Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Ada yang Bilang: "Tulisan Jelek Begini Kok Diposting Sih?"

2 Juni 2016   21:14 Diperbarui: 2 Juni 2016   21:22 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita memang tidak akan pernah bisa mengendalikan keadaan sekitar, lingkungan kita. Kita bukan Prof. Charles Xavier-nya X-Men, yang diberikan kekuatan bisa menyelinap ke pikiran setiap orang dan kemudian mengendalikannya...

...memerintahkan manusia agar bisa melakukan ini dan itu sesuai kehendak kita.

Kita tidak bisa berbuat demikian.

Sehingga lingkungan dan orang-orang di sekitar kita akan melakukan apa yang mereka ingin lakukan (bukan apa yang kita kehendaki). Malangnya, kadang kala (jika tidak ingin bilang selalu), yang mereka lakukan itu justru berbeda sekali dengan apa yang kita harapkan.

Kita menulis sebuah cerpen dan kemudian mempostingnya di blog atau di grup kepenulisan yang ada di media sosial. Berharap banyak yang membaca, banyak like, dan respon yang baik.

Nyatanya?

Cerpen kita sepi. Nggak ada yang ngasih jempol, apalagi komentar yang baik. Ada sih beberapa kalimat yang masuk, tapi isinya menyakitkan: “Cerpennya kurang menarik! Nggak greget!”

“Ini cerpen apaan? Konfliknya terlalu biasa.”

“Tulisan nggak layak begini kok dibagikan? Belajar lagi lebih baik yaa..”

Duh..

Rasanya tuh yaa...

...seperti luka yang masih menganga lalu sekonyong-konyong disiram pakai air garam.

Pedih, bro! (sambil nunjuk dada sendiri)

Sakiiiit...

Atau..

Ketika di tempat kerja. Kita sudah melakukan semua tugas dengan baik, tepat waktu, dan menurut kita pribadi, pekerjaan itu selesai sesuai perintah yang diberikan.

Nyatanya?

Pekerjaan kita, beberapa kali malah dikritisi. Dianggap tidak becus: “Kamu bisa kerja nggak sih? Ini laporan bulanan nggak ada yang bener! Kalau memang nggak bisa kerja, bilang! Biar saya cari gantinya segera.”

Alamak..

...kasus kayak gini nih yang bisa menimbulkan pertumpahan darah kalau kita tidak bisa mengontrol emosi dengan baik. Enak saja bilang kita tidak bisa bekerja!

Tapi tenang. Harap sabar. Nggak ada gunanya kita ladeni dengan kekerasan juga. Malah bisa berabe ujung-ujungnya.

Masih banyak contoh yang lain: sudah memasak makanan enak di rumah dan beres-beres, suami masih saja ngomel, bilang bahwa pekerjaan kita tidak becus: “Bisa masak nggak sih?”

Sudah mengerjakan skripsi setengah mati, tapi dosen enak sekali coret sana-sini, berkata, “Latar belakang masalahnya kurang pas. Analisis data yang kamu berikan juga ngaco’! Serius sedikit mengerjakannya! Jangan main-main!”

...dan masih banyak lagi.

Sekali lagi, kita tidak pernah bisa mengendalikan orang lain agar bersikap dan bertindak sesuai apa yang kita harapkan. Tapi, sejatinya itu bukan masalah. Karena kita masih bisa mengendalikan diri kita sendiri.

Cerpen kita nggak ada yang menyukai? Simpel saja, “Oke, berarti saya harus banyak belajar dan membaca lagi. Agar bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik. Lihat saja, beberapa tahun lagi, saya pasti akan menjadi penulis yang luar biasa.”

Bos marah-marah karena pekerjaan kita dianggap nggak bener? Gampang, sambil tersenyum, berkata saja begini, “Baik! Jika memang demikian, kira-kira bagian mana yang harus saya perbaiki, pak? Insya Allah besok sudah saya berikan lagi revisiannya.”

Sudah berusaha masak enak tapi nggak disukai suami? Tenang, katakan ini, “Maafin aku ya kalau belum bisa menghasilkan masakan yang enak. Besok aku coba lagi deh. Aku akan belajar lebih giat dan berusaha buat masakan yang kamu suka.”

Lalu, sudah mengerjakan skripsi mati-matian tapi masih dianggap kurang? Tersenyum saja. Berkata, “Baik, Pak. Masukan dari bapak akan saya kerjakan. Beberapa hari lagi saya akan berikan hasil perbaikannya.”

Respon negatif tidak perlu dilawan dengan respon negatif juga. Nggak mempan. Efeknya malah bakal merusak. Seperti api yang menyala lalu diberi api lagi (atau disiram bensin). Makin membesar dan membakar.

Nah, karena kita memang tidak pernah bisa mengendalikan orang lain, maka ketika mereka merespon apapun atau bagaimanapun atas tindakan kita, maka balas dengan balasan yang lebih baik dan menenangkan.

Seperti contoh-contoh yang saya jabarkan..

Disclaimer: tulisan ini juga saya posting di BLOG PRIBADI saya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun