Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kursus Menulis Online

19 Mei 2016   21:30 Diperbarui: 19 Mei 2016   22:07 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu lalu ada seseorang yang menghubungi via pesan singkat, bertanya, “Bang Syaiha, apakah ada kemungkinan Bang Syaiha akan membuka kelas menulis online?”

“Kelas menulis online?” saya penasaran, “Maksudnya bagaimana, mbak?”

“Ya kayak belajar menulis gitu, tapi dilakukan via online. Bisa dalam sebuah grup whatsapp, facebook, atau apalah. Jaman sekarang kan sudah canggih, Bang. Jadi lebih mudah dilakukan.”

“Oh,” saya terus mengetik beberapa kata berikutnya, “tidak, mbak. Saya tidak punya niat membuka kelas menulis online.”

“Wah sayang sekali ya,” balasan darinya, disertai emoticon kecewa, bibir yang melengkung seperti pelangi, manyun. “Padahal, jika ada kelas itu, saya ingin sekali bisa belajar pada, Bang Syaiha. Bayar nggak apa-apa deh. Buka ya, Bang kelasnya.”

“Buat apa, mbak?”

“Ya buat menampung orang-orang seperti saya ini, Bang. Orang yang punya keinginan kuat untuk bisa menulis, tapi bingung hendak belajar kemana.”

“Belajar sendiri saja, mbak. Beli buku dan terus menulis.”

“Emang gitu doang bisa, Bang?”

“Bisa banget,” saya menjelaskan, “saya juga demikian kok, mbak. Saya nggak pernah sekalipun ikut pelatihan menulis, baik yang offline atau yang online. Yang gratis saja saya males datang, apalagi yang berbayar. Buat apa? Emangnya setelah ikut pelatihan itu saya akan langsung bisa menjadi penulis, gitu?”

“Ya nggak juga sih, masih ada proses yang harus dilewati.”

“Nah itu, makanya saya lebih memilih melewati proses ke arah sana pelan-pelan daripada sibuk sana-sini ikut pelatihan.”

“Tapi, kalau ikut pelatihan kan bisa menambah wawasan dan semangat, Bang.”

“Bener, mbak. Cuma malangnya kan, biasanya semangat yang lahir dari pelatihan hanya bertahan tiga atau empat minggu saja, toh? Setelah itu kembali lagi, menulis hanya mengandalkan mood doang.”

Saya meneruskan, “Semangat menulis itu datang dari diri sendiri, seharusnya. Agar bisa bertahan lama dan tidak mudah hilang. Agar tidak angin-anginan. Agar tidak hangat-hangat taik ayam.”

“Itu dia, Bang. Tadi saya nanya apakah Bang Syaiha akan membuka kelas menulis online atau tidak, salah satu tujuannya itu. Saya ingin tahu mengapa Bang Syaiha bisa menulis setiap hari tanpa henti? Saya ingin bisa ketularan demikian, agar bisa menghasilkan sebuah catatan setiap hari juga.”

“Kalau cuma pengen tahu itu doang, mah, nggak perlu buka kelas menulis online segala.”

“Kan sekalian agar bisa belajar dan berdiskusi tentang kepenulisan, Bang. Oh iya, Bang, jadi apa rahasianya agar bisa menulis setiap hari dan menjaga semangat dalam diri sendiri?”

“Entah, saya tidak tahu.”

“Ah, masa nggak tahu. Nggak usah pelit-pelit deh, Bang.”

“Iya, mbak, saya benar-benar tidak tahu apa sebabnya saya bisa menulis setiap hari. Saya hanya merasa bahagia saja setiap kali berhasil menulis dan mempostingnya di blog atau fanpage saya.”

“Itu doang, Bang?”

“Emang, dalam hidup ini, ada yang lebih penting dari kebahagiaan ya, mbak?”

Hening.

Disclaimer: Tulisan ini juga diposting di BLOG penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun