Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jihad

4 Juli 2016   12:41 Diperbarui: 4 Juli 2016   12:49 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat Al Hujurat ayat 13 : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki - laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku - suku supaya kamu saling kenal - mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.Rangkaian ayat-ayat tadi hakekatnya menunjukkan kehendak dan ke Maha Kuasaan Allah.

Kalau kita mau mengingat ( Jawa=eling) perintah dan petunjuk Allah ini dan mau dengan jujur menyadari, sesungguhnya manusia itu merupakan saudara kandung ibaratnya. Karena berasal dari Dzat yang Satu yaitu Yang Maha Suci dan kembalinyapun ke tempat dari mana manusia berasal, yaitu Yang Maha Suci. Surat Yaasiin ayat 83. Maka Maha Suci ( Allah ) yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Dari kenyataan tersebut, bukankah ini berarti bila kita berbuat jahat kepada orang lain, sama saja berbuat jahat terhadap diri sendiri? Lalu  apa gunanya berbuat jahat kepada orang lain? Tentunya akan lebih baik, bila kita berbuat baik kepada orang lain. Karena hakekatnya  berbuat  baik  kepada  orang  lain,  adalah berbuat baik untuk diri kita sendiri.

Yang perlu diingat, Satriyo Piningit atau Sang Suci yang  ada didalam diri manusia yang berbeda agama dan keyakinan sekalipun; Adalah sama dengan Satriyo Piningit atau Sang Suci yang ada dalam diri kita sendiri.

Hendaklah tidak beranggapan bahwa Satriyo Piningit atau Sang Suci yang berasal dari Yang Maha Suci, hanya yang ada dalam diri kita saja. Sedangkan Satriyo Piningit yang ada dalam diri orang  yang  berbeda agama dan keyakinan, lalu dianggap berasal dari pandai besi. Mari diingat selalu, sesungguhnya manusia itu, hakekatnya adalah saudara kandung

Bila kita sudah dapat memahami siapa sejatinya diri kita sebagai manusia, mari bersaksi bahwa diri kita ( Sang Suci ) merupakan bagian dari Dzat Yang Maha Suci. Kemudian bertekad melakukan jihad atau perang suci terhadap hawa nafsu, demi keselamatan diri kita sendiri. Surat Al Ankabuut ayat 6. Barang siapa yang  berjihad,  maka  sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar – benar Maha Kaya ( tidak memerlukan sesuatu ) dari semesta alam.

Hendaklah jihad tidak diaktualisasikan, dengan mencelakai atau mencederai orang atau mencederai kelompok lain, yang berbeda agama atau keyakinan. Hanya atas perintah orang lain, apapun kedudukan dan predikatnya.

Apalagi hanya derajadnya manusia, selagi Nabi sekalipun tidak dapat menyelamatkan anak dan istrinya dari azab Allah.  Mari disimak surat At Tahrim ayat 10. Allah membuat  istri Nuh dan istri Luth  perumpamaan bagi orang - orang kafir. Keduanya berada dibawah pengawasan dua orang hamba yang saleh diantara hamba - hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari  ( siksa ) Allah; dan dikata kan ( kepada keduanya ): “Masuklah ke neraka bersama orang – orang yang masuk ( neraka )”.

Surat Huud ayat 42. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya,[719] sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."

Surat Huud ayat 43. Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan

Kalau begitu lalu siapa yang dapat memelihara kesucian diri, jiwa dan hati kita, agar terhindar dari azab Allah? Yang dapat memelihara kesucian Satriyo Piningit atau Sang Suci,tidak lain adalah diri kita sendiri, baru Allah mengabulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun