TRUE STORY OF MY LIFE
RESEP JITU MEMBUKA PINTU REJEKI MELALUI IBU.
________________________________
1.Sebuah kesaksian dosaku.
2.Mengapa aku mencukur semua rambutku hingga sekarang
3. Bagaimana ibu dapat menjadi keran rejeki.
4. Resep ini juga berlaku bagi setiap orang yang sedang kesulitan ekonomi, belum memiliki keturunan, selalu terhimpit masalah yang tak kunjung selesai, dan masih banyak lagi.
________________________________
Sahabatku yang kusayangi, inilah kisah nyataku, yang baru aku buka selama 5 tahun berselang, boleh dipercaya boleh juga tidak, paling tidak sudah pernah ku alami, ku lakukan dan ku lihat hasilnya. Jangalah diikuti jalan salahku, aku sudah berhijrah darinya.....
________________________________
Sebagaimana episode kehidupan yang telah Tuhan rancang, tentunya tak terlepas dari auka dan duka, itu adalah realita.
Demikian juga diriku, aku pernah mengalami keadaan yang paling sulit dalam hidup, dimana tak ada uang, makanan dan setumpuk hutang yang menanti.
Keadaan ini juga yg membuat aku berikrar untuk menjadi manusia yg baru dan merubah pola pikirku selama ini yang mungkin telah salah jalan.
Sebagai seorang Muallaf aku pernah menjalankan ajaran Islam yang keras dan ekstrim, sehingga karena mempertahankan sebuah prinsip agama, orang tua pun ku hardik dan tak kuhormati, dan guruku adalah segalanya dan kelompokku adalah yang paling benar, dan itulah proses jalan yang harus kulalui saat itu hingga saat ini akupun masih tetap berjuang untuk menjadi manusia yang lebih baik, lembut dan melihat agama dari kacamata yang universal.
Dalam keadaan Ghirah (Semangat) yang tinggi namun menyeaatkan itu, aku merasa hanya diriku yang paling benar Islamnya, sehingga dengan mudah aku katakan orang tuaku itu Kafir, ritual Islam yang lain sebagai Bidah, dan hanya aku yg berada dijalan yang Haq (Benar), militan dan Murni.
Semakin aku jalani pemahaman Islam ku itu, semakin sulit hidupku, bahkan untuk membeli permen untuk anakku saja aku harus berhutang, (Alhamdulillah aku diberikan seorang istri yangbsuper sabar dan tawakal), namun kala itu aku tidak sadar bahwa ada yang salah dengan jalan hidupku, dengan caraku menghayati agama, aku tetap merasa bahwa ini adalah ujian Allah dan bagian dari jihad fi sabilillah.
Berkali kali papa mengingatkan bahwa jalan yang aku tempuh sudah salah, Islam itu tidak demikian, harusnya santun dan lemah lembut, buakannya aku mendengar, malah papa aku maki dengan kata kata kasar plus sebutan Kafir, sungguh malu aku mengenangnya sekarang, aku sedang dimabukkan oleh pergerakan dan mencari kemurniaan Islam.
Keadaan hidupku semakin terpuruk, hinaan serta makian dan cacian datang bertubi tubi, orang orang muslim, sahabatku yang mengingatkanku, aku bantah dengan dalil dan ayat ayat yang mendukung, aku sangat marah bila ustadz, jamaah dan ajarannya di colek, sampai suatu saat, ditengah keterpurukan itu, Papa masuk rumah sakit karena sakit usus buntu.
Keadaan tak berdaya, jangankan membantu biaya operasi papa, untuk beli susu anakku saja aku sulitnya minta ampun.
Sampai suatu ketika, aku bertemu dengan seorang bapak dari Purwokerto, dari penampilannya sama sekali tidak terlihat bahwa dia orang yang religius, malah terkesan preman dan bebas, sambil merokok pula....
Beliau mengatakan hal yang demikian mencerahkan, gayanya yang lembut namun tegas tak dapat kulupakan hingga saat ini, beliau mengatakan " Lims, jangan mengeluh, benar adanya bahwa rejeki itu Allah yang mengatur, namun kamu harus ingat Lim, rejeki yang Allah berikan itu ada kerannya, dan keran rejeki itu bernama Ibu....., mau besar atau kecil rejekimu beliaulah yang menentukan, maka saat prilakumu tidak baik kepada ibu kecil lah air yang mengalir, dan begitu juga sebaliknya.
Lim, Islam bila sesuai dengan pemahamanmu sekarang, tentunya tidak akan dapat berkembang di dunia ini, sesungguhnya dengan akhlaq dan kelemah lembutan itulah yang akan menggoyahkan hati, bagaimana mungkin engkau membentuk dirimu jadi batu, sedang engkau dilahirkan oleh ibumu sebagai manusia ?.
Lim, barang siapa yang mau mengenal Tuhannya, maka dia haruslah mengenal dirinya terlebih dahulu, dan Tuhan itu maha baik, maha lembut dan maha segalanya, dan Tuhan telah menentukan  wakilnya yaitu seorang ibu, sebagaimana pintu pertama kehidupan seorang manusia.
Sekaya apapun  dirimu lim, ada 3 hal yg tak dapat engkau bayar dari diri dan pengorbanan seorang ibu, yaitu: Mengandung, Melahirkan dan Menyusui. Apapun ibumu dia tetaplah ibumu.... karena perantara dia, maka engkau ada dimuka bumi.sadarilah ini"
Tak terasa aku menangis sejadi jadinya " Ya Allah, aku telah menzolimi diriku sendiri, kalaulah tak kau maafkan sungguh aku adalah orang yang sangat merugi, lalu bagaimana sekarang pak ? Apa yang harus aku lakukan ? Aku dihimpit dari segala arah, dan aku akui kesalahanku itu.... "
Laku beliau mengatakan:
"Besok Lim, kamu pulang, temui mamamu dan lakukanlah hal ini:
1. Bersujud depan ibu, lalu mintalah maaf dengan setulus tulusnya agar ibumu mau memaafkanmu, katakanlah " Ma, Lim sudah bersalah pada mama dari kecil sampai saat ini(Jangan pakai kalau ya ), Lim banyak menyakiti mama, Lim sadar sudah banyak salah pada mama, Lim mohon maaf mau sudi kiranya mama memaafkan Lim"
2. Katakanlah " Ma, kalaulah dikala Lim melakukan kesalahan tersebut mama ada sumpah atau perkataan sejenis yang terlontarkan karena marah atau emosi yang disadari ataupun tidak, Lim mohon saat ini mama sudi kiranya untuk mencabutnya ma, kalau tidak hidup Lim akan menjadi semakin susah ma"
3. Lalu yang terakhir katakanlah " Ma, bila ada keinginan mama yg belum tercapai atau sesuatu yang mama inginkan namun belum kesampaian, mohon sampaikan ma, mudah mudahan kalau tidak sekarang maka nanti akan Lim penuhi, mama ingin apa ma, kalau Lim sanggup akan Lim belikan, mihin maafkan anakmu ini ma, mulai hari ini Lim akan bertekad untuk merubah diri, mohon mama sampaikan kepada Tuhan semuanya"
Setelah menyampaikan  hal ini, beliaupun pergi dan hingga saat ini saya sudah tidak tahu dimana keberadaannya lagi.
Apa yang disampaikan beliau, lalu aku lakukan tidak lebih dan tidak kurang, dan sebagai bukti hijrahnya aku dari kesalahan tersebut, aku mencukur habis semua rambutku saat itu, aku mencukur rambutku sampai botak tak bersisa, sebagai pengingat bahwa aku pernah menjadi manusia yang tak punya hati dan hormat pada orang lain dan orang tuaku sendiri, dan sebagai sebuah tanda kesadaran bahwa menuju Tuhan tidak bisa dengan cara ekstrim dengan prinsip prinsip yang kaku, botak ini adalah monumen kebangkitan kesadaranku kepada sebuah jalan Ilahiah, mengingatkanku akan banyaknya kekurangan diriku, dan orang lain jauh lebih baik dariku.
Dan Anda tahu, satu minggu setelah aku menjalankan apa apa yang dikatakan oleh bapak tersebut, satu persatu telepon mulai berdatangan, satu per satu hutang mulai dapat dibayarkan, tunggakan kontrakan sudah mulai dilunasi, entah bagaimana jalannya tiba tiba ada mobil nangkring dihalaman rumah, Alhamdulillah, segala kebenaran dan puji dan semua yang terjadi adalah milik Allah Tuhan semeata alam dan atas izinnya semua terjadi, dan tentunya atas ketulusan mama dalam memaafkan anaknya yang tak berbudi in. Terima kasih Allah, tetima kasih bapak, Terima kasih Mama dan papa.
Walaupun aku bukanlah orang yang kaya materi saat ini, namun aku bersyukur atas apa apa yang telah Allah berikan padaku saat ini, paling tidak kami sudah tak pernah makan nasi pakai garam lagi selama seminggu itu.
Itulah ceritaku, semoga dapat menjadi pelajaran yang berharga untuk sahabat semuanya, dan semoga sahabat tidak melakukan kesalahan yang pernah aku lakukan dimasa lalu.
Ibumu adalah keran rejekimu, bagaimanapun dan apapun beliau.
#LIMS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H