Bau wangi ini berasal dari berbagai unsur yang terdapat di dalam resin gaharu. Diantara unsur itu adalah phytalyosin. Resin yang dimaksud di sini adalah getah yang dikeluarkan pohon gaharu, sebagai serum/antibody terhadap serangan isolat yang hinggap atau sengaja disuntikkan.
Ada beberapa jenis isolat berdasarkan bahan pendukungnya. Isolat bio semisal jamur tadi, isolat kimia bisa berbentuk senyawa etilen, dan ada juga yang mengunakan isolat jenis acid. Adapun isolat tradisional bisa berupa minyak oli kotor, minyak jelantah, soda api, ubi busuk, dll.
Berdasarkan tehnik penerapan isolatnya, proses pemicuan terbentuknya gubal dibagi dua, inokulasi dan aerokulasi. Inokulasi dilakukan dengan cara mengebor batang kayu sedalam sepertiga diameter batang, lalu ke dalam lubang disuntikkan 1-2 ml isolat, kemudian lubang ditutup dengan lilin malam atau tanah liat. Dalam satu pohon, jumlah lubang bisa sampai ratusan.
Bila lubang tidak ditutup, maka itu termasuk tehnik aerokulasi. Umumnya cara ini menggunakan mata bor yang lebih kecil, 3 mm. Tehnik yang terbaru adalah dengan mengelupas kulit batang pohon lalu mengusapkan sejenis inducer berbasis bahan kimia.
***
Kendala utama budidaya gaharu pada dasarnya ada empat.
1.Mahalnya harga inokulan atau aerokulan.
Harga inokulan atau aerokulan di pasaran berkisar antara Rp.500.000 s.d Rp.1.200.000 per liternya. Satu liter hanya cukup untuk 4-6 batang pohon, tergantung besarnya pohon. Bahkan, sejenis inokulan cair keluaran Sabah, Malaysia, direkomendasikan dengan dosis 2 liter perpohonnya. Padahal mereka menjual inokulan produk mereka itu dengan harga RM300 alias sekitar satu juta Rupiah perliternya!
Karena itulah kami di AIPA merintis sebuah upaya untuk menyusun formula isolat yang bagus, namun harganya bersahabat dengan petani kecil berkantong cekak. Beberapa percobaan tampaknya memberikan harapan yang baik. Namun, mungkin akan membutuhkan waktu setahun lagi sampai kami benar-benar yakin akan tingkat keberhasilannya.
2.Sulitnya melakukan proses inokulasi.
Mengebor ratusan titik pada pohon yang berdiri tegak, menyuntikkan beberapa tetes inokulan ke dalam tiap lubang, lalu menutupnya kembali dengan lilin malam, bukanlah pekerjaan mudah. Resikonya juga cukup tinggi. Selain itu, semua peralatan harus dijaga agar tetap suci hama, untuk mencegah masuknya benih penyakit yang tak dikehendaki pada pelukaan pohon. Biasanya tehnisi menggunakan alcohol 70% pada peralatan dan pada lubang yang baru terbentuk untuk menjaganya tetap steril.
3.Tingkat keberhasilan yang tidak dapat diprediksi.
Tak jarang juga proses inokulasi yang memakan biaya, tenaga dan waktu yang banyak itu berakhir dengan gatot alias gagal total.
Penyebabnya adalah :
a.Jenis isolat tidak sesuai.
Ini terjadi karena pohon penghasil gaharu ada sekitar 27 jenis, dan menghendaki isolat yang berbeda. Jenis gaharu yang paling mudah diinokulasi dan paling tinggi tingkat keberhasilannya adalah aquilaria malaccensis. Namun harga jual gubalnya hanya sekitar Rp5 juta/kg.
b.Terjadi pembusukan pada batang pohon yang dibor.                                                                                                                                                              Ini karena peralatan yang dipakai kurang steril atau bisa juga karena lubang bor kemasukan air. Karena itu proses inokulasi dianjurkan dilakukan di musim kemarau.
c.Terjadinya restorasi.                                                                                                                                                                                                                         Gubal dan kamedangan yang sudah terbentuk kembali menjadi kayu. Penyebabnya adalah isolat yang diterapkan, kalah oleh resin yang dikeluarkan oleh pohon gaharu. Ingat, resin yang wangi tadi, dikeluarkan oleh pohon gaharu, adalah bertujuan untuk mengobati luka dan mengatasi serangan isolat yang terjadi. Resin = serum. Ciri inokulasi yang berhasil adalah : daun sebagian tampak layu setelah 3 bulan diinokulasi, lalu pulih kembali. Jika tidak pulih, maka pohon akan mati dan ini berarti gubal belum terbentuk sempurna. Gubal mulai sempurna dalam masa tiga tahun sesudah inokulasi. Jika begini, maka petani hanya akan mendapatkan kamedangan, yang harga jualnya sekitar Rp.200.000-Rp.500.000 per kg.
Pohon mati bisa disebabkan karena lubang terlalu banyak atau dosis isolat terlalu tinggi, atau bisa juga karena terjadinya pelapukan akibat tehnik bor yang salah. Ketika mengebor, inti pohon jangan sampai kena mata bor. Lubang bor yang terlalu banyak dan rapat juga akan membuat pohon mudah patah ketika ada angin kencang.
4.Tidak jelasnya pemasaran gubal gaharu.
Gubal gaharu adalah barang langka yang mahal dan diburu pembeli, baik pembeli dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tapi umumnya mereka tidak mau bermain secara terbuka. Harga dan grade ditetapkan semata-mata berdasarkan kesepakatan. Tentu saja ini membuka peluang permainan yang sangat besar. Petani yang tidak memahami grade dan harga, tentu mudah sekali menjadi pihak yang dirugikan.
Hal ini dapat diminimalisir dengan melakukan kerjasama dengan pihak ASGARIN. Asosiasi Gaharu Indonesia adalah sebuah wadah professional yang membantu petani dan pedagang gaharu di Indonesia.