penulis lalu berkata tolong dipatrikan dalam pikiran, dan dilaksanakan kalimat ini. "Hakekatnya diriku adalah apa yang ada di dalam pikiranku".  Artinya kalau mbak ingin sembuh, tolong ditanamkan dalam pikiran; Saya sembuh karena Yang Maha Kuasa, dan jangan mengingat -- ingat kembali penyakit yang diderita, jelas penulis. Penyakit bila selalu dipikirkan ibarat tanaman dipupuk, dan akan mengakibatkan subur pertumbuhannya.  

Mari bersama saya bermohon kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, sepahit apapun hasil yang diberikan Allah, mbak dan mas harus sabar, dan iklas menerimanya. Sebaliknya bila hasilnya baik, artinya mbak mendapat kesembuhan, tolong diingat bahwa kesembuhan tersebut bukan karena JSN dan saya. Tetapi karena keinginan sembuh dari mbak sendiri, yang dikabulkan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sedangkan JSN dan saya hanyalah sebagai lantaran atau perantara saja, tutur penulis. Kecuali itu, apapun yang mbak rasakan dari jamu yang akan saya berikan nanti, jangan dikomentari selain insya-Allah sembuh karena Allah.

Akhirnya penulis siapkan 1 gelas berisi air putih, dan 1 gelas lain berisi cairan berwarna coklat, untuk diminum saat itu juga. Sebelum meminum air putih disyaratkan mengucap Al Fatikah sekali, dan selawat nabi 2 kali, airnya disisakan sedikit untuk membasuh muka dan kedua kaki, kata penulis.

Dilanjutkan dengan meminum cairan yang berwarna coklat, dengan syarat yang sama tanpa menyisakan cairannya, atau diminum sampai habis. Kesemuanya dilaksanakan sesuai dengan saran, lalu berkomentar: wah enak jamu yang dibuat bapak. Komentar beliau seperti itu, mungkin mau berkomentar lain tidak berani karena penulis sudah mewanti -- wanti sebelumnya. Pasalnya cairan yang berwarna coklat itu rasanya manis ( gula merah), padahal salah satu penyakit beliau adalah diabetes.

Kecuali itu penulis juga memberikan JSN 9 kapsul untuk 3 hari, diminum pagi 1 kapsul, siang 1 kapsul, dan malam 1 kapsul. Untuk hari -- hari selanjutnya silahkan kemari, untuk mengambil JSN kapsul sambil melaporkan perkembangannya. Setelah menerima kapsul JSN lalu berpamitan, namun sebelum berkata yang lain penulis sudah mendahului: tidak usah bertanya hal yang lain, yang penting pikirkan buat kesembuhan anda, dan jangan sekali-kali mengingat penyakit anda. Akhirnya beliau berdua pamit pulang.

Singkat ceritanya kedatangan beliau berdua untuk kali ke 3 nya, sudah sumringah wajahnya. Beliau datang berdua membawa bingkisan kue, dan sambil menyerahkan kue kepada istri, beliau berkata pak, bu, mohon maaf kami besuk tidak dapat ke sini, karena kami akan ke Menggala, dan ber Hari Raya Idul Fitri di sana, tutur beliau.

Alhamdulillah pikir penulis dan istri, berarti beliau sudah lebih baik kondisi kesehatannya. Terbukti beliau berani akan melakukan perjalanan jauh ke Menggala Kabupaten Tulangbawang, yang perjalanannya kira - kira memerlukan waktu tempuh sekitar 2 jam lebih, bila berkendaraan roda 4.

Dua minggu setelah hari Raya Idul Fitri, beliau berdua datang lagi ke rumah untuk mengundang kami hadir di rumahnya. Pada malam hari yang telah ditentukan kami datang, ternyata sudah ramai di rumah beliau. Setelah penulis tanyakan, ternyata acara tersebut merupakan acara syukuran atas kesembuhannya.

Dalam acara tersebut penulis dan istri dikenalkan kepada keluarga, dan sanak saudaranya bahwa penulis yang telah membantu kesembuhannya. Tidak ada kata lain yang dapat penulis ucapkan, kecuali bersyukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena telah dapat membantu kesembuhan orang yang membutuhkan.

Kisah nyata selanjutnya. Perihal JSN atau Jamu Sambung Nyowo sesungguhnya penulis tidak pernah mempromosikan. Tetapi kemungkinan karena informasi dari mulut ke mulut antar orang yang telah merasakan manfaat JSN, akhirnya tersebar ke masyarakat.

Suatu hari tepatnya tanggal 29 April 2004 berkunjung ke rumah, seseorang anak muda yang belum penulis kenal. Beliau mengenalkan diri bernama Nyoman, yang saat itu masih kuliah mengambil jurusan Pendidikan Agama Hindu di Bandarlampung. Beliau mengatakan dapat  mengetahui  perihal Jamu Sambung Nyowo, dan alamat penulis dari seseorang saat pertemuan dalam acara keagamaan di Pura, katanya.

Inti pembicaraannya, mas Nyoman minta tolong untuk kesembuhan bapaknya yang menderita sakit. Beliau mengatakan, kalau bapaknya yang berdomisili di Seputih Mataram Lampung Tengah menderita sakit prostate, dan saat ini telah dipasang kateter. Baik mas, saya dapat memahami ikhtiar anda, dalam mencarikan kesembuhan buat bapak. Tetapi sesungguhnya, saya tidak dapat berbuat apa -- apa kecuali hanya bermohon kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa buat kesembuhan bapak, kata penulis.

Penulis lalu berkata, mas tolong disampaikan kepada bapak agar mematrikan dalam pikiran, dan melaksana-kannya kalimat berikut. "Hakekatnya diriku adalah apa yang ada didalam pikiranku". Artinya kalau memang bapak ingin sembuh, tolong ditanamkan dalam pikirannya, saya sembuh karena Yang Maha Kuasa, jelas penulis.  Dan jangan mengingat - ingat tentang penyakitnya lagi. Mari mas bersama saya bermohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga bapak sembuh dari penyakitnya.  

Bila JSN yang saya berikan dapat memberikan kesembuhan bapak, tolong diingat bahwa kesembuhan tersebut bukan karena JSN dan saya; Tetapi karena keinginan sembuh bapak dikabulkan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sedangkan JSN, dan saya hanyalah sebatas lantaran atau perantaraan saja, kata penulis. Mas Nyoman lalu penulis beri 21 kapsul JSN untuk diminum selama 7 hari, mengingat rumah bapaknya cukup jauh tepatnya di Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.

Kira - kira satu bulan kemudian mas Nyoman datang lagi ke rumah, menceritakan ihwal kesembuhan bapaknya. Setelah bapak minum JSN kapsul selama 3 hari, bapak kencing bercampur darah segar tetapi bapak tidak merasakan sakit. Kencing bercampur darah terus berlanjut, sampai -- sampai kateter yang dipasang selama ini lepas dengan sendirinya. Tetapi setelah 5 hari kencing bercampur darah segar tadi berhenti, dan selanjutnya kencing normal seperti biasanya tanpa kateter.

Masih cerita mas Nyoman. Bapak merasa senang karena terbebas dari penderitaannya selama ini, dan kami sekeluarga menyarankan untuk berkunjung ke sini paling tidak berterima kasih kepada bapak. Tetapi belum sempat sampai ke sini karena saking senangnya mungkin, bapak malah jalan -- jalan sampai ke Bandung, kata mas Nyoman. Karena sudah merasa baikan, kapsul JSN tidak diteruskan. Sekarang saya ke sini menemui bapak untuk memintakan kapsul JSN lagi, karena bapak saya mengatakan kalau kencing terasa kurang nyaman lagi, jelas mas Nyoman. 

Seperti telah saya katakan saat pertemuan pertama tempo hari, saya hanyalah sebatas perantara saja. Jadi kalau mau berterima kasih atas kesembuhan bapak, berterima kasihlah kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, jangan kepada saya, tutur penulis.

Mengenai permintaan kapsul JSN yang sudah jadi, saya belum punya saat ini, karena mas Nyoman berkunjung ke sini tidak memberi tahu sebelumnya, jadi saya belum sempat membuatnya. Tetapi kalau mau cepat sekarangpun dapat dibawa pulang untuk disampaikan bapak, saya bisa menyiapkan bahan - bahannya, dan nanti setelah dibagi -- bagi menjadi 27 bagian, tinggal merebus saja.

Setiap bagian campuran bahan ditambah air 5 gelas lalu dididihkan hingga tinggal 3 gelas, kemudian diminum pagi, siang, dan malam masing- masing 1 gelas. Setelah setuju akan merebusnya sendiri, penulis lalu menyiapkan bahan -- bahan JSN. Setelah siap penulis tunjukkan bahan-bahannya, dan mas Nyoman spontan berkomentar; Waduh pak, bapak saya trauma dengan buah mahkota dewa.  

Pasalnya bahan JSN terdiri dari 4 simplisia, satu diantaranya adalah buah mahkota dewa. Bahan JSN selanjutnya penulis serahkan kepada mas Nyoman, setelah menjelaskan cara pembagian, cara perebusan, dan cara penggunaannya untuk 27 hari, mas Nyoman lalu pamit pulang.

Selang beberapa hari mas Nyoman datang lagi ke rumah, menyampaikan pengalaman penggunaan JSN rebus bagi bapaknya. Singkat ceritanya, mas Nyoman mengatakan kalau bapaknya langsung mau pingsan setelah meminum air rebusan JSN tersebut, karena tahu salah satu bahannya adalah mahkota dewa.

Baik mas kalau begitu saya akan membuat JSN kapsulnya dulu, dan besuk lusa siang dapat diambil. Namun saya berpesan, apakah mas Nyoman sanggup merahasiakan hal ini kepada bapak? Tegas penulis. Rahasianya kapsul JSN yang akan saya buat, isinya tidak lain adalah bahan -- bahan ini juga. Jadi kalau mas Nyoman mengatakan kepada bapak, bahwa isi kapsul JSN ini juga mengandung ekstrak mahkota dewa; Sudah barang tentu walau JSN dalam bentuk kapsul sekalipun, sudah tidak ada gunanya lagi buat bapak, jelas penulis. Saya sanggup memegang rahasia tersebut pak, jawab mas Nyoman. Sesuai hari yang direncanakan, mas Nyoman datang untuk mengambil kapsul JSN.

Sekitar seminggu kemudian mas Nyoman datang lagi ke rumah, untuk menyampaikan pengalaman kesembuhan sang bapak dengan JSN kapsul. Setelah bapak menerima JSN kapsul, seperti biasa diminum 3 kali sehari masing -- masing 1 kapsul. Setelah saya amati, ternyata efek JSN kapsul tidak sama dengan ketika bapak minum rebusan JSN.

Kata bapak saat kencing sudah merasakan lebih baik dari sebelumnya, jelas mas Nyoman. Disini saya mendapat bukti nyata pak, bahwa "Sugesti mempunyai kekuatan dahsyad", tegas mas Nyoman. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, telah dapat membantu kesembuhan seseorang dari penyakitnya.

Demikian sekelumit tentang JSN, yang tentunya penulis tidak dapat mengulas semua perjalanan JSN disini, dalam membantu kesembuhan masyarakat yang membutuhkan. Ulasan selengkapnya dapat dibaca dalam buku penulis dengan judul "Menebar Kasih Sayang".

Ada lagi cerita yang unik. Seperti biasa bila penulis, dan keluarga melakukan perjalanan tidak lupa membawa obat -- obatan lengkap. Namun dengan membawa obat -- obatan tadi tidak diniatkan untuk berjaga - jaga bila penulis, dan keluarga mengalami sakit selama dalam perjalanan, tidak! Membawa obat ini diniatkan siapa tahu selama dalam perjalanan, menjumpai seseorang yang membutuhkan pertolongan.

Demikian juga setiap mengunjungi saudara di desa, tidak lupa membawa obat-obatan yang berkaitan dengan pegel linu, lelah, dan lain - lain, mengingat profesinya petani. Tetangga kiri kanan saudarapun tidak ketinggalan, juga mendapat bagian. Beliau -- beliau ini tampak gembira, menerima obat- obatan tersebut.

Saat kami datang dilain waktu, tetangga yang sering menerima obat -- obatan ini menemui lalu berkata, obat pemberian ibu-bapak sangat manjur, katanya. Waktu saya sakit gigi, saya minum obat dari ibu langsung sembuh, katanya lagi. Padahal obat yang diberikan, tidak ada sangkut pautnya dengan sakit gigi.

Tetapi karena apa yang ada dalam benak atau pikiran orang tersebut, bahwa setiap obat yang istri berikan diyakini pasti menyembuhkan, ya sembuh sesuai pikirannya yang dikabulkan Allah. Sehingga sakit apapun yang diderita, tampaknya dapat memberikan kesembuhan baginya.  

Perihal sugesti, ada juga pengalaman unik istri penulis sendiri, yang terjadi jauh sebelum membantu kesembuhan saudara-saudara sebagaimana diceritakan tadi. Suatu saat istri penulis mengeluhkan badannya terasa gatal. Penulis lalu bertanya, sudah berapa lama mama merasakan gatal di badan? Barusan saja, setelah makan udang; Alergi udang barangkali, kata istri selanjutnya. Memangnya, mama makan udang berapa banyak? Hanya 1 biji padahal, jawabnya. Nah disini kekeliruannya, seharusnya mama makan udang yang banyak syukur 1 piring, kata penulis.

Dari pada makan 1 biji terasa gatal, tentunya akan lebih enak makan udang 1 piring, toh gatalnya sama. Tetapi dengan syarat, harus dapat mensugesti diri sendiri: niat saya makan udang ini, supaya sehat. Jangan mau makan udang, yang ada dalam pikiran jangan -- jangan setelah makan udang badan saya gatal, kata penulis. Rupanya, apa yang penulis sarankan dilaksanakan. Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam sampai saat ini Januari tahun 2022, bila ada udang dimakan tanpa ada keluhan gatal di badan istri penulis.  

Dari deretan kisah nyata tersebut, kiranya dapat diketahui bahwa dari setiap kisah yang diceritakan terkandung maksud memprogram diri pribadi seseorang, meskipun dengan cara dan istilah yang berbeda. Kecuali itu dari kenyataan tersebut kitapun dapat memilah menjadi 2 yaitu: memprogram diri pribadi yang bersifat positip dan bersifat negatip, dengan konsekuensinya masing -- masing.

Kalimat atau pernyataan yang bersifat positip berupa: Kalau ingin sembuh dari penyakit tolong ditanamkan dalam pikiran atau diniatkan, atau disugestikan kepada diri sendiri; Saya sembuh karena Yang Maha Kuasa, dan jangan mengingat -- ingat atau membicarakan lagi penyakitnya. Karena dengan mengingat - ingat dan membicarakan penyakit sama dengan tanaman dipupuk, akan semakin subur dan berkembang. Dengan cara demikian hakekatnya kita telah memprogram diri pribadi, ke arah/tujuan positip.

Kalimat atau pernyataan yang bersifat negatif berupa: bapak saya trauma dengan buah mahkota dewa. Mengetahui pernyataan tersebut, tanpa disadari sesungguhnya si bapak sama saja dengan telah memprogram diri pribadinya atau memvonis dirinya, akan mengalami hal yang kurang baik bila berkaitan dengan buah mahkota dewa. Lalu bagaimana seharusnya untuk menyikapi hal seperti itu? Tidak ada jalan lain kecuali orang -- orang seperti si bapak itu harus memprogram diri pribadinya kembali, dengan cara seperti telah diuraikan sebelumnya, yaitu dari yang semula berpikiran negatip diubah menjadi berpikiran positip.

Oleh karena itu hendaklah kita selalu ingat agar setiap tingkah laku, perbuatan, tutur kata sehari -- hari, setiap keinginan menuju kebaikan dan kebenaran selalu kita niatkan dari lubuk hati paling dalam, atau mensugesti diri pribadi.  Kesemua pernyataan itu tidak lain untuk memprogram diri pribadi, agar sembuh dari penyakit yang kita derita, dan atau dapat melakukan kebaikan dan kebenaran dalam melakoni hidup, dan kehidupan di atas dunia ini.

Oleh karena itu mari kita patrikan dalam diri masing -- masing bahwa   "Hakekatnya diriku adalah apa yang ada didalam pikiranku" sebagai cara "Memprogram Diri Pribadi". Untuk penjelasannya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu: 1. Melalui pendekatan hakekat beragama, dan 2 melalui pendekatan ilmiah. Singkatnya kalau pendekatan secara ilmiah, kita ingat bahwa dalam tubuh manusia terdapat syaraf sensoris, dan syaraf motoris. Artinya syaraf motoris berfungsi menggerakkan organ penggerak kita sesuai yang diperintahkan syaraf sensoris, kalau perintahnya positip ya digerakkan ke arah positip, kalau perintahnya negatip ya digerakkan ke arah negatip. Sedangkan kalau pendekatan melalui hakekat beragama, hendaklah kita mengingat sabda nabi kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu. Akan diuraikan dalam artikel selanjutnya, oleh karena itu kepada saudara-saudaraku budiman yang ingin mengetahui lebih lanjut, silahkan menandai agar dapat mengikuti penjelasannya. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun