Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

10 Hal yang Membuat Kompasianer Hengkang dari Kompasiana

23 September 2016   20:26 Diperbarui: 23 September 2016   20:37 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
I am a moslem and I am not a terorist. (foto dokpri)

Waktu itu sedang pesta Kompasianival. Panitia menyewa sebuah gedung mewah di kawasan elite. Ketika sampai waktu makan siang, sebagian Kompasianer yang hadir duduk lesehan di lantai, karena kursi sudah penuh. Dulu, Kompasianival itu sangat ramai, tidak seperti sekarang yang makin tahun makin sepi.  Beberapa di antara mereka lalu membuka bontot lalu makan bareng di sono. Tapi apa lacur, satu peleton pasukan sekuriti  gedung langsung mengusir mereka dengan keras. Kompasianer pun berlarian menyelamatkan diri. Sebagian panganan yang terlanjur sudah digelar, seperti getuk lindri, nasi kucing, opak singkong, sego tiwul, sambel pete, rendang jengkol, dan kare ikan sepat pun berhamburan.  Akibatnya, banyak Kompasianer, sebagian besar ibu-ibu, yang kecewa mendalam. Mereka merasa bahwa Kompasianival adalah rumah buat Kompasianer, ajang berkumpul setahun sekali. Tetapi mereka malah diusir di rumahnya sendiri.

8.Isu koncoisme admin.

Waktu itu Kompasiana sangat ramai. Jumlah admin kurang. Lalu diangkatlah beberapa admin baru. Tapi sebagian besar admin baru tadi adalah anak ingusan yang belum tahu dunia tulis menulis. Banyak tulisan bermutu yang tak dikilaukan, dan tulisan asal jadi malah diangkat menjadi HL. Parahnya, tulisan yang sering HL itu adalah milik segelintir akun baru yang  jelas-jelas kemampuan menulisnya masih jauh di bawah standar.  Hingga sampai muncul sebuah pameo di kalangan Kompasianer lama : Dia lagi.... dia lagi....

Muncullah isu koncoisme admin. Isu ini marak diperbincangkan, namun sepertinya admin baru tak mau ambil pusing. Beberapa Kompasianer senior mengakalinya dengan tidak memposting tulisan sampai jam giliran admin lama mulai bertugas. Cara mengetahuinya adalah lewat komunikasi di pesbuk. Tapi sebagian yang lain memilih hengkang.   

9.Munculnya penulis-penulis gagap dengan gerombolannya.

Dulu, salah seorang Kompasianer Terbaik, Fandi  Sido, pernah mengangkat masalah ini. Fandi mengkritisi tulisan-tulisan Kompasianer baru yang tidak bermutu, asal jadi dan asal tayang. Tapi apa lacur, bukannya dijadikan cermin, gerombolan Kurawa malah kompak membully Fandi. Tak lama kemudian, Kompasianer Terbaik Fandi Sido menghilang menyusul Kompasianer Terbaik Iramawati Oemar.  

Sampai sekarang pun, tulisan-tulisan gak mutu makin bejibun di Kompasiana. Sebagian malah berasal dari akun yang mengklaim sebagai pemegang titel S2, bahkan S3. Umumnya mereka menulis dengan ciri gaya bahasa nginggris, alur bahasannya tunggang balik, tanpa didukung data yang valid, copas sana-sini, bahkan isinya cenderung menyesatkan. Yang paling lucu, ada tulisan yang bergaya mengajari orang bagaimana cara menulis yang baik dan benar, bagaimana berbahasa tulisan yang baik dan benar, tetapi isi tulisannya malah mengandung banyak kesalahan yang mendasar.   

Sebagian penulis serius merasa risih berdampingan dengan penulis-penulis gagap ini, lalu memilih cabut cantik.

Ada juga cerita lain. Dulu, jika saya memperkenalkan diri sebagai seorang penulis di Kompasiana, maka sebagian besar orang akan berdecak kagum. Tapi sekarang, mereka akan meremehkan sambil berkata “Ah, apa itu Kompasiana? Banyak kali yang tak betul di situ!”

10.Undangan makan di istana.

Suatu waktu, Presiden Joko Widodo batal hadir di acara Kompasianival. Sebagai permintaan maaf dari beliau, istana lalu mengundang, kalau saya tak salah ingat, 40 Kompasianer untuk makan di istana bersama Pak Jokowi. Admin senior Isjet lalu diminta untuk mengatur siapa saja yang dihadirkan. Tapi, tenggat waktunya cuma 2 hari.  Isjet pun kalang-kabut, sebab yang disyaratkan juga lumayan ketat. Tamu harus safe, bukan begaya mirip ‘teroris’ seperti foto saya di atas.  Tamu juga harus pasti kehadirannya, jangan sampai ada kursi kosong. Dan terakhir, tamu harus memakai pakaian yang pantas untuk masuk istana. Gembel jalanan seperti saya jelas bukanlah sebuah pilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun