Saat itulah, saya terbersit untuk menulis tentang air. Apa yang saya tulis? Begini:
Air adalah senyawa yang hebat, bukti kekuasaan dan kebesaran Allah. Jumlah mereka banyak sekali. Kalian lihat saja peta dunia, bentangkan ia di atas meja, dan kalian akan menyaksikan bahwa duapertiga bumi adalah air. Menggenang dimana-mana.
Air adalah senyawa yang terbentuk dari dua unsur, hidrogen dan oksigen. Hidrogen itu gas yang mudah terbakar, dia bahan bakarnya matahari dan jumlahnya banyak sekali. Dan konon, kiamat baru akan terjadi jika hidrogen disana habis dan matahari padam. Selesailah kehidupan.
Selanjutnya, oksigen pun demikian. Mudah terbakar dan menjadi syarat utama terjadinya pembakaran. Coba saja hidupkan sebuah lilin, kurung ia di dalam sebuah gelas. Maka tak butuh waktu lama, ketika oksigen di dalamnya habis, maka api yang ada di sumbunya akan padam.
Dua unsur pembentuk molekul air ini, hidrogen dan oksigen, adalah unsur yang mudah terbakar, tapi mengapa ketika sudah bersatu justru malah tak bisa dibakar sama sekali?
Bla.. bla.. bla..
Lihat, bahkan dari sebuah hal kecil saja, melihat air yang mulai membanjiri halaman tempat tinggal, saya bisa menghasilkan sebuah tulisan ringan yang baik. Maka seharusnya, untuk orang-orang yang sudah berniat menjadi penulis, sudah bukan masanya lagi kalian beralasan tak bisa menulis karena tak punya ide. Ia ada dimana-mana, tinggal kita saja, mau menuliskannya atau tidak?
Kedua: Ide Tulisan Datang dari Bacaan yang Kita Baca
Selain dari apa yang kita jalani setiap hari, ide tulisan juga bisa datang dari bacaan yang kita lahap. Maka banyak-banyaklah membaca. Darisana kita bisa membuat tulisan yang serupa tapi dengan gaya dan penuturan kita. Atau, dari apa yang kita baca, kitapun bisa menciptakan sebuah karya yang berbeda: menyanggah misalnya.
Ini adalah ciri masyarakat intelek: ketika menemukan sebuah opini yang berbeda, merasa tak cocok, atau menyimpang, mereka tak menghujat habis-habisan. Tapi membuat tulisan tandingan dan mempublisnya ke khalayak ramai. Orang-orang intelek berperang menggunakan pena dan tulisan. Mereka menulis karena mereka membaca sebuah karya.
Pun sama dengan kita, ketika ingin menjadi penulis, maka menulislah setiap hari. Darimana idenya? Salah satunya bisa datang dari apa yang kita baca. So, banyak-banyaklah membaca.