Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Laksanakan

15 Januari 2021   07:59 Diperbarui: 15 Januari 2021   08:04 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menyaksikan demontrasi peralatan tersebut, seseorang tadi tak mau ketinggalan dengan orang lain, diapun terbawa arus dan ikut berebut untuk mendapatkan barang dimaksud. Setelah mendapat barang dia segera pulang, dan tidak jadi membeli barang A yang telah direncanakan dari rumah, karena uangnya sudah tidak mencukupi lagi.

Pernahkah kita menyaksikan kejadian seperti itu? Atau mungkin, justru kita pernah melakukan hal seperti itu? Mungkin saja. Inilah gambaran sederhana, yang seseorang tadi sebenarnya tinggal melaksanakan pembelian barang A sesuai direncanakan, tetapi karena masih dipengaruhi oleh pikiran -- pikiran sesaat, akhirnya meleset dari sasaran semula. Lalu apa kerugian atas kejadian ini? Kerugian atas kejadian ini adalah tertundanya seseorang tadi untuk memiliki barang A pada saat itu, yang sesungguhnya barang itu lebih dibutuhkan dari pada barang yang dibelinya tanpa direncanakan sebelumnya.

Contoh lain, misal seseorang dipercaya membuat suatu bangunan (apapun bangunannya). Atas kepercayaan yang diberikan, seseorang tadi lalu mendesain bangunan yang dipesan. Merencanakan jenis dan kualitas bahan yang akan digunakan, serta komposisi bahan yang harus dilaksanakan agar bangunan selesai dalam waktu 12 bulan, dan dapat bertahan selama 50 tahun, misalnya. Untuk mewujudkan bangunan sebagaimana direncana-kan dibutuhkan sejumlah dana tertentu, dan si pemesan sudah menyetujui besaran dana dimaksud.

Sesuai waktu yang telah direncanakan, diserahkanlah bangunan tadi kepada pemesannya. Beberapa saat setelah bangunan dipergunakan, mulailah tampak kejanggalan -- kejanggalan atas bangunan tersebut. Boro -- boro dapat bertahan sampai 50 tahun, selagi baru 1 bulan digunakan saja dinding sudah kelihatan retak -- retak, pintu berderak -- derak bila dibuka ataupun ditutup, dan kejanggalan -- kejanggalan lainnya. Mengapa demikian? Ya karena seseorang yang dipercaya tadi, tidak dapat memegang kepercayaan yang telah dipercayakan pemesan kepadanya. Karena setelah memegang dana yang seharusnya tinggal melaksanakan pembangunan sesuai direncanakan, penggunaannya dibelokkan oleh pikiran -- pikiran pribadinya yang tidak termasuk dalam rencana pembangunan gedung. Dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan gedung justru digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, akibatnya kualitas gedung tidak dapat dipertanggung jawabkan, apalagi ditarget dapat bertahan sampai 50 tahun.

Lalu apa kerugian atas kejadian ini? Kerugian bagi pemesan, dana yang telah dikeluarkan tidak sesuai dengan bangunan yang didapat. Sedangkan kerugian bagi seseorang yang dipercaya tadi, sudah barang tentu hilangnya kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasanya lagi. Bukan hanya itu kerugian buat seseorang yang dipercaya tadi, masih ada kerugian lain dan kerugian ini justru lebih besar. Karena seseorang ini sudah tidak ingat lagi kepada Allah, yang selalu bersama dimanapun seseorang berada dan yang selalu melihat apa yang orang kerjakan. Ini adalah contoh orang yang dikendalikan oleh kebutuhan duniawi, melalui hawa nafsu dirinya sendiri yang berkiprah atas kendali iblis, setan, dan sebangsanya.

Memang benar akan mendapat kesenangan namun hanya sesaat, dan yang akan dipertanggung jawabkan kelak dipengadilan akhir dihadapan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Adil.  Dapat disimpulkan seseorang tadi akan berlipat dosanya dihadapan Yang Maha Adil. Surat Al Maa-idah ayat 29. "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim." 

Padahal kalau seseorang yang dipercaya tadi  melaksanakan pekerjaan bangunan sesuai direncanakan, sudah barang tentu tidak akan mendapat kesulitan berkepanjangan. Ini contoh dari perbuatan yang seharusnya tinggal melaksanakan (lakoni), tetapi meleset karena dicemari pikiran dirinya sendiri. Surat Al Hadiit ayat 4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas arsy, Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Surat Ali 'Imran ayat 163. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat disisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Contoh lain lagi. Penulis sering mengingatkan bahwa selama melakoni hidup dan kehidupan diatas dunia ini, kita tidak terlepas dari ujian Allah, baik dalam keadaan susah maupun senang. Pada kesempatan ini penulis akan menjelaskan ujian Allah atas seseorang dalam keadaan senang, sedangkan ujian atas seseorang dalam keadaan susah, mudah -- mudah kita semua telah dapat menemukan sendiri.

Siapapun dia, apapun status dan kedudukannya, apakah masyarakat biasa, profesional ataupun pejabat, tentunya akan merasa senang dan bangga bila mendapat keberhasilan. Misal seseorang yang karena menguasai keterampilan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang mumpuni, lalu dapat mendesain produk baru, dapat membuat program A, dapat membuat kapal laut, dapat membuat kapal terbang, dapat membuat kereta api dan lain -- lain. Sudah barang tentu seseorang tadi akan merasa senang, bangga, dan bahagia atas hasil karyanya bukan?

Sudah pasti, dan wajar kalau mensyukuri atas kesuksesannya. Tetapi bila seseorang tadi tidak hati -- hati dan waspada, dapat tergelincir menjadi orang yang takabur dan menyombongkan diri. Betapa tidak? Coba kalau seseorang tadi, atas keberhasilannya lalu salah ucap dan mengatakan: desain produk baru itu adalah hasil ciptaanku. Program A itu adalah hasil ciptaanku. Kapal laut itu adalah hasil ciptaanku. Kapal terbang itu adalah hasil ciptaanku, Kereta api itu adalah hasil ciptaanku. Dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun