Tulisan ini lahir, berangkat dari kegelisahan yang disampaikan oleh beberapa teman saya. Tidak satu dua orang saja yang mengalami, jumlahnya mungkin bisa puluhan. Tentang apa itu? tentang keraguan sebelum melaksanakan akad nikah.
Simaklah apa yang pernah diutarakan teman saya dulu, katanya, “Bang Syaiha, jujur saja, semakin mendekati hari akad nikah, kok saya semakin ragu ya? Apakah langkah yang saya ambil ini sudah benar? Apakah perempuan yang saya pilih ini sudah tepat? Bagaimana jika salah? Bagaimana jika ternyata dia tak bisa melakukan ini dan itu?”
Teman-teman, silakan tanyakan kepada siapapun yang akan menikah! Saya rasa, sebagian besar mempelai mengalami hal demikian, muncul keraguan yang menyergap. Datang tiba-tiba tanpa diundang.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Yuk kita bahas pelan-pelan.
Pertama, adalah tugasnya setan menghembuskan keragu-raguan dalam dada manusia. Dia, yang sudah dilaknat Tuhan, memang tidak rela jika ada dua insan manusia memilih menikah, berselimut berkah, dan memanen pahala yang berlimpah.
Dia, setan terkutuk itu, inginnya kalian tetap berdua-duaan tanpa hubungan pernikahan. Berpeluk mesra dalam kemaksiatan.
Ditiupkanlah keragu-raguan, “Bener nih mau nikah sama dia? Yakin? Nanti, kalau sudah menikah, kamu mau kasih makan apa? Lah wong pekerjaan aja masih serabutan!”
“Kamu akhirnya memilih dia? Nggak salah? Dia itu kan jelek! Belum lagi, dia itu anak bungsu loh, juga anak orang kaya. Sepanjang hidupnya pasti dimanja. Bagaimana kalau ternyata dia tak bisa memasak, tak mampu beres-beres rumah, tidak bisa apa-apa? Mau jadi apa keluarga kalian nanti?”
Apapun bisa digunakannya sebagai senjata untuk membuatmu ragu. Tinggal kau saja, mau mengikuti kata-katanya atau tidak.
Dan lagi, pernikahan adalah sebuah momen besar. Berkomitmen untuk mengambil anak orang dan menafkahinya, adalah keputusan menakjubkan. Maka wajar saja, ketika semakin mendekati hari H-nya, kita dilanda kegugupan, juga keragu-raguan.
Saat-saat seperti ini, kalian butuh seorang teman yang bisa meyakinkan, menenangkan hatimu. Melapangkan jiwa. Percayalah, semua yang kalian lakukan sudah benar!
Kedua, tentang kekhawatiran apakah sudah benar-benar tepat memilih perempuan yang akan dinikahi? Apakah dia bisa mengurus rumah dan mendidik anak-anak nanti? Bagaimana jika ia tak bisa berbuat apa-apa? Tak bisa bekerja dan mengurus rumah tangga?
Mari perhatikan nasihat penting dari sesepuh kita, “Mencari manusia sempurna di dunia, itu sama saja kalian mencari jarum jahit kecil yang tenggelam di samudera hindia. Hampir tidak mungkin menemukannya, bukan? Mustahil!”
“Jauh lebih penting daripada itu semua adalah mencari pasangan yang memiliki semangat belajar yang tinggi. Dia boleh saja tak paripurna. Tapi selagi keinginan menuntut ilmunya membara, mau belajar dan membaca banyak hal, maka itu jauh lebih baik. Karena pelan tapi pasti, dia akan berjalan menuju kesempurnaan.”
Lalu, jika kalian sudah sampai pada keputusan akan menikah beberapa hari lagi, itu tentu sudah dipertimbangkan dengan baik jauh-jauh hari sebelumnya, bukan? Maka seharusnya, keragu-raguan yang berlebihan semacam itu tak perlu muncul belakangan.
“Tapi ketahuannya baru sekarang, Bang. Saya baru tahu beberapa hari lalu kalau dia tak bisa memasak!”
Alamak, hanya karena urusan tak bisa memasak, kalian lalu membatalkan pernikahan? Amboi, naif sekali kau, Nak!
Bisa memasak atau tidak, itu urusan simpel. Bisa dilakukan sambil jalan, learning by doing. Percayalah, dia boleh tak bisa masak sekarang, tapi ketika sudah menjadi istrimu kelak, dia pasti akan belajar menghasilkan hidangan yang baik. Jaman sekarang bukannya semua sudah mudah, tinggal googling bentar dan semuanya teratasi.
“Bagaimana jika saya ragunya karena merasa dia tak menarik, Bang? Semakin kesini, saat akad nikah hanya tinggal hitungan hari saja, kok saya melihat wajahnya menjadi biasa saja, tak cantik lagi seperti dulu!”
Sungguh, kalau bukan teman, sudah tak jitak juga nih orang!
Hey, siapapun kalian, ingatlah pesan ini baik-baik, bahwa setelah menikah, kalian baru akan menyadari bahwa kecantikan itu tak begitu penting. Jauh lebih penting adalah akhlak yang baik, terampil mengurusi rumah, dan mampu mengelola keuangan hingga gaji bulanan tak kebobolan.
Memang, kalau bisa mendapatkan gadis cantik, bisa memasak, terampil mengurusi dan melayani, pintar, bisa diandalkan dan sebagainya, ya Alhamdulillah. Tapi kan yang kayak begini ini jarang ditemukan. Kalaupun ada paling udah diambil orang duluan. Juga belum tentu dia mau sama kalian bukan? Ngaca dong!
Maka mulai sekarang, jika calon istri kalian itu terlihat biasa saja, terimalah dia apa adanya. Cintai dan sayangi sepenuh hati. Karena boleh jadi, dialah pemicu kesuksesan kalian di masa mendatang. Mendukung dan memberikan beragam jalan keluar.
Who khows, kan?
Saya posting juga di www.bangsyaiha.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H