Beliau menjawab, ah harganya anjlok ( jatuh ) kok, pak! Menurut anda apakah jawaban itu merupakan ungkapan rasa syukur atas panen yang diterima, atau sebaliknya justru merupakan suatu keluhan?  Ternyata tidak mudah dalam pelaksanaannya bukan? Hal ini memang sudah tersurat dalam Surat Al Ma’aarij ayat 19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Tinggal kita, bisa tidak mengelolanya.
Mari kita simak ilustrasi berikut. Umumnya dalam 1 hari, orang makan nasi 2 sampai 3 kali. Andaikan dalam 1 hari, tiap orang membuang nasi setara dengan 5 gram beras. Berapa jumlah beras yang dibuang, bila dilakukan oleh  200 juta jiwa?
Dalam 1 hari beras yang dibuang 200.000.000 x 5 gram = 1.000.000.000 gram = 1.000.000 kg = 1.000 ton. Bila disetarakan dengan gabah, Â gabah yang dibuang dalam 1 hari = 2.000 ton gabah kering giling = 2.500 ton gabah kering panen (perkiraan minimal).
Bila setiap 1 hektar sawah menghasilkan gabah kering panen 5 ton =  500 hektar  sawah  dipusokan  setiap harinya. Bagaimana kalau dihitung dalam 1 tahun? Kalau setiap hari orang makan membutuhkan 0,25 kg beras misalnya, berarti beras yang dibuang tiap hari tadi sebenarnya dapat untuk memberi makan 4.000.000 orang.
Orang tua dulu bila mewanti - wanti anaknya yang sedang makan, jangan sampai sisa lo, nanti ayamnya mati, titik tidak ada penjelasan.
Mari menggunakan ilustrasi ini dan dibiasakan, mudah-mudahan dapat menyadarkan anak – anak dan  kita semua, agar tidak mentang-mentang dapat membeli, lalu dengan gampangnya menyisakan dan membuangnya. Hendaklah kita selalu ingat ( Jawa=eling), akan kehidupan orang lain yang belum hidup berkecukupan.                     Â
Contoh sederhana tadi ( silahkan dikembangkan sendiri) hakekatnya perbuatan hijrah. Dari yang semula perintah dan petunjuk Tuhan hanya sebatas dibaca, dihafalkan dan dilagukan; Hijrah menjadi, perintah dan petunjuk Tuhan diwujud-nyatakan atau diaplikasikan kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari – hari. Mari revolusi mental pak Jokowi, kita mulai dari hal kecil ini secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H