Sebagai kenyataan, telinga kanan dan kiri manusia berlubang dengan posisi segaris antara kanan dan kirinya. Tetapi bila dilihat dari sisi kanan, tidak dapat tembus kesisi kiri. Sebaliknya bila dilihat dari sisi kiri, tidak dapat tembus kesisi kanan. Kalau demikian halnya bukan pipa namanya, tetapi wadag manusia.
Jadi  Satriyo Piningit itu keberadaannya, ada didalam wadag manusia dan akan selalu bersama dimanapun kita berada. Apapun bangsa dan suku bangsanya.  Apapun warna kulit dan bahasanya. Apapun agama dan keyakinan, serta kebudayaannya. Dengan kadar yang sama. Karena berasal dari tempat yang sama, dan kembalinyapun ketempat yang sama, yaitu Yang Maha Suci.
Surat Al Hadiid ayat 4.  Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya . Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Hujuraat ayat 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
Surat Ar Ruum ayat 22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.                Â
Mari mulai saat ini, dibudayakan atau dibiasakan. Manakala memandang orang lain tak ubahnya, memandang diri sendiri. Manakala bertegur sapa dengan orang lain tak ubahnya, bertegur sapa dengan diri sendiri. Manakala memperlakukan orang lain tak ubahnya, memperlakukan diri kita sendiri. Dan seterusnya dan seterusnya.
Yang kesemuanya itu, hendaklah diukurkan atau ditujukan terhadap diri  sendiri sebelum berbuat. Agar kita tidak terperangkap oleh bujuk rayu dan tipu - daya iblis, setan dan sebangsanya, melalui hawa nafsu yang ada dalam diri kita sendiri.                     Â
Jangan mentang – mentang ( Jawa = ojo dumeh ) menjadi pejabat apapun jabatannya, lalu berbuat semena – mena kepada karyawan atau pembantunya. Jangan mentang – mentang menjadi majikan atau orang yang menggaji, lalu berbuat semena – mena terhadap buruh atau pembantunya.
Hendaklah kita  ingat dan sadar, secara terus menerus tanpa terputus ( shalat ) bahwa Satriyo Piningit atau Sang Suci yang ada dalam wadag si karyawan, si pembantu, si pengemis, si jembel sekalipun, adalah sama dengan Satriyo Piningit atau Sang Suci, yang ada didalam wadag kita sendiri.  Â
Kalau sudah dapat memahami siapa aku dan siapa dia yang sesungguhnya, insya-Allah dapat memaknai jihad yang sesungguhnya. Surat Al ‘Ankabuut ayat 6.                   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H