Mohon tunggu...
Bang Kemal
Bang Kemal Mohon Tunggu... -

Acuan kerangka awal, pelajaran SD/SMP, berpancasila. Hehe...seorang awam yang mau belajar. Terima kasih Kompasiana, Terima kasih Netter se-Indonesia. Mari berbagi........... dalam rumah yang sehat dan SOLID.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anyelir Dan Lili Putih

16 September 2011   01:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seakan-akan déjà vecu peri kosmos irama menitah

memori, memetik bintang, percaya bercahaya

langit bisa runtuh, kering pun samudera

di lantai podium jua monumen purba

penjaga setia sabda-sabda

tak surga juga neraka

papa dan tiada

manusia?

kita

Hai kita

jargon pelengah

matahari harga tahta

koloseum bersimaharajalela

kerandalah milik pemberi hadiah

pangkuan mayapada, roti, darah, nama

merona dan senyumlah laksana bayi, tah-tah

di pangkuan firdausi, membasuh kaki jiwa bersahaja

jadikan iman perisai berpegang teguh, genderang lengang telinga

********

Seandainya dulu kita bersuah

Kondrad kecil akan getarkan pita suara. Ibarat gema-gema dari senar baja terlapis tembaga, "Selamat malam saudara terkasih. Sungguh, dari dulu akulah si gilamu. Inilah hamparan taman sari mimpi indah di belakang singgasana matahari, hari ini. Mereka meninabobokan dengan senandung Dreamland. Entahlah di mana negeri itu berada. Selalu diam membisu. Ternyata terdengar sama dan sahih. Tersibaklah tabir mega hukum kekekalan. Seandaikan engkau ikut ke dunia kecilku, kamulah the girl itu. Kemana saja. Kita terbang bagai sepasang malaikat kecil. Menjelajahi tanpa terhalang serambi waktu. Ke perpustakaanmu,  melayang ke pustaka maya. Mendengar dan mengerti latar kisah-kisah lara para sahabat. Di bawah langit kita tetap sama. Lumpuh igal dan sayap-sayap tuk mengerti waktu. Ayah dan ibu kan berdendang merdu. Membelai rambut di setiap tidurmu berajak.... Berbisiklah mereka perlahan. Saat kami telah memetik satu bIntang kesayangan kami, saling percaya selamanya menjadi cahaya."

Kala bimbang inginkan tangannya utuh tergenggam. Memetik bunga pink anyelir dan lili putih. Bersama semangkok bakso* untukmu. Ucaplah hanya dari nada denyut nadi. Apa yang pernah ia ketahui dari arti yang pernah terucap, "Di balik keras karang dusta di atas kata-kata damai. Kita akan merendai jubah kasih ketika "waktu" versus "seandainya" adalah kejujuran suara hati. Dan sepenggal waktu akan lebih merajut rasa. Betapa surganya arti ketika memberi tanpa menoleh lagi ke neraca-neraca harga diri dan toleransi, selain peneguhan. Seraya heningku berpangku di pangkuan jiwamu, lihatlah satu nyala api lilin laraskan doaku-doamu. Cahaya mereka menyatu".

Catatan : *)kalau diprint mesti diedit nih. Reposting (blog pribadi). Sumber Youtube : http://youtu.be/v1P91EpT3Xs

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun