Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bila Pertanian Organik Berkembang, Harga Produknya Pun Turun

15 Februari 2016   16:12 Diperbarui: 16 Februari 2016   14:40 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Belajar bertani secara organik (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)"][/caption]Pertanian organik adalah usaha budidaya tanaman yang dilakukan tanpa pengunaan zat-zat beracun dan berbahaya bagi konsumen produk akhirnya. Pertanian organik hanya menggunakan zat-zat nabati dan zat-zat alami dalam upaya pemberantasan hama, pengendalian penyakit dan pemupukan. Sebagai contohnya adalah pengunaan air cucian beras untuk mengendalikan rayap tanah, air perasan daun mimba atau daun mindi untuk pestisida, fungisida, bakterisida sekaligus dipercaya sebagai virusida nabati nan ampuh lagi tidak meninggalkan residu beracun.

Selain daun mimba dan daun mindi, petani organik juga mengunakan tembakau, daun kenikir, jahe, kunyit, air cabe, air perasan daun pepaya, air perasan serai, kapur sirih, belerang, daun dan buah kecubung serta berbagai bahan alami lainnya untuk membantu mereka menyelesaikan masalah pertanian yang dihadapi.  

Untuk pemupukan, pertanian organik murni mengunakan pupuk kandang, kompos, kapur tanah, belerang, air cucian ikan dan daging, tandan kosong kelapa sawit, abu sisa pembakaran, arang sekam padi, cocopeat, jerami, dan berbagai bahan alami lainnya. Ada pun pertanian organik yang tidak murni, maka tidak mengharamkan penggunaan pupuk kimia pabrikan.

Bagi petani organik yang bermodal besar, maka pembuatan rumah kaca atau green house adalah sebuah pilihan. Rumah kaca akan sangat membantu tanaman agar terhindar dari  serangan hama, jamur tular air/udara, bakteri dan tentu saja lebih aman dari pengaruh cuaca alam.  Namun pembuatan green house ini sangatlah mahal. Dengan material kaca dan rangka baja, maka biaya pembangunannya berkisar setengah juta rupiah untuk tiap meter perseginya. Sebuah angka yang tak mungkin didapat oleh para petani organik kelas gurem.

Sebagian petani organik kelas gurem ini lalu mencoba mengakalinya dengan mendirikan green house berbahankan plastik dengan rangka bambu. Namun saat musim angin kencang, tak sedikit green house made in Indonesia ini yang terkoyak-koyak, bahkan ada yang terbang. Akan tetapi, bukan orang Indonesia kalau mudah kehilangan akal. Mereka lalu membuat green house plastik dengan bentuk semi piramida. Dengan cara ini, kerusakan akibat terjangan angin dapat diminimalisir.

[caption caption="Pepaya organik"]

[/caption]Pertanian organik adalah usaha budidaya tanaman yang dilakukan tanpa pengunaan zat-zat beracun dan berbahaya bagi konsumen produk akhirnya. Pertanian organik hanya menggunakan zat-zat nabati dan zat-zat alami dalam upaya pemberantasan hama, pengendalian penyakit dan pemupukan. Sebagai contohnya adalah pengunaan air cucian beras untuk mengendalikan rayap tanah, air perasan daun mimba atau daun mindi untuk pestisida, fungisida, bakterisida sekaligus dipercaya sebagai virusida nabati nan ampuh lagi tidak meninggalkan residu beracun.

Selain daun mimba dan daun mindi, petani organik juga mengunakan tembakau, daun kenikir, jahe, kunyit, air cabe, air perasan daun pepaya, air perasan serai, kapur sirih, belerang, daun dan buah kecubung serta berbagai bahan alami lainnya untuk membantu mereka menyelesaikan masalah pertanian yang dihadapi.  

Untuk pemupukan, pertanian organik murni mengunakan pupuk kandang, kompos, kapur tanah, belerang, air cucian ikan dan daging, tandan kosong kelapa sawit, abu sisa pembakaran, arang sekam padi, cocopeat, jerami, dan berbagai bahan alami lainnya. Ada pun pertanian organik yang tidak murni, maka tidak mengharamkan penggunaan pupuk kimia pabrikan.

Bagi petani organik yang bermodal besar, maka pembuatan rumah kaca atau green house adalah sebuah pilihan. Rumah kaca akan sangat membantu tanaman agar terhindar dari  serangan hama, jamur tular air/udara, bakteri dan tentu saja lebih aman dari pengaruh cuaca alam.  Namun pembuatan green house ini sangatlah mahal. Dengan material kaca dan rangka baja, maka biaya pembangunannya berkisar setengah juta rupiah untuk tiap meter perseginya. Sebuah angka yang tak mungkin didapat oleh para petani organik kelas gurem.

Sebagian petani organik kelas gurem ini lalu mencoba mengakalinya dengan mendirikan green house berbahankan plastik dengan rangka bambu. Namun saat musim angin kencang, tak sedikit green house made in Indonesia ini yang terkoyak-koyak, bahkan ada yang terbang. Akan tetapi, bukan orang Indonesia kalau mudah kehilangan akal. Mereka lalu membuat green house plastik dengan bentuk semi piramida. Dengan cara ini, kerusakan akibat terjangan angin dapat diminimalisir.

Tantangan utama pertanian organik sebenarnya adalah masih sangat rendahnya kesadaran konsumen terhadap pentingnya mengonsumsi makanan dan minuman yang lebih sedikit mengandung racun. Bagi sebagian besar konsumen kita, yang penting bahan makanan/minuman itu terlihat segar, utuh, berwarna menarik, rasanya enak, maka langsung dibeli lalu dikonsumsi. Konsumen kita masih tidak perduli bahwa, misalnya, buah-buahan impor itu diawetkan dengan formalin, dilapisi dengan lilin, atau disemprot dengan pestisida sebelum dikapalkan dari negeri asalnya.  

Untuk kelas parahnya, lihat saja para konsumen miras oplosan. Sudah terang-benderang bahwa konsumen miras oplosan itu banyak yang mati katak, masih saja mereka berlomba meminumnya. Nah, miras oplosan saja diminum, apalagi cuma sekedar bahan yang mengandung residu racun kimia?    

Produk pertanian organik harganya memang lebih mahal ketimbang produk non organik, karena proses budidayanya yang juga berongkos lebih mahal. Sebagai contoh, pengunaan pestisida nabati itu aplikasinya harus dua tiga kali lebih sering dibanding dengan penggunaan pestisida kimia pabrikan. Belum lagi jika ditinjau dari segi ketidakpraktisan aplikasi. Petani harus menanam pohon mimba, memetik daunnya, menumbuk dan memerasnya sebelum bisa digunakan. Bandingkan dengan pestisida kimia yang tinggal beli lalu tuang.  

Kurangnya penghargaan konsumen terhadap produk pertanian organik, membuat sulitnya pemasaran produk sehat ini. Pada gilirannya, petani akan merugi. Petani organik kita kembali menjadi petani konvensional, yang menuangkan berton-ton racun kimia ke bumi setiap tahunnya. Bumi tercemar, air tercemar, laut tercemar, biota laut juga jadi agen penyebaran racun kepada manusia.

Karena itulah, sudah saatnya orang-orang yang kebetulan dilebihkan Tuhan rejekinya, untuk beralih mengonsumsi produk pertanian organik. Selain jauh lebih sehat, sejatinya produk pertanian organik juga rasanya lebih nikmat.

Kelebihan pengeluaran akibat membeli produk organik itu tidak akan ada artinya bila dibandingkan dengan dana perobatan jika nantinya konsumen produk pertanian yang mengandung residu racun itu terkena penyakit kanker, misalnya. Sudah sama kita ketahui bahwa residu racun yang terendap di dalam tubuh, sedikit demi sedikit, akan dapat memicu terjadinya berbagai ‘penyakit baru yang aneh’.

Bila pertanian organik berkembang, pelakunya semakin banyak, maka secara perlahan akan ada penurunan harga produk pertanian organik. Hingga suatu waktu, semua lapisan masyarakat mampu membelinya. Petani organik terbantu, konsumen makin sehat, tentu pada gilirannya akan semakin meningkatkan kualitas hidup sebuah bangsa.  

Mari kita dukung pertanian organik dengan membeli produk-produknya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun