Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memprogram Diri Pribadi (1)

1 Februari 2022   08:38 Diperbarui: 1 Februari 2022   08:40 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada lagi cerita yang unik. Seperti biasa bila penulis, dan keluarga melakukan perjalanan tidak lupa membawa obat -- obatan lengkap. Namun dengan membawa obat -- obatan tadi tidak diniatkan untuk berjaga - jaga bila penulis, dan keluarga mengalami sakit selama dalam perjalanan, tidak! Membawa obat ini diniatkan siapa tahu selama dalam perjalanan, menjumpai seseorang yang membutuhkan pertolongan.

Demikian juga setiap mengunjungi saudara di desa, tidak lupa membawa obat-obatan yang berkaitan dengan pegel linu, lelah, dan lain - lain, mengingat profesinya petani. Tetangga kiri kanan saudarapun tidak ketinggalan, juga mendapat bagian. Beliau -- beliau ini tampak gembira, menerima obat- obatan tersebut.

Saat kami datang dilain waktu, tetangga yang sering menerima obat -- obatan ini menemui lalu berkata, obat pemberian ibu-bapak sangat manjur, katanya. Waktu saya sakit gigi, saya minum obat dari ibu langsung sembuh, katanya lagi. Padahal obat yang diberikan, tidak ada sangkut pautnya dengan sakit gigi.

Tetapi karena apa yang ada dalam benak atau pikiran orang tersebut, bahwa setiap obat yang istri berikan diyakini pasti menyembuhkan, ya sembuh sesuai pikirannya yang dikabulkan Allah. Sehingga sakit apapun yang diderita, tampaknya dapat memberikan kesembuhan baginya.  

Perihal sugesti, ada juga pengalaman unik istri penulis sendiri, yang terjadi jauh sebelum membantu kesembuhan saudara-saudara sebagaimana diceritakan tadi. Suatu saat istri penulis mengeluhkan badannya terasa gatal. Penulis lalu bertanya, sudah berapa lama mama merasakan gatal di badan? Barusan saja, setelah makan udang; Alergi udang barangkali, kata istri selanjutnya. Memangnya, mama makan udang berapa banyak? Hanya 1 biji padahal, jawabnya. Nah disini kekeliruannya, seharusnya mama makan udang yang banyak syukur 1 piring, kata penulis.

Dari pada makan 1 biji terasa gatal, tentunya akan lebih enak makan udang 1 piring, toh gatalnya sama. Tetapi dengan syarat, harus dapat mensugesti diri sendiri: niat saya makan udang ini, supaya sehat. Jangan mau makan udang, yang ada dalam pikiran jangan -- jangan setelah makan udang badan saya gatal, kata penulis. Rupanya, apa yang penulis sarankan dilaksanakan. Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam sampai saat ini Januari tahun 2022, bila ada udang dimakan tanpa ada keluhan gatal di badan istri penulis.  

Dari deretan kisah nyata tersebut, kiranya dapat diketahui bahwa dari setiap kisah yang diceritakan terkandung maksud memprogram diri pribadi seseorang, meskipun dengan cara dan istilah yang berbeda. Kecuali itu dari kenyataan tersebut kitapun dapat memilah menjadi 2 yaitu: memprogram diri pribadi yang bersifat positip dan bersifat negatip, dengan konsekuensinya masing -- masing.

Kalimat atau pernyataan yang bersifat positip berupa: Kalau ingin sembuh dari penyakit tolong ditanamkan dalam pikiran atau diniatkan, atau disugestikan kepada diri sendiri; Saya sembuh karena Yang Maha Kuasa, dan jangan mengingat -- ingat atau membicarakan lagi penyakitnya. Karena dengan mengingat - ingat dan membicarakan penyakit sama dengan tanaman dipupuk, akan semakin subur dan berkembang. Dengan cara demikian hakekatnya kita telah memprogram diri pribadi, ke arah/tujuan positip.

Kalimat atau pernyataan yang bersifat negatif berupa: bapak saya trauma dengan buah mahkota dewa. Mengetahui pernyataan tersebut, tanpa disadari sesungguhnya si bapak sama saja dengan telah memprogram diri pribadinya atau memvonis dirinya, akan mengalami hal yang kurang baik bila berkaitan dengan buah mahkota dewa. Lalu bagaimana seharusnya untuk menyikapi hal seperti itu? Tidak ada jalan lain kecuali orang -- orang seperti si bapak itu harus memprogram diri pribadinya kembali, dengan cara seperti telah diuraikan sebelumnya, yaitu dari yang semula berpikiran negatip diubah menjadi berpikiran positip.

Oleh karena itu hendaklah kita selalu ingat agar setiap tingkah laku, perbuatan, tutur kata sehari -- hari, setiap keinginan menuju kebaikan dan kebenaran selalu kita niatkan dari lubuk hati paling dalam, atau mensugesti diri pribadi.  Kesemua pernyataan itu tidak lain untuk memprogram diri pribadi, agar sembuh dari penyakit yang kita derita, dan atau dapat melakukan kebaikan dan kebenaran dalam melakoni hidup, dan kehidupan di atas dunia ini.

Oleh karena itu mari kita patrikan dalam diri masing -- masing bahwa   "Hakekatnya diriku adalah apa yang ada didalam pikiranku" sebagai cara "Memprogram Diri Pribadi". Untuk penjelasannya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu: 1. Melalui pendekatan hakekat beragama, dan 2 melalui pendekatan ilmiah. Singkatnya kalau pendekatan secara ilmiah, kita ingat bahwa dalam tubuh manusia terdapat syaraf sensoris, dan syaraf motoris. Artinya syaraf motoris berfungsi menggerakkan organ penggerak kita sesuai yang diperintahkan syaraf sensoris, kalau perintahnya positip ya digerakkan ke arah positip, kalau perintahnya negatip ya digerakkan ke arah negatip. Sedangkan kalau pendekatan melalui hakekat beragama, hendaklah kita mengingat sabda nabi kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu. Akan diuraikan dalam artikel selanjutnya, oleh karena itu kepada saudara-saudaraku budiman yang ingin mengetahui lebih lanjut, silahkan menandai agar dapat mengikuti penjelasannya. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun