Sudah mengerjakan skripsi setengah mati, tapi dosen enak sekali coret sana-sini, berkata, “Latar belakang masalahnya kurang pas. Analisis data yang kamu berikan juga ngaco’! Serius sedikit mengerjakannya! Jangan main-main!”
...dan masih banyak lagi.
Sekali lagi, kita tidak pernah bisa mengendalikan orang lain agar bersikap dan bertindak sesuai apa yang kita harapkan. Tapi, sejatinya itu bukan masalah. Karena kita masih bisa mengendalikan diri kita sendiri.
Cerpen kita nggak ada yang menyukai? Simpel saja, “Oke, berarti saya harus banyak belajar dan membaca lagi. Agar bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik. Lihat saja, beberapa tahun lagi, saya pasti akan menjadi penulis yang luar biasa.”
Bos marah-marah karena pekerjaan kita dianggap nggak bener? Gampang, sambil tersenyum, berkata saja begini, “Baik! Jika memang demikian, kira-kira bagian mana yang harus saya perbaiki, pak? Insya Allah besok sudah saya berikan lagi revisiannya.”
Sudah berusaha masak enak tapi nggak disukai suami? Tenang, katakan ini, “Maafin aku ya kalau belum bisa menghasilkan masakan yang enak. Besok aku coba lagi deh. Aku akan belajar lebih giat dan berusaha buat masakan yang kamu suka.”
Lalu, sudah mengerjakan skripsi mati-matian tapi masih dianggap kurang? Tersenyum saja. Berkata, “Baik, Pak. Masukan dari bapak akan saya kerjakan. Beberapa hari lagi saya akan berikan hasil perbaikannya.”
Respon negatif tidak perlu dilawan dengan respon negatif juga. Nggak mempan. Efeknya malah bakal merusak. Seperti api yang menyala lalu diberi api lagi (atau disiram bensin). Makin membesar dan membakar.
Nah, karena kita memang tidak pernah bisa mengendalikan orang lain, maka ketika mereka merespon apapun atau bagaimanapun atas tindakan kita, maka balas dengan balasan yang lebih baik dan menenangkan.
Seperti contoh-contoh yang saya jabarkan..
Disclaimer: tulisan ini juga saya posting di BLOG PRIBADI saya