Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis Itu, Katanya Sama Seperti Mengayuh Sepeda

29 April 2016   20:42 Diperbarui: 29 April 2016   20:45 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah rahasia yang umum (bukan rahasia lagi dong ya namanya), bahwa untuk bisa menghasilkan tulisan yang baik dan enak dibaca memang hanya perlu melakukannya sesering mungkin. Jangan berhenti menghasilkan tulisan setiap hari.

Kita bisa menuliskan apa saja.

Ibu-ibu yang setiap hari mengurusi rumah dan menemani tumbuh kembang anaknya, bisa menulis tentang pengalaman berharganya agar bisa dijadikan pelajaran buat banyak orang. Ia juga bisa menulis resep masakan yang mudah dibaca oleh banyak orang.

Mahasiswa yang masih kuliah bisa menuliskan mata kuliahnya di blog dan membiarkannya dibaca khalayak ramai. Hal ini berguna sekali untuk: pertama, secara tidak langsung ia belajar, mengulang materi yang sudah disampaikan, dan kedua, ia juga sedang melakukan edukasi kepada siapapun yang membaca tulisannya.

Bahkan boleh jadi, karena tulisannya tentang mata kuliah di blog, bisa jadi ia akan mudah mendapatkan beasiswa, baik di dalam negeri atau di luar. Pemberi beasiswa akan menilai bahwa dia adalah orang yang punya semangat belajar tinggi.

Itu kan luar biasa.

Lalu, guru yang setiap hari mengajar di sekolah, bisa menghasilkan tulisan tentang pendidikan, tentang bagaimana menangani peserta didik yang bermasalah, tentang bagaimana menjadi guru yang baik dan benar.

Karyawan yang berangkat pagi pulang petang, bisa menuliskan kisah menariknya sebagai pekerja swasta. Itu bisa dilakukan ketika sedang di kereta, di halte bus, atau dimana saja. Dengan gadget yang super canggih seperti sekarang, saya rasa semuanya menjadi mudah.

Bahkan tukang becak sekalipun, jika memungkinkan, sambil menunggu penumpang, alangkah lebih baik jika ia juga menulis. Menceritakan bahwa pengalaman kehidupannya luar biasa berdarah-darah. Bahwa demi sesuap nasi, ia harus terbakar sengatan matahari.

Dan jika tulisan dia dibaca oleh orang-orang, boleh jadi akan ada rejeki lain yang menghampiri. Who knows, kan?

Atau, paling simpel, jika anaknya yang membaca, setidaknya tulisan itu akan menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih rajin dan berpikir sesegera mungkin untuk mandiri agar tidak membebani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun