Dalam kehidupan masyarakat Pidie, penghormatan ini tidak terbatas hanya pada tamu yang mereka kenal, tetapi juga kepada orang asing. Mereka berusaha menyambut tamu dengan menyediakan hidangan terbaik yang dimiliki, meskipun seringkali mereka sendiri harus melakukan pengorbanan dalam menyiapkan jamuan tersebut. Ini menunjukkan betapa tinggi nilai ikhlas dan pengorbanan yang dimiliki masyarakat Pidie, di mana mereka rela memberikan yang terbaik bagi orang lain.
Menghindari Kesalahpahaman dan Menjaga Nilai Kearifan
Stigma "Pidie Kriet" sering kali muncul karena kesalahpahaman dari luar terhadap konsep "Bu Ie Geukira" yang diterapkan masyarakat Pidie. Anggapan bahwa mereka kikir atau tidak ramah mungkin disebabkan oleh perbedaan budaya dan interpretasi dari sikap kehati-hatian mereka dalam mengatur sumber daya. Padahal, prinsip "Bu Ie Geukira" justru mengajarkan keseimbangan antara kedermawanan dan kebijaksanaan dalam mengelola rezeki.
Masyarakat Pidie menyadari bahwa dalam Islam, mengeluarkan rezeki tidak boleh berlebihan, tetapi juga tidak boleh kikir. Allah berfirman dalam Surat Al-Furqan ayat 67:
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian."
Ayat ini menjadi pedoman bagi masyarakat Pidie dalam mengelola rezeki mereka. Konsep "Bu Ie Geukira" mendorong mereka untuk memberi secara bijak, baik dalam menyambut tamu maupun membantu keluarga. Hal ini menjadi wujud kesadaran mereka dalam menjaga keseimbangan antara kebaikan kepada orang lain dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga.
Selain itu, ulama besar seperti Imam Ghazali juga menekankan pentingnya menjaga niat dan kebijaksanaan dalam berbagi dengan orang lain. Menurut Imam Ghazali, tindakan memberi harus dilakukan dengan ikhlas dan tidak berlebihan, karena yang terpenting adalah niat untuk menyenangkan hati tamu serta memberi manfaat bagi mereka. Pandangan ini sejalan dengan konsep "Bu Ie Geukira," di mana masyarakat Pidie memberikan yang terbaik tanpa harus tampil berlebihan.
Menghormati Keluarga Sebagai Fondasi Kuat dalam Masyarakat Pidie
Selain dalam memuliakan tamu, konsep "Bu Ie Geukira" juga diterapkan dalam hubungan antar anggota keluarga. Masyarakat Pidie meyakini bahwa keluarga adalah pondasi yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Mereka tidak hanya saling mendukung dalam urusan materi, tetapi juga memberikan dukungan emosional dan spiritual. Dalam Islam, menjaga hubungan keluarga atau silaturahmi sangatlah penting, sebagaimana hadits dari Rasulullah SAW:
 "Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali persaudaraan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pandangan ini mendorong masyarakat Pidie untuk selalu membantu anggota keluarga, terutama saat mereka memulai kehidupan baru, seperti ketika anak perempuan mereka baru saja menikah. Tindakan ini tidak dianggap sebagai kewajiban sosial semata, melainkan juga sebagai bentuk cinta dan perhatian yang mendalam. Bagi mereka, membantu keluarga adalah tanggung jawab moral yang harus dijalankan dengan penuh kesungguhan.