Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Cubit Siswa Dipenjara, Guru Cukur Siswa Dipidana!

16 Mei 2016   10:49 Diperbarui: 16 Mei 2016   10:54 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agak miris juga membaca berita ini, Seorang Guru di Makassar di Penjara Karena Mencubit Siswanya. Masa hanya karena mencubit saja sampai di penjara? Alangkah mudahnya itu terjadi? Mengapa bisa demikian? 

Jadi, setelah saya baca, ternyata bukan hanya mencubit sih, tapi juga menyiram anak didiknya dengan air bekas pel di mushalla sekolah. Saya tidak tahu, apakah air yang disiramkan itu banyak, atau hanya dipercikkan saja? Apakah ia disiram dari ujung kepala sampai kaki atau hanya diguyur sedikit saja?

Entahlah.. Yang pasti, anak ini tidak terima dan mengadukan perlakuan gurunya kepada orang tua. 

Malangnya, anak yang dihukum demikian itu adalah anak dari seorang polisi. Ia tidak terima anaknya diperlakukan demikian dan melaporkan tindakan si guru ke kepolisian. Urusan berlanjut dan panjang. Guru yang kemudian saya tahu bernama Maya ini sampai sekarang masih di penjara. 

Orang tua siswa sudah diajak berdamai saja tapi tidak mau. Tetap menginginkan Maya dipenjara. 

Agak miris memang, kok mudah sekali orang tua naik pitam lalu memperkarakan guru ke ranah hukum hanya karena hal-hal yang boleh jadi tidak begitu krusial. 

Beda sekali dengan orang tua - orang tua jaman dulu.. 

Saya ingat betul, ketika saya sekolah dan dicubit sampai telinga saya merah, lalu mengadu ke almarhum bapak. Beliau malah bilang, "Itu salah kamu! Guru memberikan hukuman pasti karena melihat ada tindak dan sikapmu yang tidak benar!" 

Mendengar jawaban itu, saya tertunduk lesu. 

Ketika sekolah, saya juga pernah mendapatkan pukulan di tangan karena kuku saya panjang. Lupa memotongnya. Sialnya hari itu guru melakukan sidak dan memeriksa kami semua. Kebersihan kuku dan penggeledahan tas. 

Tas saya lolos. Nggak ada yang macam-macam di dalamnya. Hanya ada buku dan alat tulis saja. Tapi ketika tangan saya diperiksa, di balik kuku-kuku saya ada yang hitam-hitam, kotor karena saya suka bermain tanah. 

Jadilah tangan saya dipukul hingga tiga kali menggunakan penggaris kayu yang panjang itu. Sakit, tentu saja. Merah. Sedikit agak lebam. 

Saya ceritakan semuanya ke orang tua. Apa jawaban mereka? 

"Makanya, lain kali kukunya dibersihkan. Jadi orang kok jorok banget. Kuku kotor itu sumber penyakit!" 

Duh! Bukannya dibela malah diomelin. 

Pernah juga, ketika kelas empat SD, saya tidak lolos pemeriksaan rambut. Kelewat panjang sampai menutup sebagian telinga dan menyentuh kerah baju. 

Saya dipanggil ke kantor, dinasihati banyak hal, kemudian dipangkas berantakan oleh guru olah raga. Sebelah kiri dipangkas habis, sedangkan sebelah kanan dibiarkan. 

Alamak, jangan kalian bayangkan. Itu pasti jelek sekali. 

Dan ketika sampai di rumah, saya malah ditertawakan oleh almarhum bapak dan mamak saya. Kata mereka, saya lucu dengan potongan rambut demikian. 

Aih.. Lagi-lagi saya nggak dapat pembelaan. 

Padahal, di jaman sekarang, ada loh guru yang sampai dipidanakan hanya karena mencukur rambut siswanya. Hanya karena masalah sepele ini, urusan jadi runyam dan tentu saja menghabiskan banyak waktu dan uang. 

Beda sekali kan dengan orang tua jaman sekarang yang mudah sekali naik pitam dan sebentar-sebentar melaporkan guru anaknya ke polisi karena ini dan itu. 

Mengenai hal ini ada beberapa sikap yang seharusnya kita punya:

Pertama, untuk orang tua, perhatikan hal ini: bagaimanapun, apa yang dilakukan guru pasti ada sebabnya. Kalau ada asap pasti selalu ada apinya. Artinya, jika memang guru sampai mencubit (atau bahkan sampai menyiram), saya yakin sekali ada sikap atau tingkah anak kita yang tidak benar. 

Guru melakukan itu semua, menghukum siswa, adalah untuk memberikan pelajaran dan pembentukan karakter. 

Dan kalau anak kita dihukum, maka lihat saja, efek yang ditimbulkan bahaya atau tidak? Jika hanya dicubit, disiram, atau dicukur, itu kan nggak bahaya. Jadi, tidak perlu berlebihan. 

Agar apa?

Supaya anak kita sadar bahwa ada sikapnya yang salah dan harus diperbaiki. Anak itu tidak melulu harus dituruti semua kemauannya. Tidak melulu harus dimanja. 

Hukuman itu ada gunanya agar anak kita bisa mandiri dan semakin paham mana yang benar dan mana yang salah. Mereka akan dewasa dan menjalani kehidupannya sendiri kelak, maka memanjakan atau menuruti semua kemauannya adalah hal bodoh yang seharusnya tidak dilakukan. 

Kedua, ini saran saya buat guru-guru: menghukum tentu saja boleh, tapi harus hati-hati. Apalagi di jaman seperti sekarang. Kita diminta mendidik tapi tidak boleh melakukan ini dan itu. Padahal, kita lebih tahu tindakan apa yang seharusnya diterapkan. 

Karena hal inilah, maka ketika akan menghukum siswa karena sudah bersikap kelewatan, pilih hukuman yang paling ringan dan tidak membahayakan. 

Alangkah lebih bagus lagi jika bisa dilakukan tanpa harus memberikan hukuman. 

Saya tahu itu berat, tapi bisa. Insya Allah. Jaga kesabaran dan tetaplah menjadi guru yang menyenangkan. Anggap semua siswa adalah teman. Dekati mereka dan lakukan pendidikan dengan pendekatan yang lain. 

Cara ini, selain lebih aman, juga pasti lebih disukai semua orang. 

Demikian. 

Disclaimer: Tulisan ini diposting juga di BLOG penulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun