Umat Islam dalam satu hari satu malam ( 24 jam ), diwajibkan sembayang 5 waktu. Yaitu Isa, Subuh, Zuhur, Ashar dan Magrib. Salah satu makna yang terkandung didalamnya adalah merupakan suatu pembiasaan agar setiap ucapan atau perkataan seseorang, wajib diikuti dengan perbuatannya. Atau dengan kata lain, orang berlatih agar dapat berbuat satunya kata dengan perbuatan.Â
Sembayang diawali dengan mengucap Allahuakbar, diikuti dengan mengangkat kedua tangan sampai kesamping telinga. Sebagai pengakuan bahwa Allah Maha Besar, yang kekuasaan-Nya meliputi kerajaan langit. Kemudian pada saat rukuk, membungkukkan badan diikuti dengan mengucap Allah Maha Agung, sebagai pengakuan bahwa Allah Maha Agung yang kekuasaan-Nya meliputi kerajaan bumi. Dari kedua pengakuan tadi, sebagai penganut Islam hendaknya mempercayai dan mengakui bahwa Allah menguasai, kerajaan langit dan bumi beserta isi yang ada didalamnya, termasuk diri manusia. Selanjutnya pada saat bersujud, dengan gerakan badan hingga dahi menyentuh lantai / tanah diikuti dengan mengucap Allah Maha Tinggi sebagai pengakuan, sesungguhnya manusia itu tidak ada artinya apa -- apa bila dibandingkan dengan-Nya. Â
Itu semua merupakan pembiasaan, yang wajib dikerjakan atau dilaksanakan atau diamalkan oleh penganut Islam. Dengan harapan setiap penganut Islam, dapat berbuat satunya kata dengan perbuatan. Disamping itu, juga merupakan pengakuan dan persaksian bahwa manusia, hanyalah merupakan percikan-Nya saja, yang tidak mempunyai kemampuan untuk melampaui atau melebihi kekuasaan-Nya.
Mari ditanyakan kepada diri sendiri, dengan pembiasaan -- pembiasaan yang telah dilakukan selama ini, sudahkah penganut Islam dapat berbuat satunya kata dengan perbuatan? Mari diteliti dan dievaluasi sendiri, diri masing -- masing. Karena pada umumnya nyata-nyata orang mengucap Allah Maha Kuasa, tetapi memerintahkan seseorang untuk membunuh orang, atau melakukan perbuatan tercela kepada orang atau pihak lain dengan imbalan uang. Yang diperintah tetap melaksanakan, hanya karena iming -- iming uang tadi. Bukankah perbuatan tersebut mengindikasikan, bahwa uang masih dianggap lebihberkuasa dari pada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa?
Kenyataan lain sering dapat ditemukan, orang saling mencaci satu sama lain. Orang gemar membuat berita bohong, dan menyebar luaskan lewat media sosial. Orang gemar menjelek -- jelekkan, orang lain. Orang gemar menghujat, orang lain. Orang gemar memfitnah, orang lain. Orang bangga dapat menyakiti, membunuh dan melakukan  perbuatan -- perbuatan buruk lainnya kepada orang atau pihak lain, hanya sekedar berebut pengaruh untuk mencari kekuasaan. Manusia seolah -- olah membuat tabir pembatas, hanya atas dasar perbedaan warna kulit dan bahasanya, perbedaan suku bangsa dan bangsanya, serta perbedaan status sosial ekonomi dan agamanya. Padahal sudah jelas perintah dan petunjuk Tuhan, manusia diciptakan agar salingkenal mengenal satu dengan yang lain, apapun bangsa dan suku bangsanya.
Surat Al Hujuraat ayat 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesung-guhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dari pernyataan orang atau kelompok orang yang sering beredar di media sosial, mengindikasikan bahwa kebanyakan orang masih terlalu mudah berpaling dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang katanya diimani. Sehingga orang atau kelompok orang tadi dengan mudahnya mengingkari perintah dan petunjuk Allah, dan belum dapat melakukan perbuatan sesuai dengan kata, predikat dan atau atribut yang melekat padanya. Bukankah perbuatan tersebut mengindikasikan, bahwa orang tadi merasalebihkuasa dari pada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa?
Sehubungan dengan hal tersebut, mumpung masih punya waktu dan kesempatan, mari bergegas mengaji atau mempelajari perintah dan petunjuk Allah baik yang tertulis ( Al Qur'an ) maupun yang tidak tertulis ( jagad raya seisinya) dengan benar dan tepat, demi keselamatan hidup di dunia ini maupun demi keselamatan hidup di hari kemudian kelak. Dalam mengaji atau mempelajari Al Qur'an dan atau ayat Allah  yang tidak tertulis, hendaknya tidak berhenti sampai dibibir atau dibaca belaka; Mengingat perintah dan petunjuk Allah baik yang tertulis ( Al Qur;an ) dan atau yang tidak tertulis ( jagad raya seisinya ) tersebut, sesungguhnya ditujukan kepada manusia, dan yang umumnya di sampaikan dalam bentuk perumpamaan.
Lalu bagaimana cara mengaji atau mempelajari ayat -- ayat Allah dengan benar dan tepat, agar dapat mengubah kebiasaan yang telah membudaya selama ini? Kunci utamanyapengakuan, bahwa diri seseorang adalah manusia. Oleh karena itu, manakala orang membaca Al Qur'an hendaklah memposisikan diri, layaknya sedang berhadapan dan berkomunikasilangsung dengan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa ( hablumminallah). Dengan demikian orang dimaksud akan memperoleh ganjaran atau pahala yang langsung dapat dinikmati, berupa meningkatnya kualitas diri pribadi karena terpelihara kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hatinya.
Mari dengan jujur dirasakan melalui rasa yang merasakan ( Jawa=roso pangroso ). Bila mengaji Al Qur'an hanya dimaknai dengan membaca Al Qur'an, sedangkan Al Qur'an adalah perintah dan  petunjukan Allah kepada manusia. Andaikan  seseorang hanya membacanya an sich tanpa melaksanakan apa yang dibacanya, berarti seseorang tadi sama saja dengan memposisikan diri layaknya pemberi perintah dan petunjuk kepada manusia? Bukankah ini merupakan gambaran perbuatan seseorang yang menyetarakan dirinya dengan kuasa Allah? Surat Al Ikhlash ayat 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Hati -- hati, ingat dan waspada akan tipu daya iblis, setan dan sebangsanya, yang selalu ingin menjerumuskan manusia kelembah sesat, agar terhindar dari perbuatan melampaui kuasa Allah. Padahal telah difirmankan Allah dalam surat Al Qiyaamah ayat 18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Ayat ini memberi petunjuk sekaligus perintah kepada manusia, bila seseorang telah berkata atau berucap hendaklah diikuti dengan perbuatan dari apa yang dikatakan atau diucapkannya. Atau dengan kata lain, berbuat satunya kata dengan perbuatan.