Mohon tunggu...
Abdus Salam
Abdus Salam Mohon Tunggu... Pekerja Sosial -

Penikmat Buku dan Kopi Tubruk

Selanjutnya

Tutup

Money

Merawat Rasa Memantik Cita

20 April 2018   13:17 Diperbarui: 21 April 2018   22:24 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan inspiratif dan penuh makna juga disampakan oleh Sayyidina Ali bahwa kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. (Alhaqqu bila nizdam, yaghlibuhul batil binnizdam). Betapa pentingnya menghimpun orang-orang baik dan kreatif dalam sebuah kelompok. Sehingga kekuatan, kemandirian, tidak hanya menjadi cita-cita yang sulit tercipta.

Tengoklah dengan apa yang disampaikan oleh beberapa pakar mengenai kelompok. Adalah Saptono dan Bambang Suteng dalam buku ( sosiologi: 81-84) yang diterbitkan oleh PHIBETA. Ia menyampaikan bahwa kelompok dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama ada kelompok primer yang jumlah anggotanya sedikit, walaupun tidak setiap kelompok yang anggotaya sedikit adalah kelompok primer. 

Hubungan antar anggota bersifat personal (saling kenal secara pribadi) dan mendalam, diwarnai oleh kerjasama, sering bertatap muka dalam waktu lama, sehingga terbangun keterlibatan perasaan yang dalam.Tujuan berkelompok adalah membangun hubungan personal itu sendiri. Walaupun kadang terjadi konflik, namun masing-masing anggota kelompok primer menunjukkan perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan sesame anggota.Jadi, hubungan dalam kelompok primer bersifat informal, intim/akrab, personal, dan total. Hubungan emosional terbangun erat dalam kelompok

Hal ini juga ditegaskan oleh George Homans kelompok itu merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Interaksi sosial yang intens, komunikasi yang intens itulah yang mendasari kekuatan kelompok.

Secara substansi ini mirip dengan kaidah atau prinsip Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)  Pengembangan Penghidupan Berbasis Masyarakat (P2BM)  dimana saat ini kita berpacu dengan waktu agar tumbuh dan berkembang menjadi semakin banyak

Jika kita refleksi kebelakang, KSM kita yang jumlahnya ratusan bahkan lebih. Apakah model kelompoknya seperti itu? Atau hanya ada sebagai syarat  untuk mendapatkan  pinjaman dana UPK. Jika kelompok KSM yang ada saat ini mirip gerombolan itu, maka tidak ada pilihan lain untuk memberikan penguatan mengenai pentingnya berkelompok.

Kedua adalah kelompok sekunder, kelompok yang jumlah anggotanya banyak. Hubungan antar anggota bersifat impersonal (tidak salingkenal secara pribadi), lebih diwarnai oleh kompetisi, jarang bertatap muka dalam waktu lama, sehingga tidak terbangun hubungan yang emosional. Hubungan yang ada lebih bersifat fungsional, artinya orang bukan dilihat dan segi "siapanya" melainkan lebih dilihat dan segi "apa kegunaannya" bagi pencapaian tujuan kelompok.

Kiranya kelompok yang kedua ini tidak terjadi di KSM kita, jumlahnya banyak,kelompok menjadi ruang kompetisi. KSM kita jumlah anggotanya sedkit pertemuan rutin juga jarang, interaksi sosial yang dibangun untuk membahas kegiatan yang ada dalam kelompokpun juga tidak terjadi. Oleh karena itu, kita segera siuman dengan model pendampingan dan pembentukan kelompok yang sudah kita lewati.Saatnya sekarang membentuk sebuah kelompok berdasarkan hobi dan minat masyarakat di mana berkelompok menjadi media dan ruang untuk berkreasi.

Banyak contoh dari kelompok yang kita fasilitasi utamanya kelompok KSM P2BM, cerita sukses dari hasil kreatifitas sungguh mengagumkan.Spiritnya berbeda dengan KSM yang terdahulu, KSM P2BM yang diceritakan adalah produk hasil dari kreasi dan tindak lanjut pelatihan PKM. Beranika ragam produk KSM mulai dari kerajinan, makanan ringan.Tentu kelompok ini harus kita rawat, kita dampingi, kita sapa sehingga terus memompa semangat kreatifitas dalam berkarya. Jika rasa berkelompok sudah mendarah daging, rasa berkelompok menjadi panggung dalam berkreasi maka cita-cita yang ingin dicapaipun akan mudah diraih.[]semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun