Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Karena Kebiasaan

9 Januari 2021   07:12 Diperbarui: 9 Januari 2021   07:28 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pembiasaan perbuatan sepele atau sederhana tadi, sesungguhnya bukan hanya tertuju untuk anak -- anak saja, namun juga tertuju bagi kami selaku orang tua. Saat senggang dan untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan atas pekerjaan sehari -- hari, tidak jarang kami berkunjung ke tempat saudara di desa. Modal yang kami bawa sangat -- sangat ringan, dan tidak membeli hanya berupa kata -- kata: nderek langkung ( numpang lewat ), monggo  ( mari ), matur nuwun ( terima kasih ) dan sapaan sesuai apa yang sedang dikerjakan orang.

Selama dalam perjalanan ke desa, tidak jarang bertemu dengan sekelompok orang di pinggir jalan, kami lewat sambil berucap numpang lewat bu / pak. Bila berkaitan dengan perbuatan seseorang, kami mengucapkan terima kasih bu / pak. Bila berpapasan dengan orang yang sedang menggembala ternak, kami sapa mereka dengan sapaan sedang menggembala ternak bu / pak? Bertemu dengan orang yang sedang mencangkul, bercocok tanam, membawa rumput, bergotong royong dan lain sebagainya, kami sapa dengan sapaan sedang mencangkul bu/pak? Sedang bercocok tanam bu / pak? Sedang mencari rumput  bu / pak? Sedang bergotong royong bu / pak? dan lain -- lain sapaan. Saat penulis merokok dulu, tak jarang pula berhenti dan memberikan sekedar sebatang dua batang rokok, kalau orangnya banyak diberikan beserta bungkusnya. 

Kesemua tingkah laku, perbuatan dan tutur kata selama dalam perjalanan ini, diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan pembiasaan bagi anak -- anak. Karena mereka dapat mengetahui dan melihat secara langsung, bahwa orang tuanya tidak hanya sebatas berkata -- kata saja, tetapi menunjukkan dengan perbuatan nyata.

Meski saling maaf memaafkan hendaknya dilakukan setiap saat, namun sejak anak -- anak masih kecil, kami membuat kebisaan khusus di hari Raya Idul Fitri. Usai sembayang sunah Idul Fitri berjama'ah, sesampainya di rumah dan sebelum saling maaf memaafkan dengan orang lain, kami melakukan acara saling maaf memaafkan antar anggota keluarga terlebih dahulu.

Di atas hamparan tikar atau kursi penulis duduk, lalu istri sungkem saling maaf memaafkan kepada penulis; Setelah selesai, istri lalu duduk disamping kanan penulis seringnya disamping kiri penulis. Posisi istri di sebelah kanan memang sengaja dikondisikan, agar anak -- anak saling maaf memaafkan kepada mamanya terlebih dahulu, baru kepada papanya.

Selanjutnya anak pertama atau si sulung sungkem saling maaf memaafkan kepada mamanya, lalu dilanjutkan sungkem saling maaf memaafkan kepada papanya; Setelah selesai si sulung lalu duduk disamping kiri penulis. Saat si sulung sungkem kepada penulis, menyusul anak kedua atau penengah sungkem saling maaf memaafkan kepada mamanya, dilanjutkan si penengah sungkem dengan penulis; Lalu dengan kakaknya dan akhirnya penengah duduk disamping kiri kakaknya. Saat si penengah sungkem kepada penulis, menyusul anak ketiga atau si bungsu sungkem saling maaf memaafkan kepada mamanya, lalu dilanjutkan sungkem dengan penulis, berikutnya sungkem kepada kakak dan terakhir kepada mbakyunya.

Kebiasaan sungkem saling maaf memaafkan ini terus berlanjut, hingga dewasa meski masing -- masing telah berkeluarga. Hanya bedanya, tidak dapat berkumpul bersama seperti saat masih kecil dahulu. Tetapi bagi anak dan keluarganya yang berkesempatan silaturahmi kepada orang tua saat Idul Fitri, acara sungkem saling maaf memaafkan tetap berlanjut, tentunya sudah diikuti dengan anak dan cucu.

Bila tidak ada satupun anak dan keluarganya yang berkesempatan silaturahmi kepada orang tua saat Hari Raya Idul Fitri, acara sungkem saling maaf memaafkan tetap dilaksanakan walau sebatas antar penulis dan istri. Alhamhamdulillah kebiasaan sungkem saling maaf memaafkan ini terus berlanjut, dan semoga acara sungkem saling maaf memaafkan  ini juga dilakukan oleh anak -- anak dan keturunan, di dalam keluarganya masing -- masing. 

Semua pembiasaan yang dilakukan, tidak lain untuk membiasakan diri penulis, istri, dan anak - anak, agar mau:  bertegur sapa, bergaul, sopan dan santun, mau menghormati dan menghargai orang lain. Kecuali kesemuanya itu, juga membiasakan diri penulis, istri, dan anak -- anak untuk saling memaafkan diantaranya. Sudah barang tentu juga penulis bermohon kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, kiranya kebiasaan tersebut juga dilakukan oleh keluarga besar penulis, kepada siapapun dan dimanapun mereka berada. Amiin.

Hal -- hal sepele ini yang selalu kami tanamkan kepada anak -- anak sejak kecil, dan alhamdulillah sampai anak -- anak dewasa kebiasaan tersebut tetap tertanam dan tercermin di dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur katanya sehari -- hari. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, dapat membangun keluarga sedemikian rupa. Walau sejujurnya sejak anak -- anak kecil hingga dewasa atau penulis sampai usia sekarang ini lebih dari 72 tahun, belum pernah rasanya penulis mengeluarkan sepatah kata keras atau membentak, dan mencubit atau apalagi menempeleng  anak -- anak.

Baik selama penulis berdomisili di Semarang atau setelah penulis pindah berdomisili di Bandar Lampung, kebiasaan penulis bila datang dari kantor atau dari berpergian, secara spontan lalu melepas pakaian ditempat tertentu dan berganti pakaian. Biasanya memakai kaos singlet dan celana pendek saja bila di rumah. Asessoris lainnya seperti jam tangan, HP, kaca mata, kunci kendaraan, catatan nomor telepon teman, tas kecil dan lain--lain, juga secara spontan penulis tempatkan pada tempat tertentu lainnya. Dan tidak akan memulai dengan kegiatan di rumah apapun kegiatannya, sebelum kesemuanya tadi berada pada tempat biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun