Mohon tunggu...
Bangkit Adi Saputra
Bangkit Adi Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis/Novelis/Pengamat Timur Tengah

Saya adalah seorang Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Interdisiplinary Islamic Studies Konsentrasi Kajian Timur Tengah. Saya berasal dari kota Reog, Ponorogo, Jawa Timur. Saya hobi menulis, baik itu tulisan ilmiah non-fiksi seperti; artikel ilmiah, riset ilmiah dan buku ilmiah maupun tulisan fiksi seperti; Cerpen, Puisi, dan juga Novel. Saya juga fokus mengikuti perkembangan geo-politik Timur Tengah dan berusaha menuliskan semua keresahan saya mengenai isu-isu terkini Timur Tengah dengan tulisan-tulisan opini di blog dan website.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Semesta

12 Agustus 2024   21:29 Diperbarui: 12 Agustus 2024   22:21 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan Semesta.Id


Empat tahun berlalu, Diana berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cum laude. Pada saat wisuda, ayah dan Bima duduk di barisan depan, menyaksikan dengan bangga saat Diana menerima ijazahnya. Itu adalah momen yang paling membahagiakan dalam hidup mereka, momen yang penuh dengan rasa syukur atas segala yang telah dilalui.


Setelah lulus, Diana mendapat tawaran bekerja di sebuah perusahaan arsitektur ternama. Gajinya jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan, dan ia mampu memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya. Diana membangun kembali rumah kecil mereka, menjadikannya tempat yang nyaman bagi ayah dan Bima.


Diana tidak pernah melupakan pesan ibunya. Ia tahu bahwa semua keberhasilan ini bukan hanya hasil dari kerja kerasnya sendiri, tetapi juga karena keyakinannya pada Tuhan dan semesta yang selalu membimbing langkahnya.
Kini, Diana dikenal sebagai seorang arsitek yang sukses. Namun, di balik semua kesuksesannya, ia tetaplah Diana yang sederhana, yang selalu percaya bahwa setiap perjuangan akan menemukan jalannya, asalkan kita tidak pernah berhenti berusaha dan berdoa.


Suatu sore, saat matahari hampir tenggelam, Diana duduk di beranda rumah bersama ayah dan Bima. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, membawa rasa damai yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. 

Ia menatap langit yang mulai gelap, dan sejenak, ia merasa ibunya hadir di sana, tersenyum bangga melihat putrinya yang telah tumbuh menjadi perempuan yang kuat dan mandiri.
Di dalam hati, Diana berbisik, "Terima kasih, Ibu. Aku tahu kau selalu ada bersamaku, seperti Tuhan dan semesta yang selalu menjagaku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun