Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pedoman Hidup

16 Januari 2021   09:09 Diperbarui: 16 Januari 2021   09:15 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Nah silahkan dipilih sendiri ingin dibenci Allah, atau ingin disayang Allah. Selanjutnya mari kita simak ilustrasi berikut. Suatu saat di satu desa diadakan ceramah, tentang kesehatan. Hendaklah kita dapat memperkirakan latar belakang pendidikan para pesertanya yang belum tentu semuanya mengenyam sekolahan, atau lebih - lebih lulus Sekolah Dasar (SD). Tetapi agar si penceramah dipandang sebagai pakar yang hebat, dan mumpuni tak jarang sang penceramah menggunakan istilah asing. 

Misalnya. Saudara -- saudara yang saya cintai dan banggakan, pada kesempatan yang baik ini saya mengingat kan. Agar setiap warga masyarakat mengusahakan, dan menjaga kebersihan dilingkungannya masing -- masing. Karena kebersihan itu, merupakan bagian integral dari kesehatan.  

Istilah integral disini, bisa mendorong keinginan peserta untuk bertanya: pak, integral meniko daharan menopo to pak? (pak, integral itu makanan apa to pak?) Coba dibayangkan, celaka tidak kalau hal tersebut terjadi? Dan hal ini mungkin saja terjadi karena memang peserta tidak mengerti, berpendidikan rendah, dan bahkan ada yang tidak sekolah. Kebetulan pula pesertanya dari komunitas suku Jawa, sehingga bertanyapun menggunakan bahasa Jawa. Padahal sang penceramah mengharapkan pujian, dari para pesertanya. Paling tidak, wah wah wah hebat dan mumpuni pak penceramah, sehingga banyak menggunakan istilah -- istilah asing, maunya. Tidak tahunya, meleset.

Jadi agar materi ceramah yang pada dasarnya berisi tuntunan atau petunjuk dapat dimengerti, dipahami peserta dengan jelas akan lebih tepat bila tidak menggunakan bahasa asing. Sehingga dapat dimengerti oleh para peserta dengan benar, dan tepat sesuai harapan. Tentunya akan lebih mengena, dan tepat  bila ceramah tadi disampaikan dalam bahasa yang dimengerti, atau dipahami oleh peserta ceramah dalam hal ini bahasa Jawa.

Sejalan dengan alur pikir tersebut, dan mengingat kita bukan orang Arab maka kita baca Al Qur'an dalam bahasa kita Indonesia atau bahasa yang kita mengerti. Selanjutnya kita kaji dengan baik, agar dapat memahami makna batiniyah atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi, atau makna yang terkandung dalam perintah dan petunjuk Allah tersebut.

Wahyu Al Qur'an telah diterima, dan disampaikan oleh nabi Muhammad SAW sejak sekitar 14,5 abad yang silam kepada umatnya. Tetapi mengapa tingkah laku, perbuatan, dan tutur kata para pengikutnya belum mencerminkan sebagaimana diharapkan dalam perintah dan  petunjuk Allah? Dan bahkan tak jarang kita dapat melihat  melalui media sosial maupun elektronik kelompok yang satu, menganiaya kelompok yang lain. Kelompok yang satu, menyalahkan kelompok yang lain. Kelompok yang satu, merusak tempat kegiatan kelompok yang lain. Dan lain -- lain kegiatan yang kesemuanya itu, jauh dari perintah dan petunjuk Allah.

Bahkan sering kita dapat mendengar, dan melihat kelompok yang satu mengucap allahuakbar, terus menganiaya kelompok yang lain. Mengucap allahuakbar, terus merusak tempat kegiatan kelompok yang lain. Mengucap allahuakbar, terus membunuh orang. Padahal semua kelompok tadi mengakunya beragama Islam, apa itu tidak melecehkan Allah namanya? Katanya mengimaninya kok Allah malah diperlakukan hanya sebagai bemper atau tameng dalam melakukan pengrusakan, penganiayaan, pembunuhan, dan lain -- lain kejahatan atau perbuatan tercela?

Disinilah masalahnya, kita harus berani melakukan introspeksi, dan sekaligus hijrah dengan mengedepankan, bisa merasa, jujur, dan menurunkan gengsi. Agar bagi kita yang khilaf disadarkan, yang gelap diterangi, dan yang kotor dicuci Nur Illahi kembali suci seperti sediakala, layaknya awal kejadian manusia. Karena pada dasarnya, manusia diciptakan menurut fitrah Allah, dan memiliki sifat -- sifat ke Illahian layaknya sifat -- sifat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci.

Surat Ar Ruum ayat 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. ( Itulah ) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.          

Penulis ulangi penggalan kalimatnya, fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. ......................, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.     

Kita harus berani melakukan introspeksi, dan mengambil langkah tindak sesuai perintah dan petunjuk-Nya. Kalau tidak berani, selamanya yang namanya perintah dan petunjuk Allah hanya akan diperlakukan oleh penganut layaknya: mantra, jimat, bemper atau tameng dan lain sejenisnya sampai akhir zaman. Dengan konsekuensi para penganutnya berpola pikir irasional, layaknya pola pikir orang-orang di jaman ke nabian atau di jaman Jahiliah dahulu, padahal wadag atau jazad sekarang ini sudah berada di jaman milenial atau berada di jaman Now orang menyebutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun