Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Covid-19 Menyapa

12 Januari 2021   13:04 Diperbarui: 12 Januari 2021   13:18 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh orang Arab, orang -- orang Indonesia dikatakan boros penggunaan air. Hal ini disebabkan, karena umumnya jama'ah haji dari Indonesia merasa kepanasan, dan untuk mendinginkan badan mereka lalu sering mandi. Berbeda dengan penulis, saat pertama mandi memang terasa segar, tetapi setelah agak lama dan dengan kecepatan penguapan air yang melekat di badan, penulis merasakan badan menjadi dingin dan bahkan menggigil. Hal ini disebabkan karena, dengan penguapan air yang melekat di badan sekaligus mengambil kalori dari tubuh penulis.

Atas dasar tersebut, akhirnya penulis tidak mandi setiap hari selama di tanah arab, dan bahkan seringnya ya 3 hari sekali saja, itupun hanya sekedar membilas badan untuk menghilangkan debu atau kotoran yang melekat di badan saja. Dalam hati penulis bersyukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, mungkin inilah hikmah yang penulis terima atas pendadaran Allah melalui 8 hari tidak mandi selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit Abdul Muluk Bandar Lampung, alhamdulillah.

Dari cerita tersebut, lalu apa kaitannya dengan artikel yang berjudul: Ketika Covid 19 Menyapa? Sudah barang tentu ada kaitannya, mari kita simak dan mudah -- mudahan kita dapat mengambil hikmah dari kejadian nyata ini.  

Tanggal 25 Desember 2020 yang lalu, penulis mulai merasakan kondisi kesehatan memburuk.  Dan gejala yang penulis rasakan, sama persis seperti gejala yang penulis alami sekitar 11 tahun yang silam, yaitu badan terasa panas -- dingin, dan kerongkongan terasa sakit untuk menelan ludah, apalagi untuk menelan makanan sakitnya setengah mati. Karena gejalanya sama persis seperti itu, maka apa yang penulis  rasakan ini, tidak berpikir ada sangkut pautnya dengan covid 19.

Dengan berpikiran bahwa sakit penulis seperti yang terjadi sekitar 11 tahun yang silam, dengan tanpa berpikir covid 19  minta di infus, minum parasetamol, penghilang rasa nyeri, dan antibiotik layaknya napak tilas 11 tahun yang lalu. Semula antibiotiknya ampisilin, oleh anak disarankan ganti azithromycin 500 mg sehari 1 kaplet. Istri lalu konsul dengan seorang dokter, ternyata beliau menyatakan tidak berani memberi infus, bahkan menyarankan agar dibawa ke UGD agar mendapat pemeriksaan, untuk penanganan lebih lanjut, kata istri. Dari informasi istri spontan penulis tidak mau ke UGD, sama saja cari penyakit lebih -- lebih dalam masa pandemi covid -- 19.

Akhirnya istri minta tolong perawat, untuk membantu memberi infus kepada penulis karena asupan makanan sangat terbatas. Atas bantuan perawat, penulis lalu diinfus mulai tgl 30 Desember 2020 pagi. Mengetahui kondisi orang tuanya demikian, sudah barang tentu anak -- anak lalu berusaha untuk turut mengatasi kondisi orang tuanya, lebih -- lebih di masa pandemi covid-19. Kalau si Sulung yang memang beromisili di Bandar Lampung, selalu menengok kondisi orang tuanya. Si Penengah yang berdomisili di Sangatta Kaltim melalui telepon bertanya kepada penulis, mengenai penciumannya bagaimana pa? Penulis menjawab, penciuman papa biasa saja mbak, malah kalau papa lagi tiduran terus bangun saat mencium wedang kopi kok. Ya syukurlah kalau begitu pa, semoga cepat sehat kembali.

Si Bungsu yang berdomisili di Pamulang Tangsel, menunjukkan via WA hasil test antigen-nya tgl 31 Desember 2020, dan dinyatakan hasilnya negatif, dia lalu ke Bandar Lampung menjenguk papanya pada tanggal 1 Januari 2021, tiba di rumah sore hari. Tanggal  2 Januari 2021 pagi infus dilepas, karena penulis sekalian istri akan melakukan rapid test PCR diantar si Bungsu ke Laboratorium Kesehatan Daerah, di Bandar Lampung. 

Sore harinya si Bungsu berkomentar, wah sudah sehat pa kok sudah nonton wayang kulit. Alhamdulillah sehat dan tetap semangat, santai aja dik, papa sudah merasakan tidak panas dingin, dan untuk menelan kerongkongan sudah tidak merasakan sakit lagi. Alhamdulillah pa, sembuh timpal si Bungsu. 3 hari setelah test, hasil test diambil ternyata hasilnya istri dinyatakan negatif, sedangkan penulis dinyatakan positif covid 19, dan yang menurut analisis anak kondisi penulis sudah ditahap pemulihan.

Atas hasil rapid test PCR ini penulis tetap biasa saja dalam beraktivitas sehari -- hari, sudah barang tentu tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan, karena sejak awal memang tidak berpikir ke arah covid-19, tidak ada rasa was - was, tidak ada rasa panik, dan tidak merasa khawatir tentang  covid-19. Dengan tanpa menyepelekan keberadaan covid -- 19 di jagad raya ini, dan dengan tiada henti - hentinya penulis mengucap syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Penyayang, yang  telah berkenan menguji penulis melalui sapaan covid-19, dan sekaligus memberikan kelulusan.

Dengan kelulusan atas izin Allah Swt. ini, kedepannya insya-Allah penulis telah dibekali Allah kekebalan untuk menghadapi covid -19 khususnya, dan sumber penyakit lain pada umumnya, sehingga penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyaksikan kesuksesan dan keberhasilan anak -- cucu semua, amiin.

Mengapa penulis dapat mengatakan demikian? Karena penulis meyakini bahwa semua kejadian di jagad raya ini terjadi atas kehendak Allah, dan tidak ada satu kejadianpun yang luput dari sepengetahuannya, sebagaimana difirmankan dalam surat Al An'aam ayat 59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun