ranjang lumut bedebah gentayangan
altar persembahan batang-batang menjalang
menyergap tatapan mata haus jiwa yang rana
ujung sangkur menghujam aroma mulut rahim
~
kemarin, ini lagi dan esok
bedebah meliukkan pinggang gemulai memagut jemari
pijar matahari tak pernah menerik pagi hingga senja
usainya, melenggang menggantang mangsa
bagai roda tak pernah hendak lama di bawah
telanjang gelinjang dahaga terimpaskan
menyumbat kerongkongan kering dari siul bedebah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!