Siap? kata saya, dan siap sahut dhek Bayu. Silahkan dibaca surat An Nuur ayat 35 dengan tenang, dan dirasakan.
                      Â
Mulai dhek Bayu membacanya.
Allah ( pemberi ) Cahaya ( kepada ) langit  dan  bumi.  Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca ( dan ) kaca itu  seakan – akan bintang  ( yang bercahaya ) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, ( yaitu ) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur ( sesuatu ),……..
stop kata saya. Tolong direntangkan tangan kanan dhek Bayu (anda) kearah timur, yang mengisyaratkan pohon zaitun tidak tumbuh disebelah timur ( sesuatu ). Setelah dilaksanakan, tolong dibaca selanjutnya,
… dan tidak pula disebelah barat ( nya ),….......... stop kata saya lagi. Tolong direntangkan tangan kiri dhek Bayu ( anda ) kearah barat ( tangan kanan sudah boleh istirahat untuk memegang kitab Al Qur’annya ), yang mengisyaratkan pohon yang banyak berkahnya  ( pohon zaitun ) tidak tumbuh disebelah barat      ( sesuatu ).                      Â
Silahkan dari peragaan tadi, dhek Bayu ( anda ) simpulkan sendiri. Dimana kira – kira, tumbuhnya pohon zaitun atau pohon yang banyak berkahnya tersebut. Dhek Bayu tidak berkata, tetapi tangannya menunjuk ke dadanya sendiri, lalu berucap disini pah. Tepat, 100 buat dhek Bayu ( insya-Allah andapun demikian ).
Disitulah keberadaan ( Jawa = dununge ) Cahaya atau Nur Allah, dan yang oleh  nenek moyang kita disamarkan atau dikiaskan dengan sebutan Satriyo Piningit yang juga saya sebut sebagai Sang Suci. Baik pah terima kasih, sudah paham sekarang.
                    Â
Selanjutnya mari kita analisis bersama.  Ungkapan  seperti  sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar tidak lain adalah wadag manusia. Karena bila wadag manusia itu dianalisis, kita juga tahu kalau merupakan rangkaian lubang ( pori – pori ) yang melingkupi atau membungkus sekujur tubuh, tetapi tidak tembus.
Coba diandaikan lubang itu tembus, layaknya pipa. Sudah barang tentu, bila dilihat dari belakang tembus kedepan, bila dilihat dari depan tembus kebelakang. Bila dilihat dari samping kiri, dapat tembus kesamping kanan. Dan sebaliknya bila dilihat dari samping kanan, dapat tembus kesamping kiri. Kalau demikian kondisinya  bukan wadag manusia namanya, melainkan ya pipa itu tadi.