Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pedoman Hidup

16 Januari 2021   09:09 Diperbarui: 16 Januari 2021   09:15 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apakah wujud pedoman hidup yang diberikan Allah, kepada manusia? Bagi penganut Islam tidak lain adalah wahyu Al Qur'an atau perintah dan petunjuk Allah yang diturunan kepada nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malaikat Jibril, dan dikenal sebagai ayat -- ayat Allah yang tertulis. Dan semesta alam atau jagad raya seisinya termasuk diri manusia, yang dikenal sebagai ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis atau ayat -- ayat Allah yang terwujud. Sedangkan bagi saudara -- saudara yang non muslim, silahkan menggunakan Firman Allah atau Kitab Suci yang sesuai. 

Sebagai penganut Islam, tentunya sudah mengetahui perintah dan petunjuk Allah tersebut. Masalahnya sampai sejauh mana, para penganut Islam sudah menemu-kenali makna batiniyah, atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi, atau makna yang terkandung dalam perintah dan petunjuk Allah tersebut. Sudah benarkah pemahaman maknanya, selama ini? Dan sudah tepatkah pengamalannya selama ini?

Mari sama -- sama kita simak kenyataan yang sering kita lihat sebagai pengamalan atau pewujud - nyataan perintah, dan petunjuk Allah di masyarakat dewasa ini. Tentunya dengan mengedepankan bisa merasa ( bukannya merasa bisa ), kejujuran, dan menurunkan gengsi. Lalu melakukan koreksi dan langkah tindak atas pengamalan atau pewujud -- nyataan perintah dan  petunjuk Allah selama ini, menuju pengamalan atau pewujud -- nyataan perintah dan petunjuk Allah dengan benar dan tepat; Demi menggapai keselamatan, dan kebahagiaan hidup di dunia maupun demi menggapai keselamatan, dan kebahagiaan hidup di kelak kemudian. Serta demi terwujudnya, generasi berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

Al Qur'an adalah petunjuk Allah, diantaranya difirmankan dalam: Surat Al Baqarah ayat 2. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.

Surat Luqman ayat 2. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat, ayat 3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,

Dan masih banyak lagi ayat-ayat, yang menyatakan hal senada. Penganut Islam bukan hanya orang Arab, tetapi mengapa sejak wahyu Al Qur'an diturunkan, disampaikan dalam bahasa Arab? Namanya saja perintah dan petunjuk sudah barang tentu harus  disampaikan dalam bahasa kaum yang akan diberi petunjuk. Agar perintah, dan petunjuk tadi dapat dimengerti dengan jelas, dan dipahami makna batiniyahnya. Sehingga akhirnya dapat dilaksanakan dengan benar, dan tepat oleh kaum yang menerima perintah dan petunjuk tersebut.

Wahyu Al Qur'an turunnya di tanah Arab, jadi agar wahyu tadi dimengerti dan di pahami oleh  kaum Arab sudah barang tentu harus menggunakan bahasa Arab. Surat Fushshilat ayat 44. Dan jikalau Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan : Mengapa tidak dijelaskan ayat -- ayatnya? Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang -- orang yang beriman. Dan orang -- orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah  ( seperti ) orang -- orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.    

Penulis ulangi penggalan kalimatnya, Apakah ( patut Al Qur'an ) dalam bahasa asing sedang ( rasul adalah orang ) Arab. Kalau memang masih kurang yakin, mari kita simak bersama surat Ibrahim ayat 4. Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.  

Penulis ulangi penggalan kalimatnya, dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.  Kalau memang masih kurang jelas juga silahkan dibaca Al Qur'annya, dan dikaji melalui rasa yang merasakan ( Jawa = roso pangroso) agar dipahami makna batiniyahnya, supaya dapat mengamalkan atau mewujud -- nyatakannya dengan benar, dan tepat dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu bagaimana kita, sebagai penganut Islam yang bukan orang Arab? Bagi penganut Islam yang bukan orang Arab seperti kita, tentunya harus menterjemahkan perintah dan petunjuk Allah tersebut dari bahasa Arab ke dalam bahasa kita atau bahasa yang kita mengerti. Kemudian mengkaji perintah dan petunjuk-Nya dengan baik, dan benar agar dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari -- hari, dan yang selanjutnya Al Qur'an kita posisikan sebagai pedoman hidup.

Dengan demikian kita sebagai penganut agama atau sebagai seorang agamis apapun agamanya, tidak hanya NATO  ( No Action Talking Only ) alias omdo ( omong doaaang ) tanpa ditindak lanjuti dengan perbuatan dari apa yang dibaca, itu kalau kita tidak ingin dibenci Allah. Sebagaimana difirmankan dalam surat Ash Shaff ayat 3. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa -- apa yang tiada kamu kerjakan.

Nah silahkan dipilih sendiri ingin dibenci Allah, atau ingin disayang Allah. Selanjutnya mari kita simak ilustrasi berikut. Suatu saat di satu desa diadakan ceramah, tentang kesehatan. Hendaklah kita dapat memperkirakan latar belakang pendidikan para pesertanya yang belum tentu semuanya mengenyam sekolahan, atau lebih - lebih lulus Sekolah Dasar (SD). Tetapi agar si penceramah dipandang sebagai pakar yang hebat, dan mumpuni tak jarang sang penceramah menggunakan istilah asing. 

Misalnya. Saudara -- saudara yang saya cintai dan banggakan, pada kesempatan yang baik ini saya mengingat kan. Agar setiap warga masyarakat mengusahakan, dan menjaga kebersihan dilingkungannya masing -- masing. Karena kebersihan itu, merupakan bagian integral dari kesehatan.  

Istilah integral disini, bisa mendorong keinginan peserta untuk bertanya: pak, integral meniko daharan menopo to pak? (pak, integral itu makanan apa to pak?) Coba dibayangkan, celaka tidak kalau hal tersebut terjadi? Dan hal ini mungkin saja terjadi karena memang peserta tidak mengerti, berpendidikan rendah, dan bahkan ada yang tidak sekolah. Kebetulan pula pesertanya dari komunitas suku Jawa, sehingga bertanyapun menggunakan bahasa Jawa. Padahal sang penceramah mengharapkan pujian, dari para pesertanya. Paling tidak, wah wah wah hebat dan mumpuni pak penceramah, sehingga banyak menggunakan istilah -- istilah asing, maunya. Tidak tahunya, meleset.

Jadi agar materi ceramah yang pada dasarnya berisi tuntunan atau petunjuk dapat dimengerti, dipahami peserta dengan jelas akan lebih tepat bila tidak menggunakan bahasa asing. Sehingga dapat dimengerti oleh para peserta dengan benar, dan tepat sesuai harapan. Tentunya akan lebih mengena, dan tepat  bila ceramah tadi disampaikan dalam bahasa yang dimengerti, atau dipahami oleh peserta ceramah dalam hal ini bahasa Jawa.

Sejalan dengan alur pikir tersebut, dan mengingat kita bukan orang Arab maka kita baca Al Qur'an dalam bahasa kita Indonesia atau bahasa yang kita mengerti. Selanjutnya kita kaji dengan baik, agar dapat memahami makna batiniyah atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi, atau makna yang terkandung dalam perintah dan petunjuk Allah tersebut.

Wahyu Al Qur'an telah diterima, dan disampaikan oleh nabi Muhammad SAW sejak sekitar 14,5 abad yang silam kepada umatnya. Tetapi mengapa tingkah laku, perbuatan, dan tutur kata para pengikutnya belum mencerminkan sebagaimana diharapkan dalam perintah dan  petunjuk Allah? Dan bahkan tak jarang kita dapat melihat  melalui media sosial maupun elektronik kelompok yang satu, menganiaya kelompok yang lain. Kelompok yang satu, menyalahkan kelompok yang lain. Kelompok yang satu, merusak tempat kegiatan kelompok yang lain. Dan lain -- lain kegiatan yang kesemuanya itu, jauh dari perintah dan petunjuk Allah.

Bahkan sering kita dapat mendengar, dan melihat kelompok yang satu mengucap allahuakbar, terus menganiaya kelompok yang lain. Mengucap allahuakbar, terus merusak tempat kegiatan kelompok yang lain. Mengucap allahuakbar, terus membunuh orang. Padahal semua kelompok tadi mengakunya beragama Islam, apa itu tidak melecehkan Allah namanya? Katanya mengimaninya kok Allah malah diperlakukan hanya sebagai bemper atau tameng dalam melakukan pengrusakan, penganiayaan, pembunuhan, dan lain -- lain kejahatan atau perbuatan tercela?

Disinilah masalahnya, kita harus berani melakukan introspeksi, dan sekaligus hijrah dengan mengedepankan, bisa merasa, jujur, dan menurunkan gengsi. Agar bagi kita yang khilaf disadarkan, yang gelap diterangi, dan yang kotor dicuci Nur Illahi kembali suci seperti sediakala, layaknya awal kejadian manusia. Karena pada dasarnya, manusia diciptakan menurut fitrah Allah, dan memiliki sifat -- sifat ke Illahian layaknya sifat -- sifat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci.

Surat Ar Ruum ayat 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. ( Itulah ) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.          

Penulis ulangi penggalan kalimatnya, fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. ......................, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.     

Kita harus berani melakukan introspeksi, dan mengambil langkah tindak sesuai perintah dan petunjuk-Nya. Kalau tidak berani, selamanya yang namanya perintah dan petunjuk Allah hanya akan diperlakukan oleh penganut layaknya: mantra, jimat, bemper atau tameng dan lain sejenisnya sampai akhir zaman. Dengan konsekuensi para penganutnya berpola pikir irasional, layaknya pola pikir orang-orang di jaman ke nabian atau di jaman Jahiliah dahulu, padahal wadag atau jazad sekarang ini sudah berada di jaman milenial atau berada di jaman Now orang menyebutnya. 

Mengapa umumnya penganut Islam yang katanya mengimani  Al  Qur'an, tetapi tingkah laku, perbuatan, dan tutur katanya masih seperti diuraikan sebelumnya? Karena memang sudah difirmankan seperti itu, sehingga kebanyakan orang tidak mengetahui, bahwa kita sesungguhnya  diciptakan menurut fitrah Allah. Akibatnya perbuatan, tingkah laku dan tutur katanya tidak mencerminkan kesucian-Nya.

Sebagai penganut Islam mestinya memahami bahwa ayat -- ayat Allah itu, sesungguhnya ayat -- ayat yang nyata sehingga tidak perlu ditafsir -- tafsirkan lagi, sebagaimana difirmankan dalam surat Al Ankabuut ayat 49. Sebenarnya Al Qur'an itu adalah ayat -- ayat yang nyata didalam dada orang -- orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat -- ayat Kami kecuali orang--orang yang zalim. 

Kalau ada seseorang, dan atau kelompok orang mengaku sebagai penganut Islam tetapi tingkah laku, perbuatan dan tutur katanya,  hanya sebagaimana diuraikan tadi. Kira -- kira orang -- orang tadi termasuk orang - orang yang  melaksanakan, atau mengingkari perintah dan petunjuk Allah? Silahkan disimpulkan sendiri, kemudian mengambil sikap untuk memperbaiki diri mumpung masih punya waktu dan kesempatan.

Kalau yang telah dijelaskan tadi adalah perintah dan petunjuk Allah  berupa ayat -- ayat Allah yang tertulis, lalu bagaimana halnya dengan ayat-ayat Allah yang tidak tertulis? Sesungguhnya Allah memberikan perintah dan petunjuk, kepada umat manusia dalam 2 bentuk. Yaitu  ayat -- ayat Allah yang tertulis berupa perintah, dan petunjuk Allah sebagaimana tertulis dalam kitab Al Qur'an. Dan ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis tetapi terwujud, berupa Semesta Alam beserta isinya termasuk diri manusia. 

Surat Albaqarah ayat 251. Mereka ( tentara Thalut ) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan  (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) perintah dan hikmah ( sesudah meninggalnya Thalut ) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak ( keganasan ) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. 

Surat Albaqarah ayat 252. Itu adalah ayat -- ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan  sesungguhnya kamu benar -- benar seorang diantara nabi - nabi yang diutus.

Ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis atau ayat -- ayat Allah yang terwujud ini, pada dasarnya lebih menjelaskan ayat -- ayat Allah yang tertulis sehingga dapat mempertebal keyakinan kita. Cotoh sederhana. Perbuatan baik kita di atas dunia ini, mudah -- mudahan kelak mendapat imbalan kebaikan dari Allah. Demikian pula perbuatan jahat kita di atas dunia ini, sudah barang tentu akan mendapat imbalan dari Allah sesuai dengan perbuatannya, ini contoh ayat -- ayat Allah yang tertulis. Dan hal demikian tadi, memang adalah janji Allah sebagaimana difirmankan dalam surat Al Israa' ayat 7. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

Untuk lebih meyakinkan kepada umat yang masih ragu -- ragu akan kebenaran ayat - ayat Allah yang tertulis tersebut, mari kita kaji ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis atau ayat -- ayat Allah yang terwujud, yang dapat kita lihat secara langsung dengan mata kepala kita sendiri. Orang menanam padi bila dirawat dengan baik, mudah -- mudahan akan menuai hasil panen berupa padi. Orang menanam jagung bila dirawat dengan baik, mudah -- mudahan akan menuai hasil panen berupa jagung. Orang menanam rumput berduri walau tidak dirawat sekalipun, pasti akan menuai hasil panen berupa rumput berduri. Dari kenyataan yang kita lihat secara langsung tersebut, masih adakah diantara kita yang sanggup menyangkal kebenaran tersebut?

Kedua bentuk ayat Allah ( tertulis dan tidak tertulis ) tadi, sudah seharusnya dikaji dengan benar dan tepat oleh kita penganutnya. Agar kita dapat memahami makna yang terkandung dalamnya, demi terbangunnya manusia berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Sebagai bekal dalam menggapai keselamatan, dan kebahagiaan hidup baik didunia maupun dikehidupan kelak kemudian. 

Sudahkah ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis ini dibaca dan diamalkan? Tampaknya sama sekali belum tersentuh oleh sebagian besar penganut Islam, itupun kalau para penganutnya mau mengakui secara jujur. Ayat Allah yang tidak tertulis selama ini hanya dilihat atau dipandangi saja oleh kita penganutnya, tetapi anehnya tanpa sadar justru sudah dinikmatinya. Atau apakah memang para penganut Islam tidak atau belum mengetahui bahwa dunia seisinya ini termasuk diri manusia, adalah ayat Allah yang juga harus dikaji, dan diamalkan kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari -- hari.

Dari uraian tersebut, mari kesemua ayat -- ayat Allah baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis kita kaji, dan kita amalkan dalam kehidupan kita sehari - hari, serta kita posisikan sebagai Pedoman Hidup. Demi menggapai keselamatan dan kebahagiaan hidup selama melakoni hidup dan kehidupan diatas dunia ini, maupun demi menggapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di hari kemudian kelak pada saatnya, insya-Allah. Amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun