Ternyata, wanita itu memiliki hubungan dengan yayasan pendidikan yang memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi namun kurang mampu.
Dengan semangat, Diana mengikuti seleksi itu. Selama proses seleksi, ia memberikan yang terbaik, berharap ini adalah jalan yang dibukakan oleh Tuhan dan semesta untuknya. Waktu pun berlalu, dan suatu hari, ketika ia sedang menunggu di halte bus, sebuah telepon dari pihak universitas mengabarkan bahwa ia diterima sebagai salah satu penerima beasiswa.
Diana tidak dapat menahan air mata harunya. Ia segera memberi tahu ayah dan Bima, dan mereka merayakannya dengan sederhana, penuh rasa syukur. Itu adalah titik balik dalam kehidupan Diana.
Beasiswa itu menanggung semua biaya kuliah dan memberikan tunjangan bulanan untuk kebutuhan sehari-hari. Diana merasa bebannya mulai berkurang. Kini ia bisa fokus belajar dan bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang arsitek, impian yang telah ia pendam sejak kecil.
Seiring berjalannya waktu, Diana semakin menyadari bahwa semua kesulitan yang ia hadapi telah membentuknya menjadi pribadi yang kuat. Ia belajar dari setiap cobaan, dan itu membuatnya lebih bijaksana dalam menghadapi hidup. Keyakinannya pada Tuhan dan semesta semakin menguat, karena ia melihat sendiri bagaimana keajaiban-keajaiban kecil terjadi di sekelilingnya.
Empat tahun berlalu, Diana berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cum laude. Pada saat wisuda, ayah dan Bima duduk di barisan depan, menyaksikan dengan bangga saat Diana menerima ijazahnya. Itu adalah momen yang paling membahagiakan dalam hidup mereka, momen yang penuh dengan rasa syukur atas segala yang telah dilalui.
Setelah lulus, Diana mendapat tawaran bekerja di sebuah perusahaan arsitektur ternama. Gajinya jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan, dan ia mampu memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya. Diana membangun kembali rumah kecil mereka, menjadikannya tempat yang nyaman bagi ayah dan Bima.
Diana tidak pernah melupakan pesan ibunya. Ia tahu bahwa semua keberhasilan ini bukan hanya hasil dari kerja kerasnya sendiri, tetapi juga karena keyakinannya pada Tuhan dan semesta yang selalu membimbing langkahnya.
Kini, Diana dikenal sebagai seorang arsitek yang sukses. Namun, di balik semua kesuksesannya, ia tetaplah Diana yang sederhana, yang selalu percaya bahwa setiap perjuangan akan menemukan jalannya, asalkan kita tidak pernah berhenti berusaha dan berdoa.
Suatu sore, saat matahari hampir tenggelam, Diana duduk di beranda rumah bersama ayah dan Bima. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, membawa rasa damai yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Â
Ia menatap langit yang mulai gelap, dan sejenak, ia merasa ibunya hadir di sana, tersenyum bangga melihat putrinya yang telah tumbuh menjadi perempuan yang kuat dan mandiri.