Samakah makanan bagi sang wadag, dengan makanan bagi Sang Suci? Sudah barang tentu, jenis makanannya berbeda. Kalau sang wadag, jenis makanannya berupa  sate,  tongseng, hamburger, hotdog, getuk, tiwul, rawon, opor, rendang dan lain sebagainya; Sedangkan bagi Sang Suci, jenis makanannya adalah pewujud – nyataan atau pengaktualisasian perintah dan petunjuk Tuhan kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari-hari.
Salah satu contoh. Penganut Islam sudah terbiasa berwudhu, sebelum sembahyang. Dengan urutan, membaca bismillahirrahmanirrahim, Â membasuh kedua tangan hingga pergelangan, berkumur, membasuh kedua lubang hidung; berniat kemudian membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga siku, membasuh jidat ( dahi ), membasuh kedua telinga, dan membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
Ditinjau dari sisi lahiriyah dengan pembasuhan ini, bila ada pengotor nyata yang melekat  pada  organ  tubuh  tadi dapat dihilangkan. Maka bersihlah, keadaan organ tubuh yang dibasuh tadi. Tetapi apakah secara otomatis Sang Suci sudah menjadi bersih, dengan pelaksanaan wudhu tadi?  Belum!
Dalam berwudhu, hendaklah dibiasakan. 1.Nyata mengucap bismillahirrahmanirrahim, ghaib diniatkan dalam hati akan mengamalkan atau mewujud –  nyatakan sifat pengasih dan penyayang dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari - hari.
2. Nyata membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan untuk membersihkan pengotor nyata yang ada pada organ tadi, ghaib diniatkan dalam hati akan memelihara kesucian tangan dari perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan atau orang lain. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
3. Nyata berkumur untuk membersihkan pengotor nyata yang ada didalam mulut, ghaib diniatkan dalam hati akan memelihara kesucian mulut dari perkataan – perkataan yang dapat menyakiti hati orang lain. Dan hanya akan menggunakannya untuk berucap dengan kata - kata yang baik, sehingga dapat melegakan dan menyejukkan hati orang lain; Syukur bila setiap kata yang terlontar dari mulut kita sekaligus merupakan do’a bagi teman bicaranya.
4. Nyata membasuh lubang hidung untuk membersihkan pengotor nyata yang ada di dalam organ tadi, ghaib diniatkan dalam hati akan memelihara kesucian diri, dari perbuatan mengendus – endus aib atau kejelekan orang lain.
5. Nyata mengucapkan niat berwudhu, ghaib diniatkan dalam hati bahwa pembasuhan atau pembersihan organ tubuh dari pengotor – pengotor nyata maupun tidak nyata,  dilakukan dengan niat iklas semata - mata hanya karena Allah. Dan diwujud - nyatakan kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari – hari.
6.Nyata membersihkan muka untuk menghilangkan pengotor yang ada dimuka, ghaib diniatkan dalam hati akan memelihara kesucian muka. Bertegur sapa kepada orang lain  dengan roman muka yang teduh, manis dan menyenangkan, siapapun, apapun, derajad, pangkat dan status sosial ekonomi teman bicaranya.
7. Nyata membasuh kedua tangan hingga siku untuk menghilangkan pengotor nyata pada organ tubuh tadi, Â ghaib diniatkan dalam hati akan memelihara kesucian diri. Dengan mencari karunia Allah baik berupa harta benda maupun jabatan atau kekuasaan dan lain - lain, dengan tidak menghalalkan segala cara dalam mendapatkannya (sikut sana, sikut sini).
8. Nyata membasuh jidat ( kepala ) untuk membersihkan pengotor nyata, ghaib diniatkan dalam hati akan memelihara kesucian otak. Dengan menggunakannya untuk memikirkan hal – hal positip yang bermanfaat bagi masyarakat banyak, bukan semata - mata hanya untuk kemanfaatan diri sendiri, keluarga dan atau golongannya.