Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dinamika Romansa Geng Sufi: Membingkai Spirit Dakwah, Pendidikan, Literasi dan Tasawuf di Era Millennial (Momentum HSN 2024)-01

23 Oktober 2024   03:32 Diperbarui: 23 Oktober 2024   10:50 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama "Geng Sufi" tidak pernah lepas dari kontroversi. Kombinasi kata "gang" yang mengesankan sikap bebas dan terkadang negatif, dengan "sufi" yang berkonotasi spiritual dan tenang, menimbulkan banyak perdebatan di masyarakat. Namun, menurut Tgk Helmi Abu Bakar El-Langkawi, salah satu pendiri GS, pemilihan nama tersebut tidak dilakukan secara kebetulan. Nama ini dipilih dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa spiritualitas dan kehidupan modern dapat berjalan beriringan. "Geng" dalam konteks GS menggambarkan kebersamaan dan kesolidan, sedangkan "sufi" melambangkan ketenangan jiwa dan kedekatan dengan Tuhan.

Tgk Helmi menekankan bahwa nama tersebut dipilih dengan penuh kesadaran untuk menunjukkan bahwa kehidupan spiritual dapat diadaptasi dengan gaya hidup yang lebih inklusif dan akrab dengan realitas generasi muda. GS berupaya untuk mempromosikan ajaran-ajaran tasawuf dengan cara yang lebih relevan dan menarik bagi kaum millennial, yang sering kali merasa asing dengan pendekatan-pendekatan tradisional yang lebih formal dan kaku. Kepemimpinan GS terus berganti dari senior ke yunior hingga saat ini dipegang Tgk Adou Tgk H Mukhlisuddin

"The Six Pillars of GS" (Enam Sekawan) : Pemimpin dan Inspirasi

Para anggota GS memiliki latar belakang yang unik dan keahlian masing-masing yang membuat mereka menjadi inspirasi bagi generasi muda di Aceh. Meskipun mereka berasal dari pendidikan dayah yang konservatif, GS berhasil menunjukkan bahwa santri juga bisa relevan di era modern dengan keterampilan literasi, dakwah, dan kontribusi sosial yang kuat.

  1. Tgk Helmi Abu Bakar El-Langkawi: Salah satu pendiri GS, Helmi adalah santri yang menimba ilmu di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 di STAI Al-Aziziyah, dan S-2 di IAIN Lhokseumawe, serta kini menjadi kandidat doktor di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Selain sebagai jurnalis tetap NU Online dan kolumnis di berbagai media, Helmi juga memegang posisi sebagai Ketua Ansor Pidie Jaya dan Wakil Sekretaris PCNU Pidie Jaya. Karyanya telah dikenal hingga Riau, Batam, dan Indonesia Timur.
  2. Tgk Zarkasyi: Alumni Dayah Nurul Huda Tgk Chik Dirheung Kembang Tanjung dan S-1 IAI Al-Aziziyah Samalanga, S-2 Universitas KH. Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Tgk Zarkasyi dikenal dengan gaya dakwah yang lembut namun tegas. Ia selalu berfokus pada pendidikan agama dan penyebaran nilai-nilai Islam melalui berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Sebagai tokoh yang disegani, Zarkasyi terus mendorong anak muda untuk menghidupkan ajaran Islam dengan pendekatan yang lebih modern namun tetap sesuai dengan tradisi.
  3. Tgk H. Mukhlisuddin Lamlo: Salah satu tokoh yang paling mencolok dalam GS, Mukhlisuddin pernah belajar di Dayah MUDI Samalanga, melanjutkan pendidikan ke S-1 di STAI Al-Aziziyah, dan S-2 di UINSU Medan. Kepemimpinannya dalam penyuluhan agama membuatnya menjadi figur penting dalam dunia dakwah di tingkat daerah maupun nasional. Pengaruhnya dalam komunitas santri sangat kuat, terutama dalam hal membangun kepedulian sosial di kalangan santri.
  4. Tgk Ahyar M. Gade: Sosok bertalenta yang telah menapaki jalan dakwah hingga ke Jerman, Ahyar adalah alumni Dayah MUDI Samalanga yang melanjutkan pendidikan ke S-1 di STAI Al-Aziziyah dan S-2 di UINSU Medan, serta kini menjadi kandidat doktor di universitas yang sama. Persaingannya dengan Tgk Mukhlisuddin dikenal sebagai "El Clasico", sebuah persaingan yang berlanjut dari masa mereka di dayah hingga karir profesional. Meski begitu, hubungan mereka tetap akrab, dan persaingan ini justru menjadi inspirasi bagi santri lain.
  5. Tgk Sayuthi  Nur Al-Hadi: Alumni Dayah Thauthiat Thullab Arongan dan S-1 di IAI Al-Aziziyah Samalanga, Sayuthi  dikenal karena dedikasinya dalam bidang penyuluhan sosial dan pendidikan. Ia mendorong anak muda Aceh untuk tetap berpegang teguh pada ajaran agama di tengah berbagai tantangan modern. Sebagai penyuluh yang dipercaya oleh banyak pihak, Sayuthi  aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial di Aceh.
  6. Tgk Ridwan Husen (Gus RDH): Alumni Dayah Nurul Huda Tgk Chik Dirheung Kembang Tanjung dan S-1 di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Gus RDH dikenal sebagai tokoh millennial yang tidak hanya ahli dalam dakwah tetapi juga dalam bisnis. Sebagai pemilik usaha Almadani Center, ia sering menggunakan media sosial untuk menyebarkan ajaran agama dengan cara yang lebih modern dan mudah diterima oleh generasi muda. Gus RDH awalnya kontroversial karena sikapnya yang sering berbeda dengan arus utama, namun seiring waktu ia semakin diterima oleh kalangan Nahdliyin.

"El Clasico" Antara Tgk Mukhlisuddin dan Tgk Ahyar dan Gangster 

Salah satu elemen yang menarik dari GS adalah persaingan, perdebatan  sesama Gangster dan ini tidak menjadi heran karena ashabul nuzjnya sudah "kontroversi" Geng dan Sufi, namun perbedaan itu sebatas narasi dan perspektif untuk membangkitkan dan memperkuat ukhuwah. 

Salah satu adegan yang dikenal sebagai "El Clasico" (persaingan ) itu sangat kontras dilakoni antara Tgk Mukhlisuddin dan Tgk Ahyar M. Gade. Meskipun keduanya adalah sahabat baik, persaingan akademik dan profesional antara mereka sudah dimulai sejak mereka menempuh pendidikan di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Persaingan ini semakin berkembang ketika keduanya mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama dan sama-sama menjadi ASN saat status menjadi santri.

Persaingan kedua bukan hanya ranah meraih sang juara penyuluh terbaik bahkan dari itu namun dunia penyuluh, Adou (Tgk H Mukhlis Uddin) tak tertandingi di eranya dan Tgk Ahyar sendiri bukan levelnya bisa dikatakan karena selalu kandas alias KO  dengan Tgk Lamlo hingga Tgk Mukhlis sempat meraih juara tingkat Nasional.

Tgk Ahyar, yang telah melangkah hingga ke Jerman untuk memperdalam ilmu, memiliki pandangan yang lebih global dalam melihat dakwah Islam. Sosok satu-satunya santri Aceh bahkan regional Sumatera Tgk Ahyar santri MUDI Samalanga kelahiran Jurong Mesjid itu dalam hal ini harus angkat dua tangan plus dua kaki bahkan seandainya ada kaki lagi harus "mengakui" the power kandidat Doktor komunikasi UINSU itu.

Sementara itu, Tgk Mukhlisuddin tetap fokus pada penyuluhan agama di tanah air, berupaya membangun dakwah berbasis komunitas yang lebih kuat di daerahnya. Meski sering bersaing, keduanya tetap menjaga hubungan yang baik dan saling menghormati, dan hubungan mereka menjadi inspirasi bagi banyak santri.

Pengaruh GS dalam Literasi dan Dakwah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun