Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bila Pertanian Organik Berkembang, Harga Produknya Pun Turun

15 Februari 2016   16:12 Diperbarui: 16 Februari 2016   14:40 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk kelas parahnya, lihat saja para konsumen miras oplosan. Sudah terang-benderang bahwa konsumen miras oplosan itu banyak yang mati katak, masih saja mereka berlomba meminumnya. Nah, miras oplosan saja diminum, apalagi cuma sekedar bahan yang mengandung residu racun kimia?    

Produk pertanian organik harganya memang lebih mahal ketimbang produk non organik, karena proses budidayanya yang juga berongkos lebih mahal. Sebagai contoh, pengunaan pestisida nabati itu aplikasinya harus dua tiga kali lebih sering dibanding dengan penggunaan pestisida kimia pabrikan. Belum lagi jika ditinjau dari segi ketidakpraktisan aplikasi. Petani harus menanam pohon mimba, memetik daunnya, menumbuk dan memerasnya sebelum bisa digunakan. Bandingkan dengan pestisida kimia yang tinggal beli lalu tuang.  

Kurangnya penghargaan konsumen terhadap produk pertanian organik, membuat sulitnya pemasaran produk sehat ini. Pada gilirannya, petani akan merugi. Petani organik kita kembali menjadi petani konvensional, yang menuangkan berton-ton racun kimia ke bumi setiap tahunnya. Bumi tercemar, air tercemar, laut tercemar, biota laut juga jadi agen penyebaran racun kepada manusia.

Karena itulah, sudah saatnya orang-orang yang kebetulan dilebihkan Tuhan rejekinya, untuk beralih mengonsumsi produk pertanian organik. Selain jauh lebih sehat, sejatinya produk pertanian organik juga rasanya lebih nikmat.

Kelebihan pengeluaran akibat membeli produk organik itu tidak akan ada artinya bila dibandingkan dengan dana perobatan jika nantinya konsumen produk pertanian yang mengandung residu racun itu terkena penyakit kanker, misalnya. Sudah sama kita ketahui bahwa residu racun yang terendap di dalam tubuh, sedikit demi sedikit, akan dapat memicu terjadinya berbagai ‘penyakit baru yang aneh’.

Bila pertanian organik berkembang, pelakunya semakin banyak, maka secara perlahan akan ada penurunan harga produk pertanian organik. Hingga suatu waktu, semua lapisan masyarakat mampu membelinya. Petani organik terbantu, konsumen makin sehat, tentu pada gilirannya akan semakin meningkatkan kualitas hidup sebuah bangsa.  

Mari kita dukung pertanian organik dengan membeli produk-produknya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun