Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memprogram Diri Pribadi (1)

1 Februari 2022   08:38 Diperbarui: 1 Februari 2022   08:40 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Biaya apa? mengapa ibu tanyakan biaya? Bukankah ibu, dan bapak ke sini menemui saya untuk minta pertolongan demi kesembuhan putranda? Oleh karena itu tolong difokuskan saja pikiran ibu, dan bapak untuk kesembuhan putranda, dan jangan memikirkan hal yang lain, kata penulis. Yang penting begitu sampai di rumah segera dilaksanakan, dan disampaikan pula kepada putranda, agar ibu dan bapak sini dianggap sebagai ibu dan bapaknya sendiri, serta rumah ini agar dianggap seperti rumahnya sendiri. Baik pak, kami mohon pamit.

Singkat ceritanya, penulis dan istri merasa bangga dan bahagia karena atas perkenan dan izin Allah, penulis sekeluarga dianggap sebagai orang tuanya sendiri, dan rumahpun dianggap sebagai rumahnya sendiri. Singkat ceritanya mbak Meri ( nama anak yang sakit) selalu berkonsultasi saat mau mengambil jurusan di SMA nya, dan saat akan melanjutkan studinya. 

Alhamdulillah syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa mendapat kabar kalau mbak Meri telah lulus dari Akademi Perawat, dan sampai saat ini bekerja di sebuah Rumah Sakit Suasta Metro Lampung.

Saat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H ( 2012 ) kecuali mbak Meri mengucapkan Selamat Idul Fitri mohon maaf lahir batin melalui SMS, juga menginformasikan kalau anak pertamanya telah lahir tanggal 13 Agustus 2012. Dalam SMS selanjutnya mengatakan: Cucu eyang perempuan, Meri sekeluarga memberi nama Ni Sayu P.S.A.A, do'ain ya pa semoga cucunya selalu diberi kesehatan, juga menjadi anak yang berbakti, amiin.

Bila dicermati sejak kali pertama bapak, dan ibu Nyoman berkunjung ke rumah untuk mencarikan kesembuhan putranya tanggal 20-01-2004, sampai dengan 20-01-2013 berarti sudah 9 tahun mbak Meri dalam keadaan sehat. Padahal saat kali pertama bertemu, sang ibu mengatakan kalau putranya diperkirakan dokter hanya akan dapat bertahan 1,5 sampai 2 tahun saja, bila kondisinya normal. Ternyata perkiraan tadi meleset, dan ini sekaligus dapat digunakan sebagai bukti nyata, manusia boleh memprediksikan, tetapi Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa yang menentukan.

Kisah nyata lainnya. Rumah penulis menyatu dengan Apotek Sido Waras yang sepenuhnya dikelola oleh istri, sedangkan penulis hanya bertindak sebagai pendamping bidang kefarmasiannya saja.

Suatu saat istri menginformasikan ada pasien yang mengambil resep sudah berulang kali, obatnya itu -- itu saja. Disamping itu, dalam 1 lembar resep tertulis hampir 10 macam obat. Karena sudah berulang kali menebus resep, tadi saya menyarankan kepada suami si sakit, agar istrinya diajak ke sini konsultasi dengan papa, tutur istri. Kasihan istrinya sudah sekian lama mengkonsumsi obat, tadi datang lagi untuk menebus obat, kata istri lagi. 

Tidak berapa lama kemudian datanglah sepasang suami istri ke rumah, tepatnya tanggal 01 April 2004 sekitar pukul 8 malam, karena rumahnya memang tidak jauh dari Apotek. Karena kondisi sakit, jadi sewaktu datang ke rumah, istrinya kelihatan lusuh. Setelah sang suami memperkenalkan diri, sang istri lalu menjawab pertanyaan penulis tentang penyakit yang dideritanya, sekaligus meminta bantuan demi kesembuhannya.  Dari informasi si sakit ternyata memang penyakit yang dideritanya berjama'ah, antara lain: liver, diabet, asam urat, tekanan darah tinggi, dan lain -- lain.  

Baik mbak saya akan membantu, semampu saya. Penulis lalu berkata tolong dipatrikan dalam pikiran, dan dilaksanakan kalimat ini. "Hakekatnya diriku adalah apa yang ada di dalam pikiranku".  Artinya kalau mbak ingin sembuh, tolong ditanamkan dalam pikiran; Saya sembuh karena Yang Maha Kuasa, dan jangan mengingat -- ingat kembali penyakit yang diderita, jelas penulis. Penyakit bila selalu dipikirkan ibarat tanaman dipupuk, dan akan mengakibatkan subur pertumbuhannya.  

Mari bersama saya bermohon kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, sepahit apapun hasil yang diberikan Allah, mbak dan mas harus sabar, dan iklas menerimanya. Sebaliknya bila hasilnya baik, artinya mbak mendapat kesembuhan, tolong diingat bahwa kesembuhan tersebut bukan karena JSN dan saya. Tetapi karena keinginan sembuh dari mbak sendiri, yang dikabulkan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sedangkan JSN dan saya hanyalah sebagai lantaran atau perantara saja, tutur penulis. Kecuali itu, apapun yang mbak rasakan dari jamu yang akan saya berikan nanti, jangan dikomentari selain insya-Allah sembuh karena Allah.

Akhirnya penulis siapkan 1 gelas berisi air putih, dan 1 gelas lain berisi cairan berwarna coklat, untuk diminum saat itu juga. Sebelum meminum air putih disyaratkan mengucap Al Fatikah sekali, dan selawat nabi 2 kali, airnya disisakan sedikit untuk membasuh muka dan kedua kaki, kata penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun