Ada yang mulai membangun citra Tino Tajupat di publik. Ada yang menggalang dana. Entah masyarakat mulai bosan dengan kerasnya perseteruan kubu dua kandidat kuat, entah karena sebab lain, dana sangat mudah dikumpulkan.Â
Melalui konten kampanye yang kreatif nama Tino Tajupat semakin luas dikenal. Tapi waktu memang tak banyak. Meski semakin dikenal, jajak pendapat menunjukkan bahwa sang calon alternatif dadakan ini tak akan menang.
Di sisi lain, perseteruan dua kubu kuat semakin runcing, sangar dan tambah brutal. Suami bercerai dengan istri karena berbeda pilihan. Sahabat lama memutuskan hubungan karena saling berseberangan. Adik bermusuhan dengan kakak karena berbeda kubu. Anak dianggap durhaka karena berpihak ke calon yang tak disukai bapak.
Boleh jadi ketegangan yang menguras emosi dan energi ini membuat orang sedikit demi sedikit merasa lelah dan ingin menyudahi. Boleh jadi, karena gencarnya kampanye hitam dari kedua kubu kuat ini membuat pendukung masing-masing kubu termakan keraguan terhadap calonnya sendiri. Jangan-jangan betul yang ditudingkan oleh pihak seberang.Â
Apa lagi, para anak muda penggagas calon alternatif itu piawai betul memoles Tino Tajupat dengan cara yang elegan, tak berlebihan. Mereka menggunakan cara berbeda untuk mendekati calon pemilih dari berbagai segmen usia.Â
Ditambah pula, dua kubu kuat tak punya selera untuk mengungkit-ungkit keburukan calon alternatif yang anak bawang ini. Boleh jadi karena bauran semua itu Tino Tajupat menjadi semacam hembusan angin sejuk dan segar di musim kemarau yang kering. Angin yang diharapkan membawa mendung untuk kemudian jatuh sebagai hujan.
Maka yang terjadi kemudian adalah kejutan besar. Tino Tajupat menang mutlak dengan angka pemilih hampir 60%. Edan. Para pengelola lembaga survei geleng-geleng kepala.Â
Dan masyarakat, ternyata, banyak yang bersorak girang. Harapan mereka akan negeri yang baru, yang lebih berpihak kepada rakyat, yang membawa mereka semakin dekat dengan kemakmuran naik menembus langit-langit rumah dan menari-nari di angkasa.
***
Tino Tajupat, namaku. Singkatan dari Tiga November Tahun Tujuh Empat. Tanggal kelahiranku. Aku Perdana Menteri baru Negara Angin Tenggara. Perdana Menteri termuda sepanjang sejarah negeri ini.Â
Hampir dua bulan aku dilantik dan rakyat masih lena dalam euforia. Sementara, aku mulai gelisah. Aku merasa telah terperangkap dalam jerat yang seperti mustahil untuk lepas darinya.