Saat usahanya masih kecil, saham Alloh diberikan menyesuaikan hasil. Beliau tidak peduli besar atau kecilnya pendapatan yg penting sepertiganya selalu untuk sedekah jariyah.
Kata-kata sepertiga membuat ingatan saya menerawang jauh hingga ke Jaman Nabi, bahwa ada kisah seorang petani yg kisahnya diabadikan dalam hadist riwayat Imam Muslim.
Rasulullah bersabda: "Ketika ada seorang sedang berjalan di sebuah padang yg luas, tak berair dan sunyi, tiba-tiba dia mendengar suara dari awan:
'Siramilah kebun si fulan!'
Maka awan itu menepi (menjauh) lalu menumpahkan airnya di tanah dg bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air yg telah dipenuhi dg air. Maka ia menelusuri (mengikuti) jalannya air tersebut. Ternyata ada seorang laki-laki yg sedang berada di kebunnya, dia sedang mengalirkan air dg menggunakan cangkulnya.
Kemudian dia bertanya, 'Wahai hamba Alloh, siapakah nama anda?' dia menjawab, 'Fulan.' Sebuah nama yg didengar dari suara awan tadi.
Kemudian orang itu balik bertanya, 'Mengapa anda menanyakan namaku?' dia menjawab, 'Saya mendengar suara dari awan yg ini adalah airnya, mengatakan 'Siramilah kebun si fulan!' yaitu nama anda. Maka apakah yg telah anda kerjakan?.'
Dia menjawab, 'Karena anda telah mengatakan hal ini maka akan saya, ceritakan bahwa saya memperhitungkan (membagi) apa yg dihasilkan oleh kebun ini; sepertiganya saya berikan kepada Allah dg sedekah; sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga dan sepertiganya lagi saya kembalikan lagi ke kebun (untuk ditanam kembali)."
Subhanalloh, kita tahu bahwa hujan adalah rezeki yg paling sulit diprediksi. Itu saja bisa digiring dan di istimewakan untuk orang yg menginfakkan sepertiga hartanya. Bagaimana dg rezeki yg lain? Uang, properti dan aset-aset lain yg relatif bisa dihitung matematis. Tentu lebih mudah bagi Allah untuk digiring dan di istimewakan bagi mereka yg mau memberi sepertiga sahamnya kepada Allah.
Saya pikir wajar bila kesuksesan bisnis Sholah Atiyah diatas, makin meroket. Hari berganti hari, tahun demi tahun, secara istiqomah saham Allah dari usahanya itu beliau bangunkan gedung-gedung pendidikan. Kenyataannya usaha beliau bukan surut tapi makin maju. Makin menggurita.
Padahal yg beliau inginkan dari tiap wakafnya adalah ridho Alloh dan Negeri akhirat. Eh malah di dunia sudah terbalas belipat ganda. Memang kejar akhirat, dunia mendekat. Kejar akhirat dua keuntungan didapat; keuntungan dunia sebagai DP dan keuntungan sempurna saat di akhirat.
Bahkan kini kota tafahna yg dulunya sepi jadi ramai. Beliau berwakaf dg membangun gedung cabang Al-Azhar di kota tersebut. Tidak tanggung-tanggung. Ada lima fakultas yg beliau bangun.