Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Level Hubungan Suami Istri: Sudah Sampai Manakah Levelmu?

12 Juni 2016   13:51 Diperbarui: 12 Juni 2016   13:58 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istri kita juga demikian. Tubuhnya sudah kian bulat saja. Tapi ternyata ia bisa dipercaya, pintar mengelola keuangan, dan pandai mengurusi rumah hingga tetap rapi dan enak dipandang, sehingga karena hal inilah, kita semakin cinta dan tidak ingin kehilangan. Orang-orang yang sudah sampai pada level mawaddah, tidak akan mudah tergoda oleh perempuan lain di luar sana. Bagi mereka, fisik bukan lagi pertimbangan utama dan pertama. Lagian, buat apa cantik fisiknya kalau mengurusi rumah saja tidak bisa. Buat apa bohay kalau ternyata tidak bisa dipercaya.

Tul, nggak? Level kedua, mawaddah saja sudah cukup bagus. Tapi ternyata, penceramah tidak berhenti sampai disitu saja. Ada satu level lagi yang lebih tinggi, level ketiga, yaitu Rohmah! Rohmah adalah juga bahasa Arab yang dalam bahasa Indonesia, artinya adalah kasih sayang. Kata rohmah sering kali disematkan sebagai salah satu sifat Allah yang senantiasa mengasihi semua makhluknya: baik yang islam atau pun yang tidak. Buktinya, Allah tetap memberikan hidup dan napas, memberikan kesehatan dan kekayaan kepada yang bukan Islam, toh? Padahal mereka jelas-jelas sudah menduakan Allah, menyembah selain DIA. Allah tetap memberikan kasih sayang-Nya kepada semua orang.

Pun begitu dalam rumah tangga. Mereka yang sudah pada level rohmah, akan senantiasa memandang pasangannya dengan sudut pandang yang baik. Mereka tidak mudah marah dan membenci. Mereka mencintai pasangannya secara lengkap. Baik dan buruknya diterima dengan lapang dada. Istri suka mengomel di rumah, dia lapang dada. Berkata dalam hati, “Yang diomelkan istri saya benar. Pasti ada maksud yang baik. Dia memang begitu. Tidak apa-apa. Kalau memang mengganggu, nanti akan saya nasihati pelan-pelan.”

Istri tidak bisa memasak di rumah, dia menerima dan berbaik sangka, “Nggak apa-apa nggak bisa masak. Pasti dia punya kelebihan lain. Masalah memasak, bisa dipelajari bertahap. Kalau pun sekarang belum bisa, masih banyak kok yang jualan makanan di luar.” Suami suka begadang dan bangun kesiangan, istri bilang, “Nanti dia pasti berubah. Yang penting aku sabar dan terus mengingatkan.” Keduanya saling menerima dan tidak banyak menuntut. Mereka benar-benar orang yang sudah sampai pada level rohmah. Menyayangi pasangannya secara utuh.

Orang-orang seperti inilah yang luar biasa. Mereka pasti akan senantiasa menemani, baik dalam keadaan senang maupun tidak. Penceramah kemudian melanjutkan, bahwa sesiapa saja yang sudah sampai pada level ini, rohmah, maka bisa dipastikan keluarganya akan sakinah. Sakinah adalah bahasa Arab, yang dalam bahasa kita artinya adalah tenang, damai, dan tentram. Tentu saja.. semua suami istri yang sudah pada level rohmah, akan mencapai itu: ketenangan. Keluarga mereka adem, enak dilihat orang, saling mencintai dan menyayangi, tidak pernah cek cok karena masalah apapun.

Keluarga-keluarga yang sakinah sudah menyadari dengan baik, bahwa hubungan suami istri mereka tidak hanya terjadi antara mereka berdua saja. Tapi bertiga. Satunya lagi adalah Allah. Hubungan itu menjadi: suami, istri, dan Allah. Sehingga jika keduanya menyadari hal ini, kehidupan mereka akan senantiasa damai. Apapun yang terjadi pada mereka, akan disikapi dengan kalimat yang menyenangkan. Mendapatkan anugerah mereka bersyukur, mendapatkan musibah mereka sabar. Dan keduanya, syukur dan sabar itu, adalah hal yang baik. Semuanya bisa diperoleh, jika dan hanya jika, suami istri itu sudah sampai pada level rohmah.

Demikian.

DISCLAIMER: Tulisan ini juga diposting di BLOG PRIBADI penulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun