Dia mengatakan beruntung bahwa ada swasta seperti PB Djarum yang terus konsisten selama 50 tahun membina bulutangkis, melakukan rekrutmen sejak usia dini, dan terus memberi dukungan bagi mereka yang berprestasi dengan bonus seperti mereka menang di Asian Games, Olimpiade, atau All England.
Karena itu dia heran ada yang mempersoalkan ekploiatasi anak tanpa melihat kondisi di lapangan. Bukan hanya anak yang kepingin menjadi juara, keluarganya pun berkorban tenaga dan harta agar anaknya mendapat beasiswa, yang tujuan akhirnya adalah untuk mengharumkan nama Indonesia. Saya lalu membayangkan ayah-ibu yang ikut datang ke Kudus dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa, harus membiayai transportasi, penginapan, konsumsi, untuk anak-anaknya yang ikut audisi. Bahkan kalaupun gagal, banyak yang tidak kapok dan mencoba lagi.
"Ada anak yang sudah tiga tahun mencoba sebelum akhirnya masuk ke putaran final. Â Ada yang datang dari Malaysia, meski dia orang Indonesia," kata Ivana menambahkan.
Joe Hok bercerita bagaimana dia mengagumi sosok Presiden Soekarno, yang menerima Tim Piala Thomas di Istana Merdeka dan memberikan apresiasi kepada pemain,. "Nasionalisme kami tergerak karena semangat yang beliau pompakan ke kami. Tinggi sekali penghormatannya atas pencapaian kami merebut  Piala Thomas."
Joe Hok juga terus terang menyatakan bangga punya presiden Abdurahman Wahid, yang setelah menerima keluhan dari kalangan Tionghoa, akhirnya memberi kebebasan untuk merayakan hari besar keagamaan Konghuchu setelah dilarang puluhan tahun di zaman Orde Baru.
"Beliau cepat tanggap atas keluhan kami," kata Joe Hok.
Joe Hok sempat meneteskan airmata ketika mengingat lagi saat-saat mereka diangkat beramai-ramai saat Indonesia memboyong pertama kali Piala Thomas ke Jakarta. Sambil mengusap air mata dari balik kacamata, Joe Hok mengatakan bangga bahwa penonton Indonesia yang bersemangat memberi dukungan karena Malaysia di atas angin, memberi penghargaan tinggi.Â
Joe Hok lalu memperlihatkan foto dokumentasi sebuah tulisan "Hidup Indonesia" yang sudah disiapkan para suporter. Menurut laporan surat kabar The Straits Times, pertandingan memang sempat terhenti sejenak setelah Joe Hok menundukkan Eddy Choong 15-11, 15-6 untuk menjadikan Indonesia unggul 5-1 dan tidak lagi terkejar oleh Malaysia.
Joe Hok bercerita, ketika harus bertanding di Piala Thomas, dia kembali ke Tanah Air dari Texas, Amerika Serikat, tempatnya menuntut ilmu, dengan biaya sendiri. Begitu pula setelah menang. Ternyata Soekarno tidak lupa.Â
Pada suatu hari setelah dia kembali ke Texas, di kotak pos tempatnya menginap ada amplop besar dari Kedutaan RI. Dia ketakutan melihat surat itu, menyangka bahwa dia akan disuruh pulang, beasiswanya dicabut, dsb. Dia lalu menyuruh temannya untuk membuka. Ternyata berisi cek sebesar 1000 dollar AS dari Kementerian Pendidikan, angka yang sangat besar untuk tahun 1958 itu. Perasaanya lega, dan bahagia karena ternyata pemerintah memperhatikannya.
"Uang itu saya kembalikan ke Kementerian, karena hidup saya sudah cukup. Ada yang lebih membutuhkan," katanya dengan wajah sumringah.