Wahai diriku, dengarkanlah
Ada 10 rumus utama dalam merawat pernikahan.
1. API DALAM JANGAN DIBAWA KELUAR
Permasalahan suami istri cukuplah pasangan yang tahu, tidak perlu diketahui oleh orang lain, tidaklah perlu mencari pendapat orang lain secara terlalu mendalam cukup sekilas dan umum saja, karena setiap orang memiliki keadaan, kondisi dan situasi yang berbeda, dan setiap orang juga memiliki masalah mereka sendiri sendiri.
2. TIDAK MUNGKIN ADA DUA RAJA DALAM SATU KERAJAAN.
Janganlah membiasakan melibatkan orang tua dalam pernikahan karena itu adalah lubang terdalam dalam sebuah pernikahan, buktikan bahwa kita tidak hanya siap menikah namun juga siap bertanggung jawab terhadap segenap keputusan yang kita ambil. Keluar dari rumah setelah menikah, adalah keputusan berani yang paling tepat. Walaupun gubug derita namun berasa surga.
3. JANGAN MEMADAMKAN API DENGAN MINYAK.
Sesungguhnya jawaban atas permasalahan keluarga hanya keluarga itu sendiri yang dapat menyelesaikannya, bertanya kepada orang yang tepat akan memperoleh solusi namun bertanya kepada orang yang tidak tepat dan tidak memiliki kebijaksanaan sama halnya melemparkan bara api pada minyak tanah yang tergenang.
Memaafkan dan menyingkirkan ke AKU an akan menjadi pembuka simpul yang menjerat.
4. API LUAR JANGAN DIBAWA KEDALAM
Bersyukurlah terhadap apa yang Tuhan berikan kepada keluarga kita, Rumput tetangga memang lebih hijau, namun rumput kita adalah miliki kita dan pastilah bisa lebih hijau lagi.
Iri dan dan ingin seperti orang lain adalah penderitaan yang dibawa seterusnya, bahkan ketika orang tersebut sudah melupakan diri kita.
Keinginan adalah seperti kereta yang ditarik oleh kuda liar, takkan pernah berhenti sebelum.kudanya mati.
Janganlah membandingkan pasangan kita dengan orang lain !
Bersabarlah atas apa apa yang mereka katakan tentang keluarga kita atau pasangan kita, toh yang paling mengenal pasangan kita adalah kita sendiri, untuk apa menikah kalau ujungnya tidak percaya, setelah semuanya telah diberikan? Bukankah setiap.keputusan itu mengandung resiko ?
5. JADILAH BUTA, TULI DAN BISU
Saat kita sudah memutuskan menikah dengan pasangan kita, kita sudah harus belajar untuk menjadi orang buta, orang tuli dan orang bisu terhadap apapun penilaian buruk pasangan kita, baik buruknya pasangan kita yaotulah Ayah dan Bunda anak anak kita, yang membuat kita masih ada sampai saat ini berjuang dan memberikan keturunan yang menjadi permata hati.
6. PERCIKAN API LEBIH BERBAHAYA DARI KOBARAN API.
90% perpecahan rumah tangga karena emosi sesaat, tercetus sebagaimana korek api dan percikannya, sebentar namun membakar, maka disaat genting seperti itu, bila ada yang dapat menjadi airnya, maka selamatlah sekeluarga, bila air berubah menjadi minyak celakalah satu keluarga.
Ingatlah, dalam sebuah kasus perpecahan rumah tangga tidak ada pihak yang sepenuhnya benar atau salah, keduanya memiliki andil, sebagaimana Api dan minyak tanah.
Dan mulut kita adalah pintu nerakanya dan surganya dan sekaligus penghalang ataupun pemicu rejeki Tuhan turun dalam keluarga kita.
7. SUAMI ISTRI ADALAH CERMIN
Kekurangan pasangan kita adalah cerminan diri kita dalam versi berbeda, jangan berharap pasangan kita berubah dengan ceramah yang kita berikan, berubahlah jadi lebih baik setiap harinya, akui kesalahan diri kita, minta maaflah, pasanganmu akan berubah perlahan, hati adalah kunci.
8. CINTA ITU DITUMBUHKAN BUKAN DIPUNGUT.
Setiap pelayanan, kesetiaan, perhatian serta penghormatan yang diberikan kepada pasangan kita adalah benih yang PASTI tumbuh, jangan ditunggu, tanamlah cinta, karena diawal nikah kita hanya punya tanah untuk bercocok tanam Cinta bukan Cinta itu sendiri.
Kala engkau sudah merasa cukup melayani, menghormati ataupun mencintai pasanganmu sesungguhnya engkau masih dititik nol dari semua itu. Kita belum berbuat apa apa dibanding dia kepada kita.
9. LIHATLAH ANAK KITA
Saat ke AKU an muncul, saat merasa suasana memanas, saat merasa tidak ada lagi yang bisa menyatukan kita dengan pasangan kita, katakan DUSTA !
Lihatlah anak anak yang lucu itu, bukankah mereka adalah prasasti Cinta mu ? bukankah mereka adalah lambang kecocokanmu ? Bukankah mereka lambang kasih sayangmu? Bukankah mereka lambang hasil perjuanganmu?
Ataukah kita yang tak memiliki waktu untuk anak anak surga dirumah kita tersebut ? Karena rupiah dan eksistensi diri ? Apakah masih pantas kita disebut orang tua? Bila selalu mengambil keputisan sepihak saja ? Dewasakah ?
Apakah sesungguhnya aku pantas untuk semua rejeki, kebahagiaan dan keindahan ini semuanya ?
10. TETAPLAH PACARAN
Jangan pernah terjebak oleh rutinitas dan label, bagi pasangan kita, kita tetaplah sama dengan yang ditemui dulu saat pandangan pertama, sama mudanya sama indahnya dan sama manisnya.
Jangan pernah merasa sudah menikah, lihatlah selalu pasangan Anda persis sama seperti saat pandangan pertama Anda duluuuuuu, mesra dan romantislah nyatakan cinta Anda yang bak sungai jernih yang mengalir, tetaplah berpacaran dengan segala romantikanya.
Tularkan romantisme itu pada anak cucu kita, biarkan mereka belajar arti kasih sayang, tetaplah berpacaran karena itu saat saat terindah yang Anda miliki.
Berapa lama lagi sih kita bisa hidup dengan dia ? Sedang umur terus bertambah sedang kematian tiada yang tahu, biarkan waktu yang mengukir cinta kita..... Abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H