Kerajaan Pedir memainkan peran penting dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam, terutama dalam hal ekonomi dan militer. Meskipun awalnya berdiri sebagai kerajaan yang mandiri dan berpengaruh di pesisir utara Sumatra, Pedir kemudian bergabung dengan Kesultanan Aceh setelah ditaklukkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada awal abad ke-16. Setelah penyatuan ini, Pedir menjadi salah satu wilayah penting dalam struktur Kesultanan Aceh, berkontribusi melalui perdagangan lada dan peran militernya dalam angkatan laut Aceh.
Hubungan antara Pedir dan suku-suku di pedalaman, termasuk suku Gayo, juga menunjukkan bagaimana Kesultanan Aceh merupakan entitas politik yang multietnis dan multikultural. Suku Gayo, meskipun tinggal di pedalaman, memiliki hubungan ekonomi dan militer yang erat dengan wilayah pesisir seperti Pedir. Keterlibatan berbagai suku dan wilayah dalam Kesultanan Aceh menciptakan kekuatan yang solid dalam menghadapi ancaman dari luar, seperti Portugis dan Belanda.
Tentunya dengan demikian, Kerajaan Pedir tidak hanya berperan sebagai pusat perdagangan lada, tetapi juga sebagai bagian integral dari Kesultanan Aceh yang lebih luas. Kontribusi Pedir dalam bidang ekonomi dan militernya membantu memperkuat posisi Aceh sebagai salah satu kerajaan Islam terkuat di Nusantara selama abad ke-16 dan ke-17.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H