Baginya, segala hal yang dilakukan dengan niat yang baik akan selalu dimudahkan. Keuchik Mukhtar mengungkapkan bahwa niat awalnya adalah untuk memberikan teladan kepada warga desanya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa pelatihan ini juga menjadi momen untuk memperbaiki diri.
"Nawaitu saya sederhana, ingin menjadi lebih baik dan memberikan contoh bagi generasi muda di desa. Namun, niat itu harus terus diperbarui. Tanpa niat yang tulus, mungkin saya sudah menyerah di hari pertama," jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa keikhlasan adalah kunci utama dalam menjalani setiap proses. "Ikhlas itu tidak mudah, tetapi jika kita benar-benar taat dan percaya pada Allah, semua akan terasa ringan," tambahnya.
Ujian Fisik yang Menguras Energi
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Keuchik Mukhtar adalah ujian fisik. Tidur di atas tikar seadanya, bangun dini hari untuk mengikuti kegiatan, dan menjalani latihan fisik yang intens menjadi bagian dari keseharian selama pelatihan.
"Pada malam pertama, saya hampir menyerah. Tidur di lantai dengan tikar tipis bukan sesuatu yang mudah, apalagi di usia saya yang sudah tidak muda lagi. Tetapi saya ingat, ini adalah bagian dari proses yang harus saya lalui," katanya sambil tersenyum.
Hari kedua pelatihan menjadi semakin berat. Para peserta diajak untuk menjalani simulasi situasi darurat yang menuntut kekompakan dan kedisiplinan tinggi. Beberapa peserta mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan, termasuk seorang keuchik lainnya yang akhirnya tidak dapat melanjutkan pelatihan.
"Melihat peserta lain menyerah, saya merasa khawatir apakah saya juga bisa bertahan. Tapi saya selalu ingat pesan ulama, kalau kita ikhlas dan niatnya baik, Allah pasti membantu," ungkap Keuchik Mukhtar.
Dimensi Spiritual yang Mendalam
Selain tantangan fisik, pelatihan ini juga memberikan pengalaman spiritual yang mendalam. Salah satu momen yang paling berkesan bagi Keuchik Mukhtar adalah ketika para peserta diajak untuk merenungi peran mereka sebagai kader Ansor.
Dalam sesi tersebut, mereka diingatkan tentang pesan Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama: "Barang siapa yang ikut mengurus NU, termasuk Ansor, ia dianggap menjadi santri dan akan didoakan husnul khatimah." Pesan ini memberikan motivasi luar biasa bagi Keuchik Mukhtar dan peserta lainnya.