Mohon tunggu...
Hendry CH Bangun
Hendry CH Bangun Mohon Tunggu... Jurnalis - Wakil Ketua Dewan Pers Periode 2019-2022

Masih bekerja di media meski sudah memulainya saat menjadi mahasiswa di Rawamangun. Juga ikut mengurusi organisasi wartawan. Suka memberi pelatihan jurnalistik di daerah. Suka menulis puisi, begitu pula cerita pendek. Telah menulis sejumlah buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Ilham Bintang dari Tulisannya

30 Januari 2020   09:45 Diperbarui: 31 Januari 2020   17:06 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tetapi bisa jadi karena cerita ini yang paling menyentuh jatidiri Ilham sebagai wartawan yang juga masih ada unsur kekerabatan dari sisi istrinya, hal yang berbeda dengan rutinitasnya yang sering berurusan dengan hal-hal "besar", dengan tokoh, dengan persoalan sosial politik yang hangat. 

Kematian yang menjemput orang muda memang sering menyentak, membuyarkan asumsi bahwa yang dipanggil terlebih dahulu biasanya orang muda. Ada empati yang membuat dia memberi nilai tinggi pada peristiwa tragis itu dan lalu menjadikannya sebagai judul buku. 

Wajar karena  kita mungkin ingat kata-kata yang diucapkan Rose Kennedy di saat penguburan anaknya, Presiden John F Kennedy," Adalah tidak benar para orangtua menguburkan anak-anak mereka. Seharusnya (yang terjadi) adalah sebaliknya."

Ceritanya sendiri adalah tentang ketegaran, kepasrahan menerima yang telah ditakdirkan, atas batas hidupnya. Nana sudah tahu dia takkan lama lagi dijemput maut dan menjalani sisa hidup dengan wajar. Bahkan menulis surat wasiat seperti menulis surat biasa, kepada keluarganya. 

Ada pula semacam kronologi saat-saat menjelang kematian, yang menggambarkan "normalnya" kehidupan Nana di tengah perjuangan beratnya menjalani hidup. Nana seperti puisi Chairil Anwar "Nisan" yang mengisahkan keihlasan nenek penyair itu dalam menerima kematian, tetapi justru menimbulkan duka bagi orang di sekelilingnya. //Bukan kematian benar menusuk kalbu/keridlaanmu menerima segala tiba/ tak kutahu setinggi itu atas debu/Dan duka maha tuan bertahta//

Bagi Chairil kematian neneknya itu sesuatu yang menimbulkan perenungan, ternyata manusia hanyalah debu, suatu yang tak ada apa-apanya dibanding kekuasaan Sang Pencipta. 

Bagi Ilham kematian Nana menimbulkan kekaguman pada sosok manusia muda, yang ihlas pergi ke dunia fana walaupun baru punya bayi berusia dua bulan, dan tentu pada akhirnya memberi kesadaran yang sama, bahwa kematian itu akan datang pada siapa saja yang tidak kita ketahui waktunya.

Jadi meskipun tampaknya cerita ini tentang seseorang, tetapi sebenarnya menyangkut semua orang. Ada artikel lain berisi obituari di buku ini, tentang BJ Habibie, Ani Yudhoyono, Alex Kumara, August Parengkuan, Arswendo Atmowiloto, tetapi tidak ada yang ditulis seperti kisah Nana.***

Tulisan Ilham di buku ini hampir tidak beda dengan buku sebelumnya "Jalan-jalan Ala Ilham Bintang" yang diluncurkan dalam Hari Pers Nasional di Padang tahun 2018, berisikan kisah jurnalistik ketika diundang menghadiri suatu acara seperti ke Jepang untuk liputan otomotif, ke Kuala Lumpur terkait kerjasama wartawan Indonesia Malaysia, ataupun ketika melakukan kunjungan pribadi seperti menjenguk anaknya ke Australia atau melakukan perjalanan ritual ke Saudi Arabia.

Untuk mereka yang tertarik dengan bagaimana kondisi Habib Rizieq Shihab di Mekah, ceritanya ada di buku ini. Ilham menggambarkan keseluruhan proses mulai dari mengurus agar dapat bertemu dia sampai dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat kritis, dan menggambarkan pribadinya yang mungkin tidak pernah diketahui masyarakat. Pertemuan itu sendiri walaupun tidak sampai dua jam, menjadi kisah orisinal yang tidak semua wartawan dapat melakukannya.

Ilham menulis banyak hal, seperti kegusarannya pada tindakan aparat kepolisian dalam menangani berbagai kasus, menyampaikan sikapnya mengenai peristiwa politik, beropini tentang keputusan pemerintah tentang penangan demonstrasi, dsb. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun