Luasan lahan gambut di Indonesia awalnya mencapai 10,8 persen dari luasan seluruh daratan. Atau, saat ini, sekitar 24 juta hektar. Karena itu, lahan ini cukup potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan budidaya tanaman penghasil pangan. Tentu saja hal itu harus dilakukan dengan memperhatikan berbagai kaidah, seperti kaidah keseimbangan lingkungan hidup dan kelestarian alam.
Gambut sendiri termasuk kepada kawasan lahan yang masih labil dan mudah rusak, sehingga sangat dibutuhkan unsur kehati-hatian dalam penanganannya. Keikut sertaan ahli gambut dan ahli pertanian adalah syarat mutlak di sini. Mengolah gambut secara serampangan hanya akan menghasilkan kegagalan dan menyisakan kerusakan lingkungan.Â
Gambut yang dijadikan lahan pertanian pangan hanyalah lahan gambut dengan kedalaman dangkal sampai sedang. Ada pun gambut dalam bisa dipakai sebagai lahan pertanian tanaman tinggi atau tahunan jika lapisan bawahnya adalah tanah liat, bukan pasir, batu atau batubara muda. Dan untuk lahan gambut sangat dalam, sebaiknya dibiarkan sebagai konservator air dan karbon.
Singkong alias ubi kayu alias ketela pohon adalah jenis tanaman yang paling toleran terhadap sifat masam tanah. Karena itu singkong adalah tanaman perintis yang cocok ditanam di lahan gambut. Namun akar tanaman singkong tidak boleh terendam atau kebanjiran. Karena itu lahan gambut yang akan ditanami singkong harus memiliki sistim pengairan atau water management yang baik.Â
Water management juga akan mencegah teroksidasinya lapisan ferrum sulfit menjadi ferrum oksida (pirit). Karena lapisan racun besi yang sentiasa basah itu tidak bersinggungan langsung dengan oksigen di udara. Jika lahan dikeringkan, maka dalam waktu 3 tahun proses oksidasi pirit akan sudah mencapai puncaknya.Â
Penanaman singkong sebenarnya tidak terlalu beresiko dengan racun pirit, karena biasanya lapisan pirit itu ada di bawah 50 cm atau lebih dari permukaan lahan. Sedangkan kedalaman akar singkong biasanya hanya mencapai 40 cm. Akar singkong, termasuk calon umbinya, galibnya berkembang secara mendatar dan melebar di sekeliling  titik tanam stek.Â
Ketinggian air tanah diatur pada level 80 sampai dengan 100 cm dari permukaan lahan. Caranya adalah dengan membuat kanal irigasi berpintu air atau bertanggul. Sehingga pada musim hujan air bisa dialirkan ke sungai atau ke laut, dan di musim kemarau ketinggian air tetap bisa dipertahankan agar tanaman singkong tidak kekurangan air lalu menderita.
Singkong juga termasuk salah satu tanaman pembenah lahan gambut secara biologis. Karena akar singkong dapat membantu mengikat nitrogen dan menjadi media perkembang biakan mikroorganisme pengurai bahan organic gambut. Karena itulah biasanya lahan gambut yang sudah pernah ditanami dengan singkong sebanyak tiga kali atau tiga musim, dapat ditanami dengan palawija berakar dangkal lainnya, semisal jagung dan kacang-kacangan.
Singkong adalah tanaman yang termasuk sangat mudah untuk dikembangkan. Karena bibitnya mudah didapat, murah, tahan lama, mudah diangkut, dan mudah tumbuh jika sudah ditanam. Singkong tidak meminta persyaratan tanah yang ketat. Namun tentu saja semakin sesuai jenis tanah, dan semakin subur tanah, maka hasil yang didapat juga akan semakin besar. Jenis tanah terbaik untuk penanaman singkong adalah tanah jenis lempung berpasir dengan ph 5,5 sd 7.