Penulis adalah karyawan Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Propinsi Lampung, yang sebelumnya sebagai karyawan Balai Penelitian Kimia Semarang Propinsi Jawa Tengah. Dari data yang ada di Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Propinsi Lampung, menunjukkan bahwa Propinsi Lampung industrinya didominasi oleh agroindustri. Artinya industri yang mengolah hasil pertanian, Â seperti singkong atau ubi kayu, karet, kelapa sawit, kelapa, dan lain - lain sebagai bahan bakunya. Â Propinsi Lampung boleh dikatakan, sebagai sentra industri tapioka cukup besar di Indonesia. Karena di Propinsi ini memang banyak tumbuh, dan berkembang industrti tapioka baik berskala kecil, menengah, maupun besar.
Bahan baku industri tapioka adalah ubi kayu atau singkong, merupakan bahan organik. Sehingga dapat dibayangkan, bila limbah industri tapioka ini tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan bau yang tidak sedap bagi masyarakat disekitar pabrik, akibat dari penguraian bahan organik oleh bakteri pembusuk yang terdapat di alam. Kenyataannya memang demikian yang dirasakan oleh masyarakat sekitar pabrik, bau sangat menyengat akibat pencemaran limbah industri tapioka, tidak dapat dihindarkan lagi.
Apakah pengusaha tapioka tidak peduli, untuk menangani limbah Industrinya? Ternyata tidak berarti demikian. Karena kenyataannya tampak pada keseriusan para pengusaha, untuk menangani limbah cair industrinya. Terbukti dengan banyaknya bak -- bak berukuran besar, dan dalam yang disediakan untuk menampung limbah cair industrinya.Â
Melihat kenyataan dilapangan seperti itu, terpikir oleh penulis bahwa belum baiknya pengelolaan limbah cair industri di Lampung, bukan disebabkan karena pengusaha tidak peduli untuk menangani limbah cair industrinya. Tetapi lebih disebabkan karena para pengusaha belum memahami teknik teknologi pengelolaan limbah cair industri, dengan baik dan benar.
Atas dasar pengamatan, dan pemikiran tersebut penulis lalu menyampaikan gagasan kepada Kepala Kantor Wilayah Dept. Perindustrian. Bila dimungkinkan perlu diadakan pelatihan penyegaran teknik teknologi pengelolaan limbah cair industri, agar kerusakan lingkungan pabrik tidak semakin parah kondisinya. Kakanwil setuju dengan gagasan tersebut, namun terkendala dengan biaya untuk merealisasikannya. Karena saat itu, belum ada proyek yang dapat menjangkau untuk membiayai kegiatan seperti itu. Akhirnya penulis menyampaikan usulan, dan minta izin Kakanwil untuk melaksanakan gagasan tersebut tanpa anggaran proyek. Kakanwil menyetujui, usul penulis.
Selanjutnya penulis membuat prospektus kegiatan kursus, tentang penyegaran teknik teknologi pengelolaan limbah cair industri. Sejak merancang bentuk prospektus, mengetik, mengantarkan ke perusahaan--perusahaan, dan segala sesuatunya dikerjakan, serta dibiayai sendiri oleh penulis. Dalam prospektus tercantum biaya kursus selama 5 hari Rp 250.000,- per orang. Materi kursus meliputi teori, dan praktek. Pada lembar prospektus ada kolom formulir isian yang harus diisi calon peserta, dan dikembalikan sekaligus membayar biaya kursus sebagai pernyataan resmi akan mengikuti kursus.Â
Alhamdulillah pada saat yang ditentukan, tercatat 15 orang menyatakan mengikuti kursus yang akan diselenggarakan. Dalam pelaksanaannya penulis mengajak teman, mantan Kakandep Perindustrian. Beliau penulis tugasi sebagai moderator, dalam setiap sesi ceramah. Dan istri beliau karena memang ahli memasak, penulis minta tolong untuk menyiapkan segala sesuatunya berkaitan dengan snack, dan makan siang selama kursus berlangsung.
Peserta dari perusahaan 15 orang, meliputi perusahaan suasta tapioka dan karet, serta perusahaan karet dan kelapa sawit yang tergabung dalam PTPN-7. Kecuali ke 15 orang peserta dari perusahaan, penulis minta Kantor Wilayah dan Kantor Departemen Perindustrian masing - masing mengirimkan 1 orang peserta, gratis. Dengan harapan agar karyawan di Kandep Perindustrian, ada yang menguasai teknik teknologi pengelolaan limbah cair industri, sehingga dapat membina industri di daerahnya masing -- masing dengan baik dan benar.
Untuk mengenalkan keberadaan serta tugas, dan fungsi Balai Penelitian Kimia yang masih berstatus proyek, turut berperan serta dalam membina industri, maka kursus baik teori maupun praktek dilakukan di Balai. Kecuali itu semua karyawan Balai, penulis libatkan dalam kegiatan kursus ini. Pemateri antara lain: Kakanwil Dept. Perindustrian, Kepala Balai, Biro Kependudukan dan Lingkungan Hidup Propinsi Lampung, serta penulis sendiri. Pembimbing praktek, penulis tugaskan teman -- teman dari Balai Penelitian Kimia. Alhamdulillah kursus dapat berjalan dengan lancar.
Diakhir pelaksanaan kursus, penulis membagikan buku kesan dan pesan peserta kursus. Alhamdulillah, kesannya baik dan merasa puas dengan kursus ini. Pesannya antara lain, agar Perindustrian selalu memberikan bimbingan dalam mengelola limbah industri.
Dari kegiatan kursus ini, akhirnya para pengusaha mengenal penulis. Mereka tahu, kalau penulis memahami masalah pengelolaan limbah industri. Selanjutnya para pengusaha, mengharap agar penulis mau berkunjung ke pabriknya. Memberikan bimbingan, dalam mengatasi masalah limbah industrinya. Penulis menyanggupi permintaan teman -- teman.
Dalam melakukan bimbingan ke pabrik - pabrik, penulis mengajak teman yang mantan Kakandep Perindustrian tadi. Beliau senang penulis ajak, untuk mengisi waktu luangnya dan bahkan untuk ke pabrik -- pabrik kendaraan beliaulah yang dipakai. Karena kendaraan kijang yang penulis bawa dari Semarang, sudah dijual untuk mengontrak rumah. Â
Teman -- teman pengusaha tapioka, memang sudah minta tolong kepada penulis, untuk membantu mengatasi masalah limbah cair. Atas kesanggupan tersebut, akhirnya setiap hari sabtu siang sepulang kantor terus meluncur ke lokasi pabrik. Bermalam di Rumbia, karena industri tapioka terkonsentrasi disana dan sekitarnya. Minggu paginya penulis bersama teman - teman mengunjungi pabrik tapioka satu per satu, dan minggu malam kami baru sampai di rumah masing -- masing.
Tampaknya kegiatan ini dapat membantu pengusaha, untuk mengelola limbah cair industrinya dengan baik. Penulis hanya memberikan saran tekniknya saja, sedangkan yang mengerjakan pengusaha sendiri. Setiap minggu masing -- masing pabrik penulis kunjungi, untuk memantau sampai sejauh mana saran ditindak lanjuti. Walau penulis melakukan pembinaan teknik teknologi pengelolaan limbah cair industri dilapangan, namun tidak pernah melakukannya dalam jam dinas. Â Â Â
Atas keseriusan para pengusaha dalam mengikuti arahan penulis dalam mempersiapkan unit pengelolaan limbah cair industrinya, dapat dikatakan berhasil mengatasi kualitas lingkungan di sekitar pabriknya. Ditandai dengan semakin berkurangnya bau menyengat yang ditimbulkan akibat pembusukan atau penguraian limbah organik tersebut, oleh bakteri pembusuk yang terdapat di alam. Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H