Mohon tunggu...
said abdullah
said abdullah Mohon Tunggu... Bankir - Politisi

Senang Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020

16 Desember 2019   18:58 Diperbarui: 17 Desember 2019   18:18 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita akan memasuki tahun 2020 dengan kondisi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian. Kondisi ini akibat ketegangan perdagangan internasional yang dipicu oleh perang dagang (trade war) antara dua kekuatan ekonomi dunia saat ini Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. 

Hal ini kemudian berimbas pada melambatnya penggerak pertumbuhan ekonomi domestik dibanyak negara, termasuk Indonesia. Bahkan di sebagian negara, sampai dengan kuartal III-2019, sudah banyak negara yang mengalami perlambatan bahkan sudah masuk dalam fase resesi ekonomi. 

Indonesia patut bersyukur. Ditengah perlambatan ekonomi global tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan kuartal III-2019, masih bisa mencapai 5,02 persen (yoy). 

Angka pertumbuhan tersebut menunjukkan Indonesia termasuk negara yang mampu bertahan ditengah perlambatan ekonomi global. Modal pertumbuhan yang relatif stabil sepanjang tahun 2019, harus bisa dimanfaatkan dalam menghadapi situasi ekonomi global yang tidak menentu. 

Bahkan Pemerintah harus mampu menangkap peluang untuk mengambil manfaat ditengah ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok tersebut.

APBN 2020 yang telah disahkan oleh DPR dan Pemerintah, tetap menjadi ukuran untuk melihat kinerja ekonomi pada tahun 2020. Dalam APBN 2020 telah ditetapkan asumsi ekonomi makro, antara lain: target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,30 persen; tingkat ninflasi sebesar 3,10 persen; nilai tukar Rp. 14.400 per USD; tingkat suku bunga SPN 5,4 persen; harga minyak (ICP) 63 USD/barel; lifting minyak 755 ribu barel/hari dan lifting gas 1.191 MBOEPD. 

Indikator ekonomi makro tersebut,  terlihat cukup optimis sekaligus realistis dalam menghadapi tahun 2020. Walaupun beberapa indikator tersebut tidak memenuhi target pencapaian dalam APBN 2019.

Mitigasi dan Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi

Target pertumbuhan 5,30 persen dalam tahun 2020, bukan sesuatu hal yang mudah untuk dicapai. Mengingat, sampai dengan III-2019 pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5,02 persen (yoy). Bahkan diprediksi hingga akhir tahun 2019, perekonomian nasional akan tumbuh sekitar 5,05 persen. 

Sehingga bisa disimpulkan bahwa, target APBN 2019 sebesar 5,30 dan outlook APBN 2019 sebesar 5,20 persen tidak akan tercapai. Tetapi, kondisi ini tentu bukan menjadi alasan untuk berdiam diri. 

Pemerintah dan DPR harus mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi, dengan serangkaian kebijakan dan program yang dimilikinya, sehingga mampu menstimulus pertumbuhan ekonomi.

Kemampuan ekonomi Indonesia untuk mampu tumbuh pada tingkat 5,05 persen menjadi modal dasar dalam mempersiapkan diri memasuki tahun 2020. Untuk tetap mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti saat ini, perlu menyiapkan beberapa langkah mitigasi pertumbuhan ekonomi. 

Kedepan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih banyak disumbang oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah. Sedangkan ekspor dan impor masih belum akan banyak membantu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pertama, menjaga konsumsi rumah tangga tetap stabil. Golongan masyarakat yang paling rentan terkena dampak fluktuasi ekonomi adalah golongan masyarkat miskin. 

Oleh sebab itu, perlu mendapatkan proteksi dan dukungan dari pemerintah melalui mekanisme APBN, dalam bentuk bantuan sosial, transfer, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), hingga Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Sedangkan bagi masyarakat menengah, dengan memberikan insentif bagi pendapatannya agar mampu mempertahankan daya beli mereka terhadap konsumsi barang jasa yang mereka lakukan.

Kedua, menyiapkan iklim investasi yang kondusif bagi calon investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Baik yang bersifat portofolio maupun Foreign Direct Investment (FDI), untuk menjaga liquiditas ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. 

Oleh sebab itu, perlu didukung dengan kebijakan yang memangkas peraturan, biaya dan birokrasi yang rumit, dengan segera menyelesaikan omnibus law terkait investasi, perdaganan dan perpajakan dan pembangunan infrastruktu fisik yang sudah selesai, diharapkan bisa menekan ekonomi biaya tinggi.

Ketiga, mendorong belanja pemerintah yang produktif.Pemerintah mesti konsisten menjaga kinerja belanja publiknya, terutama belanja produktif seperti belanja modal untuk dapat menjaga dan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tahun 2020. 

Belajar dari pengalaman tahun 2019, pemerintah harus lebih optimal dalam menyerap belanja modal tahun 2020, sehingga efek ganda (multiplier effect) yang dimilikinya bisa berdampak lebih besar ke sektor riil ketimbang belanja pegawai atau belanja barang.

Keempat, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tema kebijakan fiskal tahun 2020 adalah APBN untuk akselerasi daya saing melalui inovasi dan penguatan sumber daya manusia. Fokus Pemerintah untuk memperkuat pendidikan vokasi sudah tepat, tinggal bagaimana mencari titik temu dengan kebutuhan industri.

Tentu, nantinya kita harapkan peningkatan kualitas pendidikan vokasi mempunyai potensi untuk meningkatkan surplus dan nilai tambah ekonomi, dengan merubah struktur remitansi dari pekerja informal (domestic helper) ke tenaga terlatih yang profesional, untuk semua profesi yang banyak diminati saat ini dan dimasa yang akan datang. Sehingga produk dan jasa yang dihasilkan mampu bersaing secara global.

Kelima, sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pasca berlalunya booming barang-barang komoditas, Indonesia perlu memiliki sumber pertumbuhan ekonomi baru yang relevan dengan potensi yang kita miliki saat ini. Ada dua potensi yang sangat mungkin kita pacu perkembangannya, yaitu: industri wisata dan produk halal. Dalam laporan  World Economic Forum (WEF) sektor pariwisata menyumbang lebih dari 10 persen dari PDB dunia. 

Kita beerharap nilai transaksi ekonomi yang diciptakan akibat kegiatan pariwisata (direct economic transaction)akan memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Begitu pula industri halal, berdasarkan laporan Global State of Islam Economic, dari total industri halal dunia tersebut, Indonesia berkontribusi sekitar 10 persen dari total nilai ekonomi halal dunia tersebut. Kita memiliki peluang yang sangat besar menjadi produsen industri halal terbesar di dunia, sehingga nantinya bisa meningkatkan nilai perdagangan dan ekspor nasional.

Penutup

Memasuki tahun 2020 kita sangat optimis dan yakin bahwa perekonomian nasional akan terus membaik, dengan sejumlah kebijakan yang telah disepakati bersama antara DPR dan Pemerintah yang terdapat dalam APBN 2020, kita optimis pertumbuhan ekonomi nasional akan bisa lebih baik dari target dan periode sebelumnya. 

Tetapi, tentu kita tidak boleh lengah dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastiaan seperti saat ini, langkah-langkah mitigasi ekonomi agar pertumbuhan tetap tercapai sesuai target perlu terus kita lakukan.

Dengan kualitas APBN Tahun 2020 yang semakin sehat, kredibel dan berkelanjutan, seperti yang kita miliki saat ini, rasanya kita cukup optimis dan yakin untuk menghadapi tantangan ekonomi tahun 2020 nanti.

Oleh:
MH Said Abdullah
Ketua Badan Anggaran DPR RI yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Perekonomian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun