Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa Aku (7)

27 Juni 2016   08:42 Diperbarui: 27 Juni 2016   08:59 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam tulisan sebelumnya dikatakan, dapat dibayangkan seandainya bismillahirrohmanirrohim tidak hanya sampai diucapan saja, tetapi diwujud – nyatakan dalam keseharian kita. Oh betapa nikmat dan damainya, Negara yang sama - sama  kita cintai ini.

Karena tingkah  laku, perbuatan dan tutur kata sehari - hari setiap warganya; disinari sifat pengasih dan penyayang satu sama lain. Apapun status, suku bangsa, warna kulit, bahasa dan agamanya.                                           

Yang penting adalah bagaimana cara kita, agar kondisi tersebut tercermin dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari-hari? Caranya melalui pembiasaan tindakan, yang mencerminkan sifat pengasih dan penyayang kepada sesama.

Contoh soal. Kita biasakan kepada anak – anak, sejak berinteraksi di Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD). Ketika berangkat dibekali makanan sambil membisikan pesan, nak nanti kalau kamu makan, jangan lupa berikan sebagian bekal ini kepada temanmu yang tidak membawa. Baik juga saling bertukar makanan, kepada temanmu yang membawa bekal.

Demikian juga dipesankan kepada anak-anak, nak nanti bila kamu bertemu dengan teman atau siapa saja yang membawa barang tampak keberatan, ya tolong dibantu meskipun tidak diminta.

Sebaliknya bila kamu diberi sesuatu atau pertolongan (apapun bentuknya) oleh teman atau siapapun orangnya, jangan lupa mengucapkan terima kasih.

Memang tampak sepele atau sederhana bukan perbuatan itu? Tetapi bila tidak dibiasakan, tampaknya sangat berat untuk mempraktekannya.

Contoh sederhana dirumah. Ada koran diatas meja, dekat dengan tempat duduk orang tuanya ( ngambil sendiri bisa). Tapi orang tua memanggil sang anak, nak tolong ambilkan koran itu? Setelah koran diambil dan diberikan oleh sang anak, orang tua menerima sambil berucap terima kasih nak. Perbuatan ini hakekatnya, pembelajaran nyata kepada sang anak. 

Tetapi ada juga lo orang tua, yang boro – boro ngucap terima kasih, banyaknya diam atau malah main samber saja dengan suara eh. He he he maaf ya, bukan nyindir..........wong itu kenyataan kok. 

Selanjutnya, bagaimana cara menanamkan rasa syukur kepada anak – anak dan kita semua? Karena hakekatnya, bersyukur itu untuk diri sendiri, sebagaimana firman Tuhan dalam Surat Luqman ayat 12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu :“ Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.                                                  

Kata syukur mudah diucapkan, tetapi pelaksanaannya tidak semudah pengucapannya. Misal. Kita menyapa kelompok masyarakat yang sedang hingar bingar panen raya padi, wah senang ya pak, tampaknya panenannya bagus ini kali?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun