Burung memiliki rantai makanan yang melekat dengan pohon-pohon yang dia melihat bahwa disitulah ada makanan yang harus dia makan dan makanan itulah yang cocok dengan potensi kehidupannya, sehingga penulis mencoba untuk memberikan gambaran sikologi, guna untuk menyadarkan masyarakat dan pemerintah di maluku utara itu sendiri.Â
Sehingga pohon itu kita tidak boleh memotong/menebang yang lebih, apabilah hal ini terjadi, maka sekurang-kurangnya ialah sesuai dengaan kebutuhan saja, yang manakalah bahwa disitulah tempat satwa, burung yang memiliki potensi hidup, dan di pohon itu juga ialah rumah baginya, apabilah kita manusia tidak meihat problem ini dengan jeli maka hancur dan punalah satwa kita dan terlepaslah satu cagar budaya kita (hayati).Â
Kita manusia tentunya juga memiliki rantai makanan, begitu pula dengan satwa liar yang lain, nah, ini adalah bagaimana cara kita hidup dengan budaya gotong royong, saling berbagi dan saling menjaga di antara satu dengan yang lain. Dalam hidup kita yang perlu kita lihat ialah apa yang berguna dan secara keseluruhan bahwa semua apa yang ada di dunia ini dapat berguna dengan baik.Â
Hewan, manusia, tumbuhan, dan benda mati, semua memiliki potensi hidup yang berbeda, sehingga kita "manusia" harus menjaga, melindungi dan melestarikannya, sesuai dengan pikiran dan akal sehat kita, sebab manusia juga menjadi bagian dari hewan, tumbuhan dan benda tersebut, dengan bahasa lain ialah rantai makan.
Jika kita melihat bersama dari sesi kehidupan yang baik, maka di dalam hidup perlu kita ketahui bahwa yang hidup itu bukan manusia saja namun ada beberapa bentuk lain di dalam dunia ini, yaitu : tuhan, benda dan manusia, olehnya itu kita harus melihat dari sisi yang lain juga.
Tuhan selalu memiliki cara yang positif untuk kehidupan kita diantaranya ialah manusia dan benda, benda juga terbagi dalam beberapa bentuk yaitu, ada benda hidup dan benda mati (hayati dan non hayati). Nah, benda hidup yang di maksud disini, ialah : hewan, tumbuhan, dan benda mati ialah : batu, tanah, dan lain-lain. Namun dalam pembahasan ini, penulis lebih mengarah pada salah satu cagar budaya yang kondusif, yaitu burung kasturi ternate.
Burung kasturi ternate sampai saat ini memiliki potensi hidup yang sangat menurung/rentang dan jika kita samakan dengan yang di tahun 2000 sampai dengan tahun 2018 itu sangatlah berbeda, di tahun 2014 masih di katakan baik tapi dengan rens waktu sampai sekarang ini, jumlah populasinya sangat menurun  dan memiliki status hampir punah sebab, yang biasanya kita sering temukan/melihat di salah satu tempat wisata, yaitu tolire, namun sekarang ini, sudah bukan jarang lagi tapi, bisa di katakan nihil.
Dewasa ini penulis melihat kondisi yang terjadi di lingkungan kota ternate bahkan maluku utra itu sendiri, ialah masih minimnya kesadaran hayati, sebab masih banyak masyarakat kita memelihara burung kasturi ternate, dilingkungan rumah mereka.Â
Dewasa ini tentu kita tahu, bahwa burung itu, jika di kurung di dalam kandang maka akan terjadi strees yang sangat berat dan dengan kata lain dia akan memilih untuk mati ketimbang dia harus hidup tapi kehidupannya terpenjara, masalah ini tentu kita sama-sama tidak suka sebab apa?.. sebab, Â pada dasarnya tidak ada makhluk di dunia ini yang mau di penjara walaupun penjara yang jerujinya terbuat dari emas.Â
Penulis sangat prihatin dengan burung tersebut karena burung kasturi ternate memiliki nilai keindahan tersendiri, mulai dari bulu warnanya dan juga suaranya, hal ini tentu saja kita sangat suka, penulis sarankan supaya burung tersebut di beri kebebasan sama seperti kita manusia, "jika ada yang masih mengkandangkanya" tentu dengan akal budi manusia yang baik, selalu ingin hidup damai, dekat dengan keluarga, begitu pula dengan burung/satwa liar yang lain.Â
Penulis ingin berbagi dengan kita semua lingkungan dan sekitarnya bahwa marilah kita menanamkan simpati dalam berkonservasi, supaya kelak kita tidak akan menyesal dan kalah dengan pesaing dari luar negeri, maka yang harus kita jaga bukan hanya burungnya saja tapi rumahnya juga yaitu pohon-pohon itulah rumah burung sebab disitulah tempat dia menemukan makanannya.