Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dia Sudah Bekerja Keras, Kok Nggak Kaya-kaya?

19 Juni 2018   17:30 Diperbarui: 19 Juni 2018   17:31 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalimat itu, beberapa hari ini menghantui kepala saya: "Dia sudah bekerja keras kok, siang dan malam, tapi rejekinya segitu-segitu aja! Kurang keras bagaimana lagi? Lah wong setiap hari berangkat ketika hari masih gelap dan pulang ketika hari sudah gelap lagi!"

Saya menyaksikan, memang begitulah adanya. Suaminya bekerja keras siang dan malam. Rasanya saya pengen bilang, "Selain bekerja keras, seharusnya juga bekerja cerdas, mbak." 

Tapi tidak tega. Karena, jika kecerdasan diukur dengan keahlian suaminya dalam bekerja, maka dia ahli. Dia sudah bekerja di bidang itu bertahun-tahun. Kurang cerdas apalagi coba? 

Jadi, menjadi kaya itu, sebab utamanya apa sih? 

Apakah dengan memiliki pendidikan yang tinggi, otomatis orang akan menjadi kaya?

Nggak juga. Buktinya, banyak loh teman-teman saya yang sudah kuliah di kampus ternama, bahkan sudah ada yang sampai S2 dan S3, tapi kehidupannya biasa saja. Cukup memang buat makan dan kehidupan sehari-hari. Tapi dia nggak kaya raya. Uangnya ada, tiap bulan masuk. Tapi ya segitu-segitu aja lah. Rumah masih ngontrak, padahal menikah sudah lima tahun lebih. 

Kalau kekayaan itu hanya milik orang-orang berpendidikan tinggi saja, maka seharusnya mereka kaya raya dan hidup enak. Sedekah mudah. Naik haji gampang. 

Apakah dengan bekerja keras siang dan malam, akan mengantarkan orang tersebut menjadi kaya? 

Nggak juga. Buktinya, nih tukang yang lagi renovasi di rumah saya, kalau dibilang apakah mereka tidak bekerja keras? Oh... Jangan ditanya lah! Mereka bahkan bekerja ketika saya kadang masih belum bangun (karena habis Shubuh kadang suka ketiduran). Sepanjang hari, dari pagi hingga sore, mereka tidak berhenti. 

Kurang keras apa coba kerjanya mereka? Tapi ya rejeki begitu-begitu saja. 

Jadi, kaya itu sebabnya apa sih?

Menurut saya, kaya itu sebabnya ya karena kemudahan-kemudahan yang Allah kasih kepada kita. Tidak ada yang kebetulan toh, maka kekayaan dan semua yang kita dapatkan saat ini adalah hasil dari kemudahan yang sudah Allah sediakan. 

Misalnya, Allah memudahkan kita menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Lalu kemudian, dari sekian ratus lulusan yang diwisuda setiap tahun, Allah kemudian memudahkan kita dalam menerima pekerjaan atau memudahkan kita dalam membangun usaha. Setelah itu, dari sekian banyak usaha yang dirintis oleh orang-orang setiap tahunnya, lagi-lagi Allah memudahkan kita sehingga mendapatkan banyak keuntungan dan bisa bertahan. 

Terus-menerus Allah kasih kemudahan kepada orang-orang yang kaya itu dalam mengahsilkan uang dan harta. Sehingga akibatnya, dia semakin kaya raya. Tapi sekali saja Allah kasih kesulitan atau mala petaka, maka kekayaan itu bisa hilang dan lenyap seketika. Hilang sama sekali. Nggak bersisa. 

Semuanya mudah kok bagi Allah... 

Nah, kalau mau menjadi kaya atau dimudahkan kehidupannya, maka undanglah kebaikan Allah

Dengan cara apa? Banyak sekali. Bukan kapasitas saya untuk menjelaskan sih sebenarnya, tapi, dari beberapa yang saya pelajari dan baca, kemudahan dari Allah itu bisa datang kalau kita berbuat kebaikan: sedekah, shalat lima waktu, membantu orang, menjaga lingkungan, menyebarkan kebaikan, tidak menghujat, menghormati tetangga, berbakti kepada orangtua, dan sebagainya. 

Apakah benar begitu? Silakan saja dicoba. Nggak ada salahnya kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun