Satu keluarga tak perlu membuka lahan sampai puluhan hektar. Cukup dua hektar tanah mineral saja. Yang satu hektar ditanami aren atau asam gelugur. Yang satu hektar lagi ditanami singkong gajah. Singkong gajah akan memberikan penghasilan kotor minimal rp.80.000.000/hektar/tahun. Hasil bersihnya sekitar rp.68.000.000. Setelah aren mulai berproduksi, pada umur 7-8 tahun, maka penghasilan pekebun akan menjadi minimal rp.455.000.000 pertahunnya.
Â
Saat ini masyarakat pekebun cenderung menguasai lahan puluhan hektar per keluarganya, karena mereka menanam kelapa sawit, yang memang hanya akan memberikan penghasilan kotor rp.24.000.000/hektar/tahunnya. Saat harga TBS sawit jatuh seperti sekarang ini, maka hasil brutto tadi jadi tinggal kurang dari setengahnya. Tentu saja ini mengakibatkan hasil dari kebun sawit seluas empat hektar tak cukup untuk menghidupi satu keluarga yang di Riau, Jambi, Sumsel, Babel dan sekitarnya. Kalau di Sumut, angka itu masih cukup, karena segala sesuatu di Sumut harganya lebih murah.
Â
Bagaimana jika lahan itu tanahnya berjenis gambut?
Apa boleh buat, lahan gambut umumnya hanya cocok ditanami tanaman berakar serabut. Dalam kasus ini, bertanam aren dan padi gogo adalah solusi yang cukup menjanjikan.