“Sssstt,,, Bangun Wan, hei bagun,,,,” sekarang suaranya jadi lembut beda kayak tadi sewaktu marah.
“Bangun dulu, nak!!! Kamu harus makan, nggak apa-apa makan tengah malam, yang penting tidak keseringan, kan?”
Aku yang lapar dari tadi hendak melawan kantukku dan perihnya rasa sakit di sekujur tubuhku berusaha bangun, ternyata mama tampak di pintu membawakanku sepiring nasi campur yang masih hangat dan segelas teh hangat kesukaanku. Dengan lahap aku habiskan makan itu seketika, keduaorangtuaku hanya melihatku aneh tapi aku tidak menghiraukannya. Aku ingin membayar rasa laparku terlebih dahulu baru aku cerita padanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H